18. SANG PENGHIANAT

50 8 0
                                    

“Masih tidak mau bicara?” Ferid mendekat, Akame bergegas turun dari sofa.

Melangkah mundur menjauhi pria seram seperti moyang ketujuh, namun langkahnya terhenti saat punggung menyentuh tembok. Tubuh gadis ini diapit antara tembok dan Ferid.

Sebilah pisau mustika iblis mencuat dari balik saku baju Ferid, pisaunya mengkilap menambah kesan tajam dan mematikan. Akame meneguk saliva susah payah.

Bagaimana caranya agar dia bisa kabur sekarang juga?

“Terjebak, hm?” Kalau soal mengintimidasi Ferid lah jago nya. Soal menyiksa orang lain? Masih sama, dia juga jawabannya.

Dengan cepat Ferid menorehkan luka tepat dipipi Akame, tentu saja tak beregenerasi kembali. Dan itu sangat sakit. Belum puas, ia lanjut mencekik gadis itu hingga kesusahan bernafas.

“Seharian ini aku terus menerus kesal. Meski berkali-kali membunuh orang, namun seakan tidak berarti apa-apa. Seperti masih ada yang kurang.”

Ucapnya, sedetik kemudian kepala Akame dibenturkan beberapa kali ke tembok.

“ARGH!!”

Rasanya seperti mau pecah.

Tes

Darah mengalir dari pelipis. Ferid terbahak lalu menusuk perut Akame hingga berlubang. Vampir rambut hitam terduduk saking lemasnya.

“Cih, lemah!” Dengan kasar Ferid Bathory menyeret Akame, tangannya menarik rambut wanita itu. Melempar tubuh korban keatas ranjang, ia kembali menyeringai.

Ferid naik ke kasur dan menindih tubuh kecil mantan manusia ini. “Hei, kebetulan sekarang aku suka sama kulit orang. Kalau kulit kamu aku kuliti bagaimana? Seru kan?” 

Perlahan tapi pasti, ia menguliti tangan kanan perempuan malang ini hingga si empunya menjerit sembari berlinang air mata. “Ahaha, perlu kamu tahu Akame. Ini sepenuhnya bukan salah ku, karena kamu sendiri yang dengan bodoh memilih jalan kekerasan.”

“Oh iya, manusia seperti kau dulu sering sekali makan dengan bubuk cabai. Aku penasaran bagaimana jika bubuk pedas itu ditaburkan ke luka menganga?” Gadis itu menggeleng kuat. Lagi-lagi Ferid mengeluarkan sesuatu dari balik pakaian.

Bubuk cabai level 30 yang terkenal didunia manusia. Mata Akame melotot, rasa perih yang tak pernah dirasakan langsung menyerang, meresap ke daging-daging nya yang terbuka.

“Bagaimana? Masih mau diam dan merasakan hal ‘seru' lainnya?”

Jeda, “Kalau masih, berarti koleksi mata dalam tabung ku akan bertambah. Kepala juga dan beberapa organ lain.”

Jadi itu rencana si gila ini? Dia mau mencongkel mata dan memenggal kepala lalu dijadikan koleksi? Sepertinya bangsawan itu masih mau melakukan hal sadis lebih dari yang disebutkan nya.

“B-baik! Aku akan mengakui.” Ferid tersenyum mendengarnya.

Gadis itu bicara dengan nada takut lagi, “S-sebenarnya dari awal aku memang mata-mata Tuan Saitou. Diutus untuk mengawasi pergerakan Evangelina dan wilayah tempat dia tinggal.” Matanya berkaca-kaca, namun Ferid tidak kasihan sama sekali.

“Begitu ada kesempatan, dan Tuan Saitou sudah berada di jepang lagi. Kami akan menculiknya dengan bantuan pihak manusia yang juga menyukai Evangelina.”

“Teruskan.”

“Pada saat Eva berhasil selamat dan di bawa ke markas vampir. Saat dia menceritakan semua masalah padaku, a-aku memberi saran agar dia mau pindah keluar negeri. Ke Perancis, tepatnya di kota Nancy. Menjauh-sejauh jauhnya dari Anda.” Ucap Akame lancang.

Ferid terkekeh seram. “Punya hak apa mantan manusia seperti kamu berbicara seperti itu hah?”

Mata Akame mengisyaratkan dendam, beberapa detik ia kembali membuka mulut. “Anda bertanya kenapa? Itu karena walau bagaimana pun juteknya tingkah seorang Evangelina. Tetap saja banyak yang peduli dengannya, bahkan kumpulan vampir berpangkat tinggi seperti Anda sekalipun.”

“Hubungannya dengan kamu apa?” Kuku-kuku jari Ferid terasa menusuk pipi Akame. Pria ini mendesis geram.

“Aku iri sama apa yang Eva punya. Untuk itulah, ketika dia bimbang. Aku menggunakan kesempatan itu agar dia tahu rasanya kesepian.”

Pisau tepat berada di depan leher Akame. “Sialan! Gara-gara orang seperti kamu, hubungan aku dengannya jadi rumit begini. Mati saja kurasa tidak cukup bagi mu.”

“Ma-mati?” Ia semakin ketakutan, air mata mengalir deras tuk kedua kali.

“Iya!” Moyang ketujuh menjeda ucapan.

“Tapi kamu patut bersyukur, karena tidak langsung mati disini. Sebab, Urd menginginkan informasi penting soal organisasi sesat Saitou. Jadi, mungkin kematian mu bisa ditunda setelah kamu digiring untuk hukuman pembakaran sinar matahari!”

Bahkan hukuman pembakaran lebih buruk dari apa yang dialami Akame hari ini. Nanti pelindung cahaya matahari akan dilepas dari tubuh, lalu sengatan panas bak terbakar akan dirasakan selama berhari-hari. Mereka yang dihukum, tidak mati juga terlalu tidak layak hidup.

Seseorang masuk ke dalam apartemen.
Itu Crowley dan anak buah, mereka akan membawa Akame. “Yo! Sudah siap dihukum, Nona?” Pria bertubuh besar itu cengar-cengir.

***

Tertanda,

Author Evanaa88.

FERID'S LOVE (END)Where stories live. Discover now