4. KAMU MANIS

151 17 1
                                    

"Karna yang lebih nagih sama manis dari darah itu kamu!"

-Ferid Bathory

***

Ferid memberhentikan mobilnya disebuah mainsion mewah dengan gaya Eropa klasik lengkap dengan air mancur megah serta ada juga patung-patung menyerupai kerang disisi nya.

Selera nya memang bagus, kelihatan dari gaya nya yang bisa dibilang anggun. Dia ini lebih cantik dari perempuan, tapi lebih gentle dari laki-laki manapun yang hidup di jaman sekarang. Tiga kata untuk si badass Ferid Bathory 'hot dan anggun!'.

Terlalu wow untuk lelaki lain di jaman ini bukan?

Saat Eva berniat membuka pintu mobil untuk keluar, secara spontan lelaki itu berucap. "Biar aku aja" lalu langsung bangkit dan setengah berlari ke samping kiri Eva untuk membuka pintu mobilnya. Sweet sekali, mungkin dia nganggap Eva ini princess atau bahkan ratunya.

Kembali ke topik, mungkin saat ini pipi Eva memerah dengan sendirinya menerima perlakukan romantis. Sejak seribu tahun, bahkan lebih. Tidak pernah ada seseorang yang memperlakukan nya sepesial ini, biasanya orang-orang selalu tunduk dan gemetar dibawahnya.

Beberapa, menganggapnya jelmaan es batu yang berjalan.

Krieet ....

Pintu terbuka, menampakan kira kira sepuluh maid disini. Sangat berbeda dari apartemen Eva. Maid itu menyambut mereka dan mengantarkan nya kesebuah taman luas dihiasi lilin-lilin aromatik, lampu lampu kecil yang digantung, dan ada sebuah meja bundar kecil di tengah taman, dengan dua kursi.

Mereka duduk, tidak lama muncul seorang pelayan laki-laki membawa satu biola. Melengkapi malam ini dengan romantis.

Ferid tersenyum, sangat menawan hingga mata gadisnya tidak pernah berpaling dari wajah itu. Jujur saja, Ferid sangat senang dengan itu. "Gimana? Kamu suka"
Kali ini bukan dengusan atau kejutekan lagi yang didapat lelaki itu.

Kali ini Eva tersenyum tipis, nyaris tidak terlihat. Dia masih membiasakan senyum. "Sangat."

Tidak diduga, Ferid beranjak. Katanya pengen mengambil botol wine yang dicampur darah. "Titip, hand phone aku." Dia meletakan iPh*ne nya di meja begitu saja.

Wow, ternyata sejak tadi handphone itu terus disaku nya demi menghindari rampasan Eva terhadap benda itu lagi.
Awalnya, Eva tidak perduli. Tapi sedetik kemudian, tercetus ide usil. Gadis itu masih saja memikirkan soal foto laknat tadi.

Eva celingukan sendiri kalau-kalau Ferid kembali secara tiba-tiba menyangi jalangkung. "Aman." tangan putihnya mengambil hp. Dia mencari galeri foto.
Hampir saja tangannya memencet tulisan 'hapus foto', tapi secepat cahaya Ferid kembali merampas itu handphone. Wine tadi sudah di letakkannya di meja entah kapan.

Dan Eva sendiri hanya melotot padanya. Padahal sedikit lagi, tingal sedikit!!

Tidak terima begitu saja, Eva berniat mengejar Ferid yang sudah menjauh. Aksi mereka tidak luput dari penglihatan para maid yang hanya bisa geleng-geleng kepala. Mereka melesat dengan kecepatan ekstra tinggi.

Saat tiba di ujung taman, dibelakang Ferid sekarang terdapat bunga mawar berwarna merah. Tentu saja, didepan Ferid ada Eva yang menatap tajam. "Siniin hp nya!! Kalo ga ..."

Ferid mengangkat satu alisnya dengan seringaian. "Kalau ga apa?" Ferid mengangkat tinggi-tinggi tangannya yang berisi hp. "Ambil aja kalo berani"

'Lah, nantangin nih!! Oke lah, aku bakal lompat terus ngambil HP itu langsung dari tangan kamu!' Eva membatin dengan senyuman penuh arti. Hap! Eva melesat mengincar tangan kiri Ferid!

Namun ...

Ferid malah menjatuhkan iPhone itu ketananah, lalu tangan kanannya bergerak menangkap pinggang Eva. Sementara tangan kirinya yang sudah bebas, mengusap-usap kepala Eva hingga apa yang terjadi selanjutnya tidak akan bisa dibayangkan oleh sang gadis sendiri.

Ferid menciumi pucuk kepala Eva seolah barang berharga. Lalu perlahan turun ke pipi.

Eva terkaget-kaget, namun tetap membiarkan pelukan dan kecupan ringan di pipi itu berlangsung. Perasaan seorang Ferid seolah-olah sudah tertuang di setiap kelembutan yang ia sajikan kini untuk Evangelina. Gadis pujaan si vampir berambut silver mulai berasumsi. Mungkin, dibeberapa persen memang benar Ferid serius dengan kata-katanya?

Ah entahlah. Yang jelas detik ini juga Evangelina, seakan dimabuk kasih Ferid. Hingga tidak sadar ikut membalas. Memeluk tubuh tegap sang vampir kelas atas. Ferid menyeringai. Gadisnya sudah mulai menunjukkan tanda-tanda, setidaknya ada secuil harapan.

Momen itu berlangsung sedikit lama, pada saat keduanya melepaskan . Sama-sama memandang kearah lain seolah salah tingkah dan tak ketinggalan dengan semburat merah yang juga menghiasi wajah Evangelina.

Ferid, mencubit pipi berlemak bayi Eva sembari meneguk ludahnya pelan. 'Jadi pengen nyium lagi kan!'

"Mau lagi honey?" What? Ferid mengucapkan kata-kata itu tanpa sadar.
Tapi yang lebih mengagetkan lagi, Eva mengangguk!!

Dengan tanpa aba-aba atau paksaan dari siapapun, Evangelina mendorong tubuh sendiri kearah Ferid. Meraih tengkuk pria itu dalam lilitan tangan. Kali ini targetnya berbeda dengan tadi.

Waktu seperti berhenti sesaat, kelopak bunga mawar merah jatuh ketanah. Para maid yang berada di sekitar lokasi kejadian refleks memalingkan wajah dengan ekspresi malu-malu. Mereka turut senang atas adegan ini. Maklum, selama ini Tuannya hanya peduli dengan darah anak manusia dan sama sekali tak melirik lawan jenis.

***

"Ternyata, kamu nakal juga ya? Tapi aku suka."

Ia terkekeh, "Aku suka rambut, wajah, semua sikap dan kekurangan, aku juga suka kamu dan aku gamau bagi-bagi apa yang aku punya. Selamanya, kamu bakal jadi milik aku. Aku akan pastiin, kita bakal jadi suami istri paling sweet di pasukan vampire."

"Oh ya?"

"Iya, tapi tadi aku kira gaada yang lebih manis dari darah. Nyatanya salah. Dan aku kira, gaada juga yang lebih nagih dari menyiksa para ternak. Tapi ternyata salah."

"Kenapa?"

"Karna yang lebih nagih sama manis dari darah itu kamu!"

Eva memutar bola mata malas, pipinya bersemu merah "Idih, ternyata ada ya bangsawan yang jago gombal?"

"Ada lah, dan kamu tau? Gombal ini cuman buat kamu."

Blush ...

Seketika muka Eva kembali memanas bersamaan dengan semburat merah di pipinya. Menyadari itu, Ferid pun hanya terkekeh dan bergerak mengacak rambut Eva gemas.

Sedetik kemudian, ia kembali bicara. "Yaudah ya, kita lanjutin acara makan tadi."

Eva memberengut kesal, dia seperti diperlakukan bagai anak kecil yang disiapin Ibunya makanan "Iya-iya."

***

Tertanda,

Author Evanaa88.

FERID'S LOVE (END)Where stories live. Discover now