20. Cerai?

3.9K 161 1
                                    

[MY SWEET HUSBAND]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[MY SWEET HUSBAND]

"Siapa Zean?" tanya Nadira dari arah belakang, lagi Zean harus terjebak dalam situasi ini, kenapa juga Raya harus datang ke rumahnya apa ancaman yang ia berikan itu kurang mampan padahal Zean masih berbaik hati untuk tak memecat Raya di kantornya.

"Selamat Siang bu Nadira," sapa Raya basa-basi pada Nadira, raut tegang sangat terlihat dari wajah Zean saat ini, Raya yang melihat itu tersenyum puas padahal ini masih permulaan belum hadiah utama yang Raya bawa.

"Oh selamat siang Raya, ada apa ke sini?" tanya Nadira pada Raya yang masih tersenyum licik ke arah Zean, tangan lentiknya mengambil sesuatu dalam tasnya keluarlah kotak merah yang diserahkan pada Zean.

"Saya mau ngasih ini sama pak Zean," ucap Raya dengan tersenyum miring entah apa yang dipikirkan oleh perempuan itu, dengan Ragu Zean mengambil kotak itu dan membukanya, matanya melotot tak percaya melihat benda yang seharusnya ia lihat dari Nadira.

"Apa maksudnya ini?" tanya Zean dingin, hingga mampu membuat Nadira dan Raya merinding mendengarnya, namun walau takut Raya tak akan mundur karena memang impiannya, Nadira bingung kotak apa itu kenapa Zean sampai semarah itu.

"Aku hamil anaknya kamu, Zean."

Deg!

Zean maupun Nadira terdiam karena terkejut, Nadira rasanya tak mampu untuk berdiri kalau saja Zean tak memeluknya, Nadira mendorong tubuh Zean sehingga dirinya terjatuh ke lantai, kotak itu juga terjatuh dan isinya lansung diambil oleh Nadira dan melihatnya tespack dengan garis dua dan juga keterangan dokter, Nadira terisak di sana Zean yang ingin mendekati pun urung karena tolakan dari Nadira.

"Sayang, aku bisa jelasin itu mungkin saja bukan anakku," ucap Zean dengan sorot bersalah pada Nadira, Nadira yang tadinya melihat ke arah bawah kini mendongak melihat wajah Zean.

"Kamu bilang mungkin, b-berarti kamu memang pernah melakukan 'itu sama dia," ucap Nadira dengan suara bergetar, hatinya tiba-tiba sesak mendengar ucapan Zean, rasanya baru kemaren ia bahagia bersama Zean tapi kenapa sekarang harus seperti ini.

"Itu kecelakaan Nad, a-aku gak sengaja n-ngelakuin itu sama d-dia," bantah Zean dengan duduk bersimpuh menjajarkan tubuhnya dengan tubuh Nadira.

"Apa kamu bilang? Kecelakaan! Kita itu ngelakuinnya dengan sadar Zean!" ucap Raya dengan seuara tinggi, Zean yang semula terduduk dengan raut penyesalan kini berdiri dengan amarah yang menyelimuti, Raya tak mungkin hamil dengan dirinya pasti orang lain yang menjadi ayah anak itu, dia 'kan jalang?

"katakan kalau itu tidak benar!" Gigi Zean bergemelutuk seiring cengkaramannya di lengan Raya yang semakin kuat, dia tak mungkin sepercaya itu dengan Raya.

"Aku tidak bohong Zean, ini memang anak kamu!"

"Bohong! MENGAKULAH SIALAN!" Amarah Zean sudah berada dipuncak, dan tampa sadar ia mendorong kuat tubuh Raya hingga terjatuh ke lantai, Raya mengerang sakit dan memegangi perutnya, cairan kental bewarna merah keluar dari sela-sela pahanya, Nadira yang melihat itu berangsut maju dan memegang tubuh Nadira.

"ZEAN, DIA PENDARAHAN!! CEPAT BAWA DIA KE RUMAH SAKIT!" teriak Nadira dan menepuk-nepuk pipi Raya  karena wanita itu sudah sedikit kehilangan kesadarannya.

Bukannya menolong Zean malah menyorot Raya dengan tatapan tanpa belas kasih. "Biarkan saja! Mati pun aku tak peduli!"

"ZEAN! DIA MENGANDUNG ANAK KAMU!" Ucapan Nadira itu membuat Zean sadar akan apa yang ia lakukan, ia pun lansung mengendong Raya menuju mobilnya diikuti oleh Nadira di belakangnya.

••••

Zean dan Nadira duduk di depan pintu UGD yang tertutup, keduanya tak saling bicara, Zean yang sibuk  memikirkan mulai dari ia menjelaskan sedang Nadira sibuk untuk menguatkan hatinya yang terlanjur sakit hati pada Zean.

"Kamu marah?" Pertanyaan macam apa yang dilontarkan oleh Zean itu, seharusnya ia tau bahwa Nadira bukan sekedar marah namun juga sakit hati akan penghianatannya.

"Kamu masih nanyak aku marah apa enggak?" Nadira membalik pertanyaan ke pada Zean yang membuat lelaki itu bungkam ia tau apa yang dilakukannya adalah kesalahan terbesar, Zean bergeser dan memeluk tubuh Nadira dengan Nadira yang terus memberontak, tapi Zean tak melepas pelukan itu.

"Lepasin aku, kamu jahat Zean," lirih Nadira yang kembali terisak di dada bidang Zaen, hati mana sih yang tak sakit bila suaminya bermain dengan wanita lain hingga wanita itu sekarang hamil.

"Iya aku jahat Nadira, aku jahat." Zean terus memeluk tubuh Nadira dan mencium kepala Nadira dengan air mata yang menetes.

Ceklek

Pintu ruang UGD terbuka dan nampaklah dokter yang keluar, Zean dan Nadira melepas pelukan itu dan berjalan menuju dokter itu, walau hati Nadira sakit atas apa yang dilakukan oleh Zean dan Raya, namun ia menepis itu semua memilih mengalah dengan perasaaan itu bagaiman pun ia masih punya perasaan kawatir akan kesehatan Raya.

"Keluarga pasien?"

"Saya dok," jawab Zean dengan melirik ke arah Nadira yang membuang muka.

"Saya mau bertanya, apakah ibu Raya sedang hamil?"

"Iya dok." Bukan, bukan Zean yang menjawab melainkan Nadira dengan suara yang sedikit ditahan karena tak ingin menangis lagi.

"Saya menyarankan jangan membuat ibu Raya stres dan janga sampai ia jatuh atau terbentur, karena usia kandungannya yang masih rentan itu bisa membuat keguguran, untung tadi ibu Raya hanya pendarahan saja jadi janinnya bisa kita selamatkan," jelas dokter itu dan lansung berpamitan untu pergi.

Penjalan dokter tadi membuat hati Nadira kembali terluka, jadi benar Raya hamil? Kalau iya  pilihannya sekarang ada dua  Nadira mempertahan pernikahannya yang sudah teracuni akan pengkhianatan atau memilih mundur karena tak sanggup akan hal yang menimpa ruamah tangganya.

"Zean, ayo bercerai."

[B E R S A M B U N G]

[B E R S A M B U N G]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cerai gak ya?

Jangan lupa vote 🗳️

Salam Manis💋
Zenad❤

Evi_Rs

My Sweet Husband [Selesai]Where stories live. Discover now