Lana - part 1

530 29 3
                                    

Yogyakarta

"Woii! Tungguin saya!" seru Lana pada teman-temannya. Lana yang bertubuh gemuk sedikit berlari menyusul kedua temannya.

"Lama banget sih Lan jalannya," sahut Irene seraya menghentikan langkahnya menunggu Lana.

"Saya kan laper, tenaga saya sudah lowbat, harus dicharge," jawab Lana.

"What?" seru Deisy. "Baru tiga jam yang lalu kamu ngabisin makanan saya sama Irene, sekarang kamu sudah laper lagi?" tanya Deisy heran.

Lana hanya nyengir mendengar pertanyaan Irene tanpa berniat menjawabnya.

"Aduh Deisy bagaimana sih? Empat tahun kita selalu bersama di kampus tapi kamu masih saja belum hafal kebiasaan Lana?" ujar Irene menatap Deisy dengan ekspresi malas dan bola mata berputar.

Setelah Lana sudah dekat, Irene mengeluarkan sebatang coklat almond dari dalam tasnya. "Nih Lan, buat ganjel perut sementara. Nanti kalau sudah ketemu Ferly, kita ngopi-ngopi cantik dulu sambil ngemil."

"Oke banget tuh. Kebetulan sekali, sekarang ini saya lagi pengen makan sepiring nasi gudeg."

"Itu mah namanya bukan ngemil Lanaaa! Tapi makan besar!" seru Irene dan Deisy bersamaan.

"Kalau sepiring nasi kamu bilang ngemil, lalu makanan beratnya apaan?" tanya Deisy.

"Yaa sekitar tiga atau empat piring gituh," jawab Lana polos.

Mendengar jawaban Lana, Deisy hanya menggelengkan kepalanya. Lana memang suka sekali makan, makanan apapun tidak akan ditolaknya meskipun yang ia hadapi adalah makanan yang ekstrim, seperti serangga atau ulat batang pohon.

Mereka melanjutkan langkah kakinya menuju lobi pintu keluar bandara Adisucipto.

"Lihat tuh yang duduk di barisan paling depan," kata Irene sambil menunjuk barisan bangku di ruang tunggu. "Ferly!" panggilnya.

Ferly yang sedang memainkan ponselnya menoleh kearah mereka, lalu melambaikan tangannya. "Hai, hai, hai! Irene, Deisy, Lana ... aku kangen banget sama kalian," kata Ferly sambil memeluk mereka satu persatu dan disertai cipika-cipiki.

"Kita ke kafe di sana yuk, ngopi-ngopi sambil nungguin Tanteku," ajak Ferly.

-

Lana, Deisy dan Irene datang ke Yogyakarta atas undangan Ferly yang akan bertunangan. Pertunangan kali ini adalah yang kedua setelah empat tahun yang lalu Ferly harus menerima kenyataan kalau tunangan pertamanya meninggal karena tragedi 'Cemoro Londo' di omah Londo.

Di dalam kafe mereka mengobrol menceritakan calon tunangannya masing-masing.

Deisy yang bertubuh mungil menceritakan bagaimana ia bertemu pertama kali dengan kekasihnya yang seorang polisi di sekolah internasional dimana Deisy bekerja.

Sedangkan Irene dijodohkan oleh orang tuanya karena adat di daerahnya.

Sebentar lagi Ferly akan bertunangan dengan asisten pribadinya. Bersama pria itulah Ferly mengelola pabrik gula peninggalan kakek Ferly yang sempat terbengkalai selama bertahun-tahun.

Lana yang merasa minder karena belum punya calon tunangan, pura pura tidak mendengar percakapan mereka. Ia terus melahap donat di hadapannya seolah-olah tidak ada orang lain di sekitarnya. Sampai suatu saat, ketiga temannya itu menoleh dan menatapnya intens menuntut penjelasan apakah Lana sudah memiliki kekasih atau belum.

Lana pura-pura tidak mengerti maksud tatapan mereka dan memasang muka polos nan lugu seraya berkata, "loh kenapa kalian tau-tau liatin saya seperti itu? Kan kalian yang punya calon tunangan, mengapa saya yang diintimidasi?" tanya Lana pura pura heran.

JODOHKU MANA? (Lengkap)Where stories live. Discover now