05. Hukuman Mandi Bareng Jovan

1.6K 224 16
                                    

          Setelah beberapa hari enggak terdengar ada keributan, pagi ini Nolasano harus dibangunkan oleh suara teriakan dua bocah yang tampaknya sukses membuat gempar seisi rumah

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

          Setelah beberapa hari enggak terdengar ada keributan, pagi ini Nolasano harus dibangunkan oleh suara teriakan dua bocah yang tampaknya sukses membuat gempar seisi rumah. Ia enggak begitu dengar apa yang tengah mereka ributkan, tapi suara lain yang menengahi sepertinya enggak digubris sama sekali. Mereka berdua masih sama-sama ngotot, enggak mau mengalah, menuding yang lain dan merasa paling benar.

Sano yang enggak tahan karena, toh, sudah enggak bisa tidur lagi, akhirnya berjalan keluar sambil menguap lebar-lebar. Meski suara yang tertangkap dari kamarnya enggak terlalu jelas, tapi ia sudah bisa menebak kalau yang sekarang sedang perang dingin di depan kamar mandi adalah Riki dan Jovan―dengan kasus yang kurang lebih sama jika mereka bangun secara bersamaan, yaitu berebut kamar mandi.

"Kamu mandi di belakang aja, deh!" suara Jovan meninggi saat Sano tiba di tempat kejadian. Jendra yang ada di antara kedua anak itu bahkan sudah tampak kewalahan. Ia enggak bisa mendamaikan mereka, memberi opsi untuk sut agar adil juga enggak berhasil. Susah, susah.

"Kamu aja yang mandi di belakang, kamu 'kan abang!" sahut Riki tak kalah lantang, malah menantang dengan berkacak pinggang.

"Enggak mau!" Jovan ikutan malang-kerik, matanya pun melotot agar terlihat lebih seram. "Aku maunya mandi di sini, 'kan tadi aku yang sampai lebih dulu! Lagian di belakang lagi dipakai Bang Sergin―mana mandinya pasti lama banget―kamu aja yang tungguin sana. Aku, sih, ogah!"

"Yeu, Adek juga ogah kali!" Riki sudah merangsek menuju pintu, tapi Jovan segera menghalanginya dengan kedua tangan. Si bungsu lantas berontak dan berdalih, "Tadi Adek yang pegang knop pintunya duluan, jadi Adek yang mandi lebih dulu!"

"Enggak bisa gitu, dong! Tadi aku udah pesan sama Bang Jendra kalau selesai mandi, ganti aku. Kamu emang ada pesan duluan? Enggak 'kan? Wleee!"

"Pokoknya Adek yang mandi duluan! Adek udah pegang pintu sebelum kamu, kok!"

"Enggak, pokoknya yang pesan duluan yang boleh mandi!"

"Adek duluan!"

"Aku dulu, Iki, yang tua lebih dulu!"

"STOP!!!" Sano berteriak karena merasa telinganya mulai pengang. Ia berjalan maju, menyingkirkan keduanya dari depan kamar mandi, lantas ia menghadang aksesnya. "Kalian berdua ...." Ia menuding tepat di hidung adik-adiknya. Memasang tampang galak yang enggak cocok sama sekali. Ia tetap terlihat manis dan menggemaskan. Sano lantas menggenggam knop pintu seraya berujar, "Mandi nanti, setelah Abang! Yang tua lebih dulu, 'kan?"

"BANG SANO!!!" teriak Riki dan Jovan bersamaan saat Sano bergegas masuk dan mengunci pintu kamar mandi sambil cekikikan―berhasil mengelabui dua adiknya, karena jika enggak begitu, mereka enggak akan berhenti berdebat dan membuat yang lain malah ikut berebut kamar mandi karena semakin diburu waktu nanti.

Ide yang lumayan bagus, bukan?

Sesaat, suara bising-bising tersebut akhirnya menghilang. Sano bisa mandi dengan tenang, dan Jendra bisa sedikit bernapas lega. Tapi tentu saja itu cuma berlangsung sangat sebentar, sebab suara gaduh bola yang beradu dengan lantai marmer, menjadi pengganti suara ribut yang dibuat Riki dan Jovan pada menit-menit lalu. Tersangkanya masih sama, hanya saja, kini mereka malah bermain saling oper bola tanpa ada teriakan atau saling tuding.

BUNGSUOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz