21. Pernikahan Kedua

4.4K 151 1
                                    

[MY SWEET HUSBAND]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[MY SWEET HUSBAND]

Dan di sinilah mereka di ruang keluarga Zean dengan suasana tegang, di sana ada Mira, Dava dan Diva menatap Zean dengan sorot kecewa, ya keluarga Zean sudah tau akan hal yang menimpa Zean dan Nadira, karena Zean yang meminta mereka datang dan ingin menjelaskan perihal itu.

Semua kecewa dengan Zean, Nadira sudah terisak dipeluka Mira, hatinya sakit dan tak kuat menerima ini setelah kejadian di rumah sakit Nadira tak pernah membuka suara dan Zean pun tak menjawab akan ucapan Nadira di rumah sakit.

"Ada yang ingin kamu jelaskan." Suara dingin dari Mira membuka percakapan yang tadi hening, Zean yang duduk didekat Raya yang masih menunduk, helaan nafas lelah terdengar dari Zean sebelum pria itu menjawab.

"Aku gak—"

"Berhenti bilang kalau kamu tidak sadar, kita melakukan 'itu dengan sadar." Raya memotong ucapan Zean karena seperti apa jawaban Zean nanti, Zean menoleh dengan wajah menahan emosi ke arah Raya yang sedang tersenyum manis, namun bukan manis yang ditangkap oleh Zean melainkan senyum kemenangan.

"Mama gak bisa ngasih saran atau keputusan sama kalian, Mama terserah Nadira mau dibawa kemana pernikahan kamu Zean," ucap Mira yang terus memeluk dan mengelus rambut Nadira yang masih saja terisak.

"Nad," panggil Zean lirih dengan suara yang juga bergetar, hatinya sungguh sakit melihat Nadira yang terisak itu, air matanya juga menetes melihat air mata Nadira yang lolos, dadanya sesak melihat Nadira seperti itu karena dirinya.

Nadira enggan untuk menatap Zean pasti air matanya tak akan ia bisa cegah, ia ingin mengakatan bahwa ia meminta Zean untuk memilih antara dia dan Raya, namu lidahnya kelu untuk mengakatan itu.

"Kamu nikahi dia." Ucapan dari Nadira itu membuat semua orang terdiam, seorang istri membolehkan suaminya untuk menikah lagi itu sangat jarang ada, tapi dengan sekuat tenaga dan hati Nadira berucap seperti itu, bukan ia mengalah hanya keadaan yang menyuruhnya untuk mundur perlahan karena ia tak mau ada Nadiya lagi yang tak punya orang tua, anak yang dikandung Raya itu tidak bersalah sama sekali dan Nadira tak mau bila anak itu besar nanti akan mendapat cemooh karena tak punya ayah.

"Nad, jangan menyuruh untuk itu, aku gak mau kehilangan kamu," ucap Zean yang kini sudah duduk bersimpuh di depan kaki Nadira, air mata Zean menetes mendengar Nadira berucap seperti itu, isakan Nadira juga semakin terdengar kala merasakan tangannya yang dipegang oleh Zean.

"N-nikahi dia Z-zean," ucap Nadira yang menangkup wajah Zean yang sudah banjir air mata, Zean menggeleng dengan pertanda ia tak setuju dengan ucapan Nadira, wanita yang mengisi relung hatinya mengakatan kata-kata yang membuat Zean kecewa.

"Aku gak mau, aku mau hidup cuman sama kamu," tolak Zean dengan terus menggenggam tangan Nadira dan menatap netra Nadira, dari sorot mata Nadira ia tau kalau ada beribu kekecewaan yang di tuju padanya.

"Zean, dia hamil anak kamu, harus tanggup jawab jangan jadi lelaki pengecut, yang berani berbuat tapi tak berani bertanggung jawab, aku ikhlas kalau kamu nikah lagi mungkin ini adalah takdir tuhan." Sebenarnya di sini yang pengecut adalah Nadira, dia tak bisa mengakatan kekecewaan hatinya pada Zean hati dan mulutnya tak singkron.

"Aku gak mau Nadira, aku gak mau cer—"

"Aku gak minta cerai, aku siap untuk dimadu," potong Nadira dengan mata terpejam, semua yang disitu terperangah mendengar ucapan Nadira, siap untuk dimadu?

"Sayang kamu?" Mira tak bisa melanjutka kata-katanya, ia juga syok mendengar kalimat Nadira tadi, wajah Nadira yang tadi melihat ke arah Zean kini beralih melihat ke arah Mira dengan senyum manisnya walau hatinya sesak.

"Iya mah, Nadira siap dimadu sama Zean." Mendengar kalimat yang menyakitkan itu, Zean memeluk erat Nadira dan saat itulah air mata Nadira tumpah lagi setelah sekuat tenaga ia cegah, pelukan Zean adalah tempat sangat bisa membuat Nadira lemah.

"Kamu j-jahat Zean, aku benci sama k-kamu, kamu laki-laki pengecut, tapi a-aku bisa a-apa ini t-takdir." Semua di sana juga ikut sedih melihat sepasang suami istri itu menangis dalam peluk, kecuali Raya yang malah tersenyum miring karena rencananya telah berhasil, namun ia juga terkejut karena dengan gampangnya Nadira mengucap siap dimadu.

•••••

Rumah Zean sekarang tengah ramai akan banyak orang. Ya hari ini adalah hari pernikahan Raya dan Zean, tak ada raut senang di wajah Zean mulai tadi hatinya selalu sakit bila mengingat pengkhianatannya pada Nadira, andai ia bisa memutar waktu ia tak akan mungkin melakaukan hal bodoh itu.

"Sah!"

Satu kata itu membuat pertahanan Nadira runtuh, ia lansung terisak dalam pelukan Mira, Nabila yang melihat turut sedih melihat rumah tangga kakaknya yang berantakan karena ulah kakak iparnya, kata maaf dari Zean tak mungkin cukup untuk mengobati rasa sakit semua orang.

"Kamu yang sabar ya, Nad," ucap Mira sebagai obat penenang bagi Nadira, Nadira mencoba tersenyum namun air matanya terus mengalir seakan semua kekecawannya tak bisa bendung lagi.

"Nad," panggil Zean lirih saat sudah berada di depan Nadira.

"Masih punya muka juga kakak, setelah apa yang dilakukan sama kak Nadira!" sarkas Nabila yang tak terima bila kakak satu-satunya menangisi pria bajingan seperti Zean.

"Bila udah, gak boleh ngomong kayak gitu." Walau sakit Nadira tetap berlaku sopan pada Zean, bagaimanapun Zean tetap suaminya yang seharusnya ia terima baik dan buruknya.

"Kanapa Papa buat Bunda nangis?" Pertanya polos dari Nadiya yang berada dipangkuan Nabila, membuat yang di sana menoleh ke arah anak itu. Mata polosnya yang menatap Zean membuat Zean semakin bersalah, hatinya sakit sungguh.

"Sayang,  Papa gak bikin Bunda nangis kok." Jawaban dari Nadira membuat semua yakin akan ketulusan hatinya, dia wanita baik dan ramah tapi kenapa dia malah mendapat seperti ini.

"Tapi bunda—"

"Ayo kita ke kamar, sayang," ajak Nadira sambil berdiri dan menjulurkan tanganya meminta Nadiya untuk mengikutinya, dengan riang bocah empat tahun itu mengikuti kemana bundanya pergi, senyum manisnya adalah penyemangat bagi seorang Nadira Efendi.

[B E R S A M B U N G]

[B E R S A M B U N G]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana-gimana?

Jangan lupa vote 😙

Salam Manis💋
Zenad❤

Evi_Rs

My Sweet Husband [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang