03. Papa?

4K 262 7
                                    


"Makan malam?" tanya Nadira dengan alis yang di satukan.

"Iya, makan malam untuk merayakan kehamilan adik saya, Diva," ucap Zean di sertai senyum manisnya.

"Oh Diva hamil, selamat atas kabar bahagianya," kata Nadira yang mendengar kabar itu.

"Iya, terima kasih dan saya berharap kamu dan keluarga kamu bisa datang ke acara makan malam itu," jelas Zean.

"Emm ... baiklah saya akan datang, dengan Nabila dan juga Nadiya," jawab Nadira yang mendapat senyum dari Zean.

"Oh iya, nanti yang jemput keluarga kamu supir saya ya," kata Zean yang membuat Nadira sedikit terkejut, jujur ia tak enak hati bila harus di jemput, dia 'kan bisa taik taxi.

"Em ... gak usah repot-repot Zean, kita bisa naik taxi kok," tolak Nadira dengan nada halus.

"Gak repot kok, kamu 'kan mau kerumah saya, jadi saya harus memastikan keselamatan kalian, dan saya akan tenang kalo ada yang menjemput," ucap Zean panjang lebar.

"Ya sudah kalo begitu, saya tidak bisa menolak kan." Mendengar ucapan itu Zean terkekeh pelan, memang benar 'kan siapa yang bisa menolak ucapan Zean.

"Oh iya, saya harus pamit," ucap Zean sambil menurunkan Nadiya dari pangkuannya.

"Om udah mau pulang?" tanya Nadiya.

"Iya sayang, om harus pulang," jawab Zean sambil menjajarkan tubuhnya dengan tubuh Nadiya.

"Tapi lain kali, om bisa datang kesini 'kan?" tanya Nadiya yang di balas anggukan oleh Zean, dan setelah itu Zean berdiri dan berpamitan untuk pulang.

"Ya sudah kalau begitu saya pamit ya, dan jangan lupa datang," ucap Zean.

"Nadiya, salim sama om," pinta Nadira yang di balas anggukan oleh Nadiya dan mencium telapak tangan Zean sesuai perintah Nadira tadi.

Zean yang melihat itu merasakan kehangatan di dalam dirinya, apa dirinya menyukai keluarga kecil ini? Dan ingin memilikinya? Entahlah Zean juga tak tau.

Setelah itu Zean benar-benar pergi dari rumah Nadira dan menyisahkan Nadira dan Nadiya yang kembali masuk dan bermain lagi, namun pernyataan yang tiba-tiba di lontarkan oleh Nadiya, yang membuat Nadira tersedak ludah sendiri.

"Nadiya suka sama om Zean dan Nadiya kepengen deh punya ayah kayak om Zean," ucap Nadiya sambil memainkan bonekanya.

***

Malam telah tiba kini keluarga Nadira sedang bersiap-siap untuk mengadiri makan malam yang di ucapkan oleh Zean.

Nadira dan Nadiya kini sedang berada di teras rumahnya, menunggu jemputan dari supir Zean.

Tin! Tin!

Suara klakson itu membuat senyum di bibir Nadiya dan Nadira terbit, karna sedari tadi mereka menunggu jemputan itu.

"Maaf ya Ibu Nadira, saya telat karna tadi bannya bocor, jadi saya harus menggantikannya," ucap pak sopir sambil menudukan kepalanya.

"Iya gak papa pak, yang penting sekarang sudah bisa," jawab Nadira di sertai senyum manisnya. Khas seorang Nadira.

Pak sopir yang mendengar itu hanya menganggukan kepalanya dan membukakan pintu belakang untuk Nadira dan juga Nadiya.

"Mari bu," ujar pak sopir yang di balas anggukan oleh Nadira, setelah itu Nadira dan juga Nadiya masuk ke dalam mobil mewah itu.

Nadiya tak henti-hentinya berceloteh tentang mobil yang sekarang di tumpanginya namun lebih tepatnya mengagumi setiap inci interior  yang di miliki mobil itu, karna jujur Nadiya baru pertama kali menaiki mobil semewah itu.

My Sweet Husband [Selesai]Where stories live. Discover now