15. PERTEMUAN DAN RENCANA

57 11 0
                                    

“Saya janji bakal bawa kamu pergi, kita hidup bahagia bersama.”

-Saitou

***
Kalau ada satu orang aja yang vote, besok saya update lagi.

***
Kening Saitou bertautan saat ucapannya tidak dibalas. “Kamu engga bisu kan?”

Ledeknya dengan muka pura-pura polos.

“Enggaklah, berisik!” Melihat itu, sang pria tersenyum menyeringai. Lalu duduk di pinggir kasur penjara.

Matanya menerawang ke depan. “Kamu pasti tahu siapa saya? Masih ingat pertama kali kita ketemu dulu?”

“Bodo amat, aku ga mau ingat dan terlalu ogah buat tahu!”

Saitou menghembuskan nafas panjang, tersenyum menawan sebari duduk didekat Eva. Mengelus pipi cewek itu dengan sayang walau ekspresi Eva mendatar.

“Oke, kayaknya perlu saya cerita in biar kamu ingat.” Kekeh Saitou keras kepala.

Flashback on.

Jakarta, Indonesia.

Cuaca sedang bersahabat, tidak terik juga hujan. Teduh seperti perasaan Evangelina yang sedang berjalan santai di sore hari. Sekedar patroli untuk mengecek beberapa anak buah yang masih bandel.

Mendongak ke atas, gadis ini melihat daun berguguran diterpa angin sepoi-sepoi, namun ada satu yang terbang ke seberang jalan. Tepat ke sebuah bangunan berpapan nama “Panti Asuhan Vinanesta”.

Disana-didepan panti, seorang pria memakai jas hitam berjongkok-menyesuaikan tinggi dengan beberapa anak laki-laki sembari memasang raut ramah. Mengobrol-ngobrol diselingi candaan.

Semua terlihat normal, tidak ada yang salah.

Namun ketika diperhatikan lebih detail, ternyata pria itu lah buronan yang dicari moyang kedua-Urd. Si pelanggar peraturan yang dibuat kaum vampir mengenai percobaan ilegal.

Eva memicingkan mata. “Saitou?” 
“Sepertinya aku bakal dapat tangkapan besar.” Gumamnya sendirian, lalu menyeringai.

***
Kata-kata Eva yang frontal sepertinya berhasil memancing amarah Saitou, pria itu mengikutinya untuk 'bicara' di sebuah gang sepit dekat ruko.

Hebatnya, ekspresi keduanya sama-sama tenang seolah tak membiarkan seorang pun tahu yang sebenarnya.

“Jadi, kamu sudah tahu?” Saitou yang pertama bicara, dia tersenyum miring saat Eva bersedekap dada sinis.

“Iya, bahkan aku diminta untuk menangkap Anda. Entah hidup atau mati."

Ia menghela nafas. “Karena aku ga suka basa-basi, gimana kalau langsung saja?"

Bukannya takut, Saitou malah menahan tawa. “Oh ayolah, jangan tunjukkan wajah dingin itu sama saya. Sesekali coba deh untuk tersenyum. Kamu kan cantik, little girl.”

“Bacot!” Eva langsung menyerang dari arah depan. Bersiap memukulkan tinju yang nanti membuat vampir menyebalkan disana terpental.

“Eits, tidak semudah itu Eva.” Tak ada yang menduga, tangan cewek bergaun putih ini ditahan, kemudian tubuhnya dibanting ke bawah.

BRAK

Aspal retak parah, baju Eva jadi penuh debu. Sementara Saitou melompat ke belakang- menjaga jarak kalau-kalau ada serangan berikutnya.

Muka Eva menjadi kusut, moodnya turun drastis. “Cukup sudah main-mainnya, kali ini aku serius. Mari kita lihat, apa pedang ini bisa mendapatkan kepala Anda?”

“Wah, saya suka semangat kamu. Gemesin.” Saitou menjilat bibir, ada hasrat lain yang muncul ketika memuji seorang Eva.

Eva melompat, lalu menyerang lagi.

Mengincar kepala bodoh Saitou, hampir saja tertebas namun dengan mudahnya lelaki itu menghindar kemudian menampar gadis cantik itu hingga menabrak dinding.

Pedangnya terlepas, Saitou mendekat sembari senyam-senyum. Berjongkok.

Mencengkeram kedua tangan Evangelina dan secara tiba-tiba mencium pipi nya.  Berbisik ditelinga kanan. “Kamu sudah kalah sweety, tapi saya biarkan. Sebab, meski gagal mengambil kepala saya. Kamu diam-diam mencuri hati dan perhatian saya.”

Ia melepas cengkraman, berdiri lagi kemudian berkata. “Hari ini saya lepaskan kamu, tapi tidak nanti. Ingat, dari kejauhan mata-mata saya selalu tertuju pada kamu.” 

Tangannya mengelus pucuk kepala Evangelina. “Ya sudah, saya pergi. Saya cinta kamu Eva, selamanya.”

Terakhir, Saitou berkata sebelum benar-benar pergi. “Lain waktu kita pasti bertemu lagi, saat itu saya janji bakal bawa kamu pergi. Kita hidup bahagia bersama, ya?”

Flashback off.

Saitou mengakhiri ceritanya, “Nah kamu sudah ingat kan? Kalau begitu ayo kita pergi dari sini.  Ferid si anak tak berguna itu pasti menuju kemari. Kita harus bergegas.” Ucapnya sembari memotong rantai ditangan dan kaki Eva.

Namun menggantinya dengan borgol khusus supaya gadis ini tak bisa melawan.

“Kemana?” Eva bertanya malas, tak mau berkata panjang lebar pada moyang kedua.

Orang yang ditanyai malah tersenyum penuh arti.

“Kanada.”

***

Tertanda,

Author Evanaa88

FERID'S LOVE (END)Where stories live. Discover now