25. Nadira Hamil

3.3K 143 1
                                    

[B E R S AM B U N G]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[B E R S AM B U N G]

"Huek!"

"Huek!"

Pagi ini Nadira disambut oleh rasa mual di perutnya dan beberapa kali sudah keluar masuk kamar mandi, dan itu mampu membuat tubuhnya lemas entah apa penyebabnya yang pasti Nadira tak pernah salah makan.

Tangan Nadira bertumpu pada dinding untuk menumpu berat badanya, tangan satunya ia gunakan untuk memegang perutnya yang seolah-seolah tengah di aduk dan membuat ia ingin terus muntah, namun anehnya tak ada yang keluar dari mulutnya hanya cairan kental yang semakin membuat Nadira bingung, ada apa dengan tubuhnya?

Tok!
Tok!

Pintu kamar mandi diketuk dari luar, Nadira lansung mengambil tisu dan mengelap bibirnya setelah itu ia membuka pintu kamar mandi dan menemukan Raya yang tengah menatapnya dengan tatapan yang ... eerr slulit di artikan.

"Kamu gak papa, Mbak?" tanya Raya dengan raut yang masih sama, Nadira hanya memandang Raya dan kemudian mengangguk.

"Mbak, boleh gak aku minta dibikinin donat buatan kamu, gak tau kenapa tiba-tiba pengen mungkin bawaan bayi kali ya," ucap Raya seraya mengelus perutnya, hati Nadira mencolos saat mengingat bahwa ayah bayi itu adalah Zean, namun ia lansung menepis itu dan tersenyum manis dihadapan Raya, ia tak boleh lemah karena ia sudah berjanji dengan Zean bahwa mereka akan melalui ini sama-sama.

"Boleh kok, yaudah aku buatin dulu ya." Sebenarnya hati Nadira itu terbuat dari apa sih, mulai tadi Raya menyuruh ini itu agar Nadira kesal namun tetap saja wanita itu tidak kesal, malah ia selalu menuruti kemauan Raya yang notabenya madunya.

Raya memandang punggung Nadira yang perlahan jauh dengan perasaan kesal, namun raut itu berubah menjadi khawatir menyadari tadi dia mendengar Nadira muntah-muntah, apa jangan-jangan Nadira hamil?

Nadira dengan senang hati membuat donat sesuai pesanan Raya tadi, meski ia harus menahan rasa mual dan pusing di kepalanya, entahlah ada apa dengan tubuhnya yang pasti setelah pulang dari sungai bersama Zean, Nadira terus merasa pusing dan muntah-muntah namun kembali lagi hanya cairan putih yang keluar.

"Bunda!" teriak seorang anak kecil yang lansung memeluk kaki Nadira yang sudah selesai membuat donat, dia Nadiya sekecil kesayangan Zean dan dirinya, sekecil yang selalu berhasill membuat tertawa dengan tingkah polosnya, sikecil yang berhasil membuat dia kokoh berdiri hingga dititik ini.

"Anak bunda, udah selesai sekolahnya?" tanya Nadira yang lansung mengendong tubuh kecil Nadiya tak lupa memberikannya kecupan dikedua pipi berisinya, Nadiya mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan dari bundanya itu.

"Iya dong, tadi Nadiya belajar nyanyi kata buk guru suara Nadiya bagus tau." Cerita Nadiya tanpa diminta, celotehan yang selalu membuat Nadira sangat menyayangi mahluk kecil ini.

"Bagus, pinter anak bunda." Nadira kembali mencium pipi Nadiya yang membuat Nadiya terkikik karena merasa geli saat sang bunda menciumnya, namun tak urung juga dia senang diperlakukan seperti itu, dari kejauhan terdapat seorang anak kecil yang melihat interaksi antara Nadira dan Nadiya, dengan tatapan yang iri, terluka, kecewa, dan ingin merasakan itu.

My Sweet Husband [Selesai]Where stories live. Discover now