12. GAME STARTED

91 10 3
                                    

“Ketika permainan dimulai, maka tak ada waktu untuk lari. Hadapi lawan, acungkan pedang, dan bawa hadiahnya.”

-Ferid’s Love

***

Sorot mata malas menyambut Ferid keesokan pagi, Eva menekuk wajah saat lelaki ini tak menunjukkan sorot menyesal sama sekali. Demi apapun ia sangat menyebalkan dimata gadis bangsawan berperingkat sembilan itu.

“Selamat pagi, My dear Evangelina,” ucapnya sok romantis, refleks tangan Eva menampar mulut Ferid dengan lima jarinya. Untung tidak dower.

PLAK

“Dar, dear, dar, dear! Dadar gulung sekalian! Sok manis segala, jijik ih!!”

Bukannya marah karna tamparan kecil yang mendarat di bibir plus kata-kata pedas, vampir menyebalkan didepan Eva malah terkekeh geli seakan dia adalah masokis yang suka diperlakukan secara kasar.

“Sarapan yuk, pasti tenaga kamu belum pulih kan?” Entah karna apa, Ferid seperti orang bodoh yang mendadak amnesia dan tidak peka atas keadaan gadisnya.

Ia turun begitu saja dari kasur-menyuruh sarapan-minum darah diruang makan.

Padahal tahu Eva belum bisa berjalan akibat ulahnya kemarin malam.

Dahinya mengernyit heran melihat pujaan hati tak menggubris ajakannya. “Kenapa? Kok ga turun? Kamu ga mau minum dulu sebelum kerja nanti?” Kerja yang dimaksud adalah berperang. Memberantas pemberontak

“Heh, gimana aku mau turun? Orang kaki aja ga bisa digunain. Tiga jam lagi baru pulih!” Penyembuhan diri vampir memang luar biasa, namun untuk yang satu ini juga perlu proses. Sebab, tenaga Ferid semalam juga diluar batas wajar.

Yah tahu sendiri, Ferid seakan menggila karna cintanya. Hampir tidak memberi 'ampun' jika ia tak kasihan melihat Evangelina yang sampai pingsan.

“Oh, ga bisa jalan ya?” Ia terkekeh menyebalkan, tidak mampu menahan tawa.
Eva sewot sendiri. “Iya, gara-gara kamu!”

“Yaudah, aku minta maaf. Kan ga sengaja.” Ferid si vampir arogan minta maaf? Ya, fenomena langka yang terjadi dikarenakan gadisnya. Mana mau dia begitu dengan orang lain.

BRUK

Bantal disamping Eva menubruk- menyapa wajah tampan Ferid sangat kencang. Bukan dapat maaf dari sang kekasih, namun malah jadi sasaran kemarahannya.

“Kalo ga ngerasa nyesal, mending jangan minta maaf!!”  Lagi-lagi Eva kesal. Ferid malah tersenyum seperti orang gila.

“Iyah, maaf.” Sebisa mungkin, Ferid menahan agar tak terbahak.

“Aku bilang engga usah pake maaf-maaf an segala kalo sebenarnya kamu ga ngerasa bersalah sama sekali!!” Murka Eva dengan mata melotot.

***
Sekelompok mahluk- entah vampir atau manusia dari tadi mengejar mobil Ferid yang melaju kencang dari arah belakang.

Mereka menggunakan tudung dan berjubah hitam, hingga wajahnya tidak kelihatan.

Gerakannya cepat, Ferid menyimpulkan itu kaum vampir.

Namun jika benar, kenapa mereka menyerang sang atasan sendiri? Mencoba memberontak?

“Kenapa ga berhenti? Padahal kita bisa ngelawan kok.” Gadis disebelahnya bersuara, ekspresi itu sudah jadi dingin. Mungkin dia juga gemas melihat kumpulan mahluk yang status sosialnya berada jauh dibawah, namun belagak hebat dengan menantang mereka.

Eva yakin, mereka cuman para pengawal vampir suruhan pihak lain- entah siapa. Tapi ini bisa sangat menarik bagi gadis itu.

“Bukan gamau, cuman sedikit main-main dulu tadi. Ini juga mau berhenti.” Ferid akhirnya memberhentikan mobil kesayangannya di tepi jalan. “Sebaiknya kamu tunggu disini aja. Biar aku yang hadapin.”

Baru saja Eva hendak melayangkan protes, vampire ber gender laki-laki itu kembali menyela. “Aku ga terima protes.”

Dengan gesit, Ferid menghadang kumpulan pengawal rendahan ini. Lalu tersenyum menyeringai. “Empat lawan satu? Menarik. Mari kita coba!”

Salah satu dari mereka, berbadan kekar. Sebut dia si besar- nekat meluncur dari depan bermaksud untuk menendang muka tampan Ferid.

Tentu saja tidak berhasil semudah membalik telapak tangan. Karena bangsawan kita sudah memegang kaki lawan, memutar lalu mematahkanya seperti bilah lidi.

“ARGH!” Lolongan kesakitan terdengar memilukan.

Berbanding terbalik dengan Ferid yang terbahak, “Baru segitu saja sudah kesakitan? Bagaimana kalau ini ...”

BRAK

Prajurit bodoh itu terpental menabrak pohon. Tak tinggal diam, kawanannya yang lain juga mencoba menyerang, namun selalu gagal. Ferid menghindar begitu mudah.

“Kena kau!” Ucap Ferid begitu si jangkung-salah satu prajurit lengah.

Bless

Satu kepala kawan mereka ditebas, lalu menggelinding ke tanah. Semua menatap ngeri Ferid. Tenang saja, kepala itu takkan beregenerasi sebab Ferid memakai mustika iblis hasil temuan waktu perang.

“Dua beres, tinggal dua lagi.” Ia berlari sekuat tenaga, lalu menusuk dada orang pertama. Tanpa ampun, orang kedua pun diperlakukan secara sama.

Namun, begitu menoleh- melihat kearah mobil yang ia tinggalkan tadi- tiba-tiba cowok berambut putih itu-Ferid menggeram tertahan.

Sialan! Eva menghilang.

Segera ia berjalan kearah mobil.

Ada sepucuk surat tertinggal. Bertuliskan; “Ketika permainan dimulai, maka tak ada waktu untuk lari. Hadapi lawan, acungkan pedang, dan bawa hadiahnya. Kita lihat nanti siapa sang pemenang? Kau atau Aku?”

BUGH

Ferid terkapar di tanah, kepalanya mengeluarkan darah. Bekas pukulan botol kaca.

“Setidaknya dia akan tidak sadar selama beberapa jam. Itu cukup membantu mereka untuk mengulur waktu.” Sosok memakai jubah hitam bermonolog.

***

Tertanda,

Author Evanaa88.

FERID'S LOVE (END)Where stories live. Discover now