04. Menginap

3.2K 223 2
                                    

"Sedang apa?" tanya Nadira yang baru keluar dari kamar mandi, untuk menggati pakaiannya menjadi baju tidur di atas lutut.

Nadira bertanya seperti itu karna ia heran melihat Zean yang sedang berdiri di depan jendela dan mengintip ke luar, entah apa yang di lihat olehnya.

Zean yang mendengar suara Nadira, terlonjak kaget dan mengelus dada sabar saking kagetnya, ia pun menoleh ke arah Nadira, Zean menelan selavinanya saat melihat Nadira memakai seperti itu.

"Ah, i-itu tetangga-amu masih saja melihat ke a-arah sini," ucap Zean gugup dan memalingkan pandangannya ke arah lain.

"Maaf ya, gara-gara saya kamu malah terjebak dalam masalah ini," ucap Nadira sambil memunduk, jujur ia merasa bersalah terhadap Zean, walau bukan ia yang menyuruh Zean untuk mengatakan bahwa mereka berdua adalah sepasang suami istri.

"Hey, ini bukan salah kamu, saya ngelakuin ini karna saya gak suka ada orang yang menjelekkan orang lain, tampa adanya bukti dan fakta kebenarannya," ucap Zean sambil mengangkup pipi Nadira yang membuat Nadira menatap Zean.

Tatapan mereka bertemu dan tanpa sadar Zean memajukan wajahnya sampai berjarak sangat dengan wajah Nadira, mereka berdua sama-sama bisa merasakan deru nafas masing-masing, Nadira sudah menutup matanya dan ....

Gubrak!

Zean dan Nadira kaget dan sama-sama menoleh ke arah asal suara itu, dan ternyata ibu-ibu tadi yang menyinyiri Nadira, sedang mengintip Zean dan Nadira yang sedang ingin berciuman namun tergagalkan gara-gara suara itu.

Zean dan Nadira sama-sama salah tingkah, karena hampir saja berciuman tanpa ada ikatan apapun, sedang ibu-ibu tadi sudah menghilang karna ketahuan sedang mengintip.

"Em ... kamu m-mau di buatkan m-minum a-apa?" tanya Nadira dengan gugup.

"Ng ... kopi aja," jawab Zean sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ya udah, kamu duduk dulu," ucap Nadira yang di balas anggukan oleh oleh Zean, dan setelah itu ia pergi ke dapur dan membuatkan Zean kopi.

Sedang Zean yang duduk di sofa ruang tamu, merutuki kebodohannya yang hampir saja mencium bibir ranum Nadira.

Selang beberapa menit, Nadira datang dengan membawa secangkir kopi yang di minta Zean tadi, dan menaruhnya di atas meja dan ikut duduk di samping Zean.

Zean yang menyadari keberadaan Nadira lansung menoleh dan tak sengaja menatap ke arah paha Nadira, yang sedikit ter-ekpos. Ia pun lansung mengalihkan pandangannya ke arah lain, dari pada khilaf ya kan.

"Kamu kenapa sih, kok gak jawab cacian maki ibu-ibu itu, bilang kalo kamu bukan jalang, dan Nadiya bukan anak haram!" ucap Zean kesal, saat mengingat kejadian tadi.

"Buat apa saya jawab ibu-ibu itu, toh itu gak bener," jawab Nadira.

"Iya sih, tapi 'kan kamu bisa bilang pada ibu-ibu itu bahwa itu tidak benar," ucap Zean lagi.

"Kalo saya jawab, sama aja saya kaya ibu-ibu itu yang suka ngerumpi, saya gak jawab karna itu percuma, kalau mereka emang gak suka saya pasti mereka akan mancari kesalahan saya yang lain dan mempojokan saya lagi, dan pasti percuma lebih baik saya diam dan dengarkan saja," ucap Nadira yang membuat Zean terpukau, cara pemikiran yang bagus dan tak banyak orang yang memakai.

Karna menurut orang lain, kata orang itu lebih penting dari pada kenyamannya, sedang Nadira tak memperdulikan apa kata orang lain.

"Saya tidak mengira kamu akan kepikiran seperti itu," ucap Zean.

"Sepertinya saya harus menginap di sini," sambung Zean sambil melihat ke arah luar. Nadira yang mendengar kata itu terperejat kaget, bagaiman bisa dua orang berbeda jenis kelamin, tinggal satu rumah tanpa ikatan apapun bisa-bisa terjadi fitnah nanti.

"Itu tidak mungkin, kita tidak punya hubungan apapun dan itu bisa terjadi fitnah nanti!" ucap Nadira, Zean menoleh mendengar suara Nadira yang menahan kesal.

"Mau bagaimana lagi, masa saya pulang pasti ada kecurigaan di mata ibu-ibu itu, saya baru datang dan tau mereka saya adalah suami kamu kalo saya tiba-tiba pulang tanpa menginap mereka pasti curiga," ujar Zean ada benarnya juga kata-kata Zean.

"Tapi saya gak mau terjadi fitnah di antara kita berdua," ucap Nadira.

"Itu tidak akan terjadi Nadira, mereka 'kan taunya kita adalah sepasang suami istri, percaya sama saya Nadira ini juga demi Nadiya agar tidak ada orang lain lagi yang bilang dia anak haram," ucap Zean panjang lebar.

"Tapi—"

"Percaya sama saya, kalau saya menginap itu pasti buat mereka percaya, dan besok kalau saya pulang dan ada ibu-ibu tanya keberadaan saya bilang saya sudah kembali ke luar negri karena urusan mendadak, pasti itu tidak akan membuat mereka curiga," ucap Zean sambil menggenggam tangan Nadira.

Nadira pun menganggukan kepalangnya, dan tanpa di sangaka Zean memeluk Nadira erat, Nadira yang tak mengerti dan terkejut tak membalas peluka Zean.

"Balas Nadira, itu ada ibu-ibu yang ngintip," bisik Zean pada Nadira, Nadira yang mengerti dengan ucapan Zean lansung saja membalas pelukan Nadira.

'Wangi' Batin Zean yang mencium bau rambunya Nadira. Setelah melepas pelukan itu Nadira lansung beranjak keluar rumahnya dan mendapat ibu-ibu itu yang masih mengintip.

"Ibu-ibu itu gak ada kerjaan lain apa, pakek segala ngintip-ngintip!" ujar Nadira yang di balas cengiran oleh ibu-ibu itu, merasa malu ibu-ibu lansung kembali ke rumahnya tetangganya Nadira. Nadira yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala.

Nadira pun masuk ke dalam rumahnya, dan mengunci pintunya dan juga menutup  gorden jendelanya agar tak ada lagi yang megintip.

"Kamu tidur di kamar Nabila ya Zean," ucap Nadira yang sudah menutup gordennya.

"Ah masak saya tidur di kamar cewek kan gak etis," canda Zean ke pada Nadira sambil terkekeh.

"Oh kalau begitu kamu tidur sama Nadiya di kamar saya, saya akan tidur di kamar Nabila," ucap Nadira.

"Oh tidak saya akan tidur di sini saja," ucap Zean sambil menepuk sofa.

"Ah jangan gitu, saya gak papa kok kalau kamu mau tidur sama Nadiya."

"Tidak saya akan tidur di sini saja, kamu sana sama Nadiya saya gak papa kok," ucap Zean di sertai senyumannya.

"Ya sudah saya ambilkan selimut dulu," ucap Nadira. Setelah mengambil selimut untuk Zean, Nadira lansung masuk ke kamarnya dan ingin tidur.

"AAAAA TOLONG!!!"

Baru saja Zean akan menutup matanya tapi dia sudah di kagetkan dengan teriakan Nadira, dan ia pun lansung masuk dan mendapat Nadira yang sedang di tindih oleh seorang lelaki dan Nadiya dan Nadira yang sudah menangis.

"HEY! SIAPA KAMU!" teriak Zean sambil menendang orang itu, dan orang itu pun jatuh dari atas Nadira.

Nadira pun lansung beranjak dan mengendong Nadiya dan bersembunyi di belakang Zean.

"Lo Siapa sih! Ngapai lo ikut campur urusan gue!" bentak pria itu.

"Saya suami Nadira," jawab Zean yang masih terlihat santai.

"Hahaha, jangan harap kamu jadi suami Nadira, karena saya yang akan jadi suami Nadira," ujar pria itu.

"Udahlah Viko, kita udah gak ada hubungan apapun, jadi mending kamu pergi dari sini dan jangan ganggu aku lagi!" bentak Nadira.

"Tuh, anda denger 'kan, mending anda pergi dari sini atau saya bakal lapor polisi," ucap Zean.

"Lo kira gue takut," ujar pria itu di sertai seringai, dan ia pun mengeluarkan pisau di jaket yang ia pakai dan terus maju mengikis jarak dan ....

——————

Sorry gantung ya😊

Follow My Ig👇
qn_vhi17

—Evi_Rs—

My Sweet Husband [Selesai]Where stories live. Discover now