Lana - part 18

79 7 2
                                    

Foto seksi Lana yang disebarnya di medsos ternyata membuat Daniel tidak begitu saja melupakannya.

Minggu sore, Daniel datang lagi ke kondo untuk menemui Lana. Sebelumnya, Daniel mampir ke department store untuk membeli banyak pakaian wanita. Cara Lana berpakaian kemarin membuat Daniel kuatir. Daniel tidak rela bila tubuh seksi Lana dilihat orang lain.

-

Di kondominium, Lana membuka dan mengeluarkan isi tas yang dibawa Daniel. Ada gaun, trousers, rok, blus, semua pakaian wanita yang terlihat sopan.

"Terimakasih ya bang, bajuku memang lebih banyak yang kebesaran." Berat badan Lana sudah turun banyak, sehingga banyak baju-bajunya yang lama menjadi kebesaran. Seperti yang dipakainya sekarang. Celana training yang kedodoran dan kaos yang kebesaran. Karena Lana pernah gendut, dan selalu merasa semua pakaian yang dipakainya tidak cocok di badannya, maka Lana sejak dulu sampai sekarang tidak peduli dengan penampilannya. Ia hanya mencocokan motif dan warna pakaiannya agar terlihat matching.

"Baju-baju ini memang bukan baju dengan merk terkenal, tapi juga tidak murahan. Kualitasnya juga bagus kok. Yang kamu pakai kemarin itu bagi saya bukan baju, tapi daleman."

"Si Abang mah, dimana-mana orang kalau berenang itu pakai baju renang atau bikini, sedangkan kemarin saya berenang masih bisa dibilang pakai baju."

"Dilihat juga tempatnya Lana, kalau di Brazil atau California, kamu boleh menyesuaikan diri dengan kebiasaan di sekitarnya. Kalau di Indonesia beda, sayang."

"Jadi kalau kita sudah menikah lalu bulan madu ke Brazil, saya boleh pakai bikini? Abang ijinin?"

"Boleh kalau di dalam kamar saja," jawab Daniel terkekeh.

"Iiihs.. itu sama saja nggak boleh bang!" sahut Lana memcebik.

"Jadi mulai sekarang, perhatikan cara berpakaian kamu. Saya tidak bermaksud mengatur-atur kehidupan kamu, tapi karena saya sangat sayang sama kamu, jadi saya ingin melindungi kamu dari tatapan laki-laki brengsek."

"Terima kasih ya bang untuk perhatiannya." Lana mengerti maksud Daniel. Ia membawa semua baju tersebut ke dalam kamar, lalu mencobanya satu persatu.

Baju pertama yang dicoba adalah gaun terusan tanpa lengan berwarna pastel hijau tosca panjang roknya sampai di atas lutut, lalu gaun dengan lengan sampai sikut berwarna biru navy dan semua dicobanya. Semua terlihat anggun dan terasa pas di badan Lana. "Saya beruntung bertemu Bang Daniel. Ia sangat perhatian."

Lana memasukan semua baju pemberian Daniel ke dalam keranjang cucian sebelum dipakainya. Ia kembali mengenakan celana training dan kaos oblong kebesarannya. Lana seperti tenggelam dalam bajunya, tapi terlihat imut dan menggemaskan. Daniel pun tidak tahan untuk tidak menyentuhnya.

Daniel menarik tangan Lana, dan mengajaknya ke balkon yang menghadap ke timur. Meskipun sunset terhalang gedung kondominium, tapi langit tetap berwarna jingga yang tersirat di atas gunung Merapi. Tangan Daniel menangkup kedua telinga Lana dan mendekatkan wajah Lana ke wajahnya, lalu Lana mendapatkan ciuman pertamanya.

"I got my first kiss. Ternyata rasanya seperti ini." Jantung Lana berdebar kencang, dan Lana sangat menikmati debaran jantungnya itu. Tangan Lana melingkari pinggang Daniel. "Ini sangat menyenangkan."

"Ehemm hmm." Erick yang berdiri di depan pintu balkon berdehem.

Lagi-lagi Erick membuat Daniel melompat kaget. Spontan Daniel bersikap kikuk dan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Lana yang masih merasa melayang, spontan gelagapan seolah-olah sudah tertangkap basah oleh kakaknya. Rasa malu seakan tidak mau kompromi, datang tanpa permisi.

"Eh bro, " sapa Daniel pada Erick dengan suara serak dan bergetar.

"Saya mau ke Jakarta, penerbangan satu jam lagi. Kamu masih mau antar saya ke bandara kan Lan?" tanya Erick sambil menatap mata Daniel tajam.

"Eh iya, saya lupa Rick. Saya ganti baju dulu." Lana yang masih merasa malu hendak masuk ke kamarnya, tapi Daniel mencegahnya dengan memegang tangannya.

"Biar saya saja yang mengantar Erick. Saya juga mau pulang."

-

Lana memandang punggung kedua pria yang baru saja keluar dari kondonya sampai tak terlihat. Daniel yang lembut dan perhatian, sedangkan Erick yang baik dan humble. Meskipun beda warna kulit, mereka berdua adalah pria yang tampan. Terlebih Erick, meskipun berkulit hitam, tapi dia sangat manis dengan tubuhnya yang tinggi dan padat, penuh dengan otot-otot yang terlihat keras. Dietnya berjalan sukses, melihat Erick seperti melihat aktor Will Smith yang ganteng-ganteng manis. Lana sangat beruntung memiliki Daniel sebagai kekasih dan Erick sebagai sahabatnya.

Lana menutup pintu kondominium, lalu tangannya terangkat dan jarinya memegang bibirnya. Lana tersenyum karena masih terbayang-bayang pada ciuman pertamanya yang dilakukan Daniel dengan lembut. "It was very nice. I want more, and more."

-

Di dalam mobil di perjalanan menuju bandara.

Erick dan Daniel bertahan dalam diam, mereka masih canggung satu sama lain. Erick yang humble biasanya mudah bergaul dan mau mengobrol dengan siapa saja. Tapi dengan Daniel, ia hanya bisa diam. Erick masih merasakan cemburu karena Daniel adalah pria yang dipilih Lana untuk dijadikan kekasih. Erick kesal karena Daniel mendahuluinya menjadi kekasih Lana, padahal ia sudah menyukai Lana sejak mereka masih SMP.

"Thanks ya bro, sudah mau antar saya ke bandara." Akhirnya Erick yang humble membuka suara.

"Saya yang berterima kasih," ujar Daniel.

"Untuk apa?" tanya Erick heran. Erick merasa ia tidak berbuat sesuatu untuk Daniel.

"Tadi di balkon. Kalau kamu nggak datang, saya... nggak tahu apa yang akan terjadi."

Erick mengangguk "Sama-sama bro." Sebenarnya Erick ingin sekali melarang Daniel agar tidak menyentuh Lana apalagi menciumnya, tapi rasanya ia tidak punya hak untuk itu secara Erick hanyalah sebagai sahabat Lana.

"Ternyata Daniel benar-benar tulus pada Lana, sampai Daniel takut melakukan hal yang bisa menyakiti Lana. Syukurlah, semoga Lana bahagia." Erick mencoba untuk legowo.

Bersambung..

JODOHKU MANA? (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang