BAB 26 : Hari usai kamu pergi

2.3K 152 14
                                    

Happy reading<3

****

26. Hari usai kamu pergi

Lisa menatap kosong gundukan tanah yang masih basah dan hangat, di sana papan nisan tertulis nama orang yang sangat dia cintai.

Narendra Senandika.

Nama yang sangat indah jika diterjemahkan, sama seperti orangnya yang amat indah untuk dilupakan. Sudah seminggu setelah kepergian Rendra, banyak hal yang telah Lisa lakukan untuk melewati masa-masa itu. Dari sisi buruk sampai dia akhirnya bisa mengikhlaskan segalanya walaupun masih berat untuk dia ucapkan dengan kata-kata.

Rambutnya sengaja dia potong setelah beberapa hari lalu sempat dia mencoba mengakhiri hidupnya, namun orang-orang di sekitarnya dapat menariknya dari kesedihan mendalamnya.

"Hai, Mas Naren. Gimana kabarnya?" dia terkekeh lirih.

"Bodoh, kenapa aku nanya kabar sama kamu yang bahkan nggak bernapas lagi. Mas Naren, kenapa berat banget buat ikhlas? Kenapa kamu nggak ajarin aku cara ikhlas sebelum kamu pergi?"

"Sekarang aku nggak tau harus berbuat apa, aku masih nggak paham sama konsep hidup. Aku masih belum percaya sama Tuhan dan takdir yang dia kasih ke aku."

"Mas, kamu pernah bilang, kamu nggak mau aku menyesal karena tidak melakukan apa yang dikatakan oleh hati ku. Kamu selalu bilang itu ke aku, dan aku nggak pernah mendengar serius semua kata-kata kamu yang jelas-jelas itu relate di hidup aku."

"Aku terlalu menutup mataku, sampai aku lupa kalo hatiku bisa melihat segalanya dengan murni. Termasuk kamu mas, cinta kamu yang selalu aku raguin. Tapi sekarang aku udah tau, aku tau perasaan aku terhadap kamu dan aku ingin membalas rasa cinta yang kamu kasih ke aku."

"Tapi semuanya terlambat!"

"Kamu bener, terlambat adalah gerbang dari penyesalan diri yang amat menyakitkan."

Lisa membuka amplop yang merupakan surat yang ia tulis beberapa hari lalu setelah kepergian Rendra, karena surat yang sebelumnya telah hilang di Danau. Dia membaca tiap baris kalimat yang ia tulis dengan air mata yang terus membasahi pipinya.

Teruntuk pria pemilik wajah menenangkan, Narendra Senandika.

Selamat atas pangkat barumu, Kapten. Seperti yang aku janjikan, surat ini aku buat untuk hadiah kenaikan pangkatmu. Aku teringat satu penggalan kata pujangga. Katanya, 'Kita tak bisa mengubah arah angin, tapi kita bisa menyesuaikan layar untuk selalu mencapai tujuan'.

Kapten, saat ini aku sudah tau kemana kapalku berlabuh. Itu kamu, Naren.

Mungkin ini sangat terlambat untuk aku katakan, tapi aku sangat bahagia bisa bertemu denganmu.

Tapi apakah kamu juga bahagia?
Apakah aku cukup membuatmu bahagia selama ini?

Aku masih ingat bagaimana senyumanmu yang merekah setiap aku memanggilmu dengan panggilan 'Mas'.

Naren, aku selalu merasa aku bukan wanita yang pantas untukmu. Aku terlalu keras kepala dan banyak mau.

Naren, jika waktu bisa kuputar, apakah kamu bisa berdiri di depanku? Apakah kamu bisa mendengarkan isi suratku ini?

Aku sudah tau jawabannya tidak. Tapi tetap saja rasanya aku ingin mendengar jawaban 'ya' di segala kemungkinan tadi.

Naren, secepat ini kami pergi. Tanpa memberi kabar kamu pergi.

SenandikaWhere stories live. Discover now