04. Demam Sinetron

1.7K 231 17
                                    

          Tiap kali makan malam usai, Hesa hafal betul kegiatan yang akan dilakukan oleh adik-adiknya setelah itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

          Tiap kali makan malam usai, Hesa hafal betul kegiatan yang akan dilakukan oleh adik-adiknya setelah itu. Rumah pasti mendadak lenggang sebab penghuninya akan sibuk di dalam kamar masing-masing buat mengerjakan tugas atau kalau sudah masuk akhir pekan, ya, pasti mabar di beranda depan sama anak-anak tetangga. Pada numpang pakai WiFi di rumah―yang emang kenceng banget karena penghuninya banyak―terus akhirnya pasti dipalakin sama Riki suruh bawa jajan tiap datang kemari buat main bareng.

Alhasil, jika sudah akhir pekan, buffet dapur bakal penuh sama bermacam-macam makanan ringan―yang pasti langsung habis dalam beberapa jam saja.

Tapi akhir pekan kali ini tampak agak berbeda. Bukannya berkerumun di beranda seperti yang sudah-sudah, Riki justru buru-buru menutup pintu depan usai makan malam―mengisyaratkan kalau mereka enggak akan menerima tamu. Hesa sempat mengerutkan kening, heran dengan tingkah adik bungsunya itu. Tapi keheranannya tersebut enggak berlangsung lama, lantaran saat ia mengikuti Riki kembali ke dalam, Hesa menemukan adik-adiknya sudah mencari posisi masing-masing di depan televisi.

Sano dan Jovan telungkup di atas karpet, masih mabar gim yang lagi happening akhir-akhir ini. Jendra, Jafar, dan Sergin sedang memutar otak lantaran enggak mau merobohkan uno stako yang telah mereka susun dengan tinggi. Sementara Riki memegang stoples besar berisi tortilla chips, menonton abangnya sambil sesekali melontarkan tawa jika melihat mereka berpose aneh saat harus menarik satu balok tanpa menjatuhkan balok lainnya.

Hesa makin keheranan. Ia berjalan mendekat selagi bertanya, "Tumben pada kumpul di depan televisi malam minggu gini, ada acara apa?"

"Laghi nungguo sinetron yang biasaenya tayang jam delaupan, Bang," sahut Riki dengan mulut penuh camilan. Membuat Hesa mengernyit sejenak ketika harus memahami ucapannya.

"Sinetron apa, sih?" Hesa kembali melontar pertanyaan lagi.

Riki mengedikkan bahunya saat menjawab cepat, "Enggak tahu, kata Bang Gano, sih, bagus sinetronnya." Ia menelan sisa reremahan terakhir yang ada di mulutnya kemudian menyambung cuai, "Cinta-cintaan gitu, deh, tapi ada misterinya juga. Harus nyari si pembunuh kata Abang mah."

Hesa spontan menepuk keningnya dan memekik, membuat keenam adiknya menoleh bersamaan hingga Jafar yang nyaris berhasil menarik satu balok terakhir, malah merobohkan seluruh balok dan membuatnya mengecap kekalahan. Tapi itu menjadi enggak terlalu penting lagi karena kini semua orang sedang fokus memperhatikan Hesa.

"Gimana sih, Far, kok biarin adik-adiknya nonton sinetron gituan?! Belum waktunya buat tahu cinta-cintaan mereka, tuh!" ucap Hesa dengan histeris.

Jafar yang harusnya kesal sama Hesa karena gara-gara teriakannya, ia jadi kalah main uno, justru cuma garuk-garuk kepala lantaran menyadari kesalahannya. Tapi bukannya minta maaf, ia malah berkilah, "Aman kok, Bang, buat anak-anak. Enggak kayak sinetron yang punya banyak istri itu."

BUNGSUWhere stories live. Discover now