BAB 6 : Awal mula Om Gula

3K 221 4
                                    


Sesuai janjiku semalam, double up:)

Vote+komen = besok double up
Makasih udah support tulisanku!

Happy reading<3

****

06. Awal mula Om Gula

Lisa terbangun dari tidurnya karena sinar matahari yang masuk lewat balkon yang mengganggunya.

"Non Lisa, tuan manggil non ke bawah," ujar maid yang diperintahkan oleh Ayah Lisa untuk membangunkan putrinya ini.

Lisa mengucek matanya yang masih sepet, ia melangkah keluar kamar dengan malas. Ia sesekali menguap lebar, ia menghampiri Ayahnya yang sudah duduk di ruang tamu berbincang dengan seseorang.

"Ada apa, Yah?" tanya Lisa dengan santai dan masih belum sadar akan kehadiran orang lain.

Lisa dengan penampilan berantakan, wajah bantal, rambut acak-acakan, dan tak lupa ia memakai Hoodie oversize yang menutupi sampai pahanya yang hanya ditutupi oleh hotpants saja.

"Lisa!" tegur Ayahnya.

Lisa memfokuskan matanya, ia terkaget-kaget saat sadar jika ada tamu sepagi buta ini dan parahnya tamunya adalah pria yang berkencan dengannya kemarin. Rendra si tamu tak kenal waktu itu menatap datar Lisa yang benar-benar berantakan.

"Oh My God!" Lisa berlari terbirit-birit meninggalkan ruang tamu dengan rasa malu tak tertahan.

Sedangkan di ruang tamu, Ayahnya menahan malu atas perilaku Lisa yang seenaknya keluar dengan keadaan berantakan. Dan Rendra sendiri hanya tersenyum melihat tingkah absurd Lisa karena jujur saja ini alasan Rendra tertarik menerima saran orang tuanya untuk berkenalan dekat dengan putri keluarga besar ini.

"Maaf ya, memang Lisa seperti ini. Tolong maklumi."

"Tidak apa, Om. Saya juga nggak masalah kok."

Di kamar Lisa telah selesai mandi dan dandan senatural mungkin. Walaupun ia tak suka dengan Rendra, atau tepatnya belum suka. Lisa tak mau terlihat jelek melalui fisik, karena selain ia membawa harga dirinya sebagai wanita, ia juga membawa nama baik keluarganya yang terkenal dengan visual bak Dewi.

"Ekhem, ada apa Ayah manggil Lisa?" tanya Lisa yang melirik cuek pada Rendra.

"Nak Rendra mau mengajak kamu pergi."

"Hah? Lisa nggak bisa!"

"Lisa?"

"Yah, Lisa ada kelas! Iya ada kelas."

Ayahnya menatap datar pada Lisa, "Kamu sudah selesai sidang skripsi, kelas apa lagi untuk mahasiswi yang lulus?"

Lisa mengigit bibirnya, "Ayah.. Lisa ada kerjaan lain di luar, jadi Lisa nggak bisa pergi!"

"Biar saya temani, kebetulan saya sedang kosong," sahut Rendra.

Lisa menatap sinis pada Rendra, "Lo mah kosong terus, pengangguran sih," bisik Lisa.

"Sudah kamu ikut Rendra saja, lagipula Ayah tak yakin pekerjaan yang kamu maksud itu sangat penting."

Lisa berdecak sebal, ya seperti inilah Ayahnya. Ia tidak pernah menganggap apapun yang Lisa anggap penting menjadi penting. Baginya dan keluarganya Lisa hanyalah anak kecil yang tidak pernah memiliki kesibukan yang penting.

"Yaudah."

Lisa mengambil tasnya di kamar dan berjalan keluar lebih dulu tanpa berpamitan pada Ayahnya. Sedangkan Rendra berpamitan dengan sopan pada Ayah Lisa.

SenandikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang