Lana - part 19

74 5 1
                                    


Di malam hari yang gerimis, Lana membuka pintu kondonya setelah mendengar bel berbunyi. Didapatinya Daniel sedang berdiri dengan wajah sedih dan panik. Ia terlihat sangat kacau. Lana yang penasaran menarik tangan Daniel hingga masuk ke dalam lalu menuntun Daniel untuk duduk di kursi bar.

Lana berdiri di depan Daniel yang duduk di kursi bar yang tinggi lalu dengan lembut Lana mengelus kedua lengan Daniel. "Kamu kenapa bang?"

Wajah Daniel menengadah ke atas dan matanya terpejam. Lana menunggu jawaban dengan resah.

"Adikku.. kecelakaan," gumam Daniel dengan suara serak hampir tak terdengar.

Lana cukup terkejut mendengar berita tersebut, tapi ia hanya bisa membelai lengannya. "I'm so sorry to hear that."

Hening sesaat..

"Jadi kamu akan ke Surabaya sekarang?" tanya Lana. Daniel menundukkan kepalanya dan mengangguk lemah.

"Saya turut sedih mendengarnya, kamu yang kuat ya bang. Saya ingin sekali menemani, tapi ini terlalu mendadak." Jadwal Lana sangat padat, ia sudah merencanakan semua kegiatannya jauh-jauh hari termasuk untuk menghadiri pernikahan adik Daniel beberapa hari lagi.

"Sepertinya pernikahan mereka akan ditunda," ujar Daniel.

"Saya mengerti bang, yang penting adik Abang sembuh dulu, nanti Abang bisa kabari saya."

Daniel turun dari kursi bar, lalu memeluk Lana erat, seakan ia akan meninggalkannya untuk selamanya.

"Abang pergi dulu, sepupuku sudah menunggu di mobil." Daniel menghirup dalam-dalam harum rambut di kepala Lana lalu mencium keningnya.

Lana mengangguk dan air bening yang terbendung di matanya akhirnya jatuh ke pipi. "Hati-hati," gumam Lana serak.

-

Keesokan harinya, Daniel memberikan kabar bahwa ia sudah sampai di Surabaya, dan menceritakan bagaimana kondisi adiknya yang mengalami luka parah. Dua hari berturut-turut, Daniel rutin menghubunginya pagi dan sore. Namun, di hari ketiga ini, Daniel tidak menghubunginya lagi. Lana menunggu sampai nanti malam. Kalau masih belum ada kabar, ia sendiri yang akan menghubunginya.

-

Malam menjelang tidur, Daniel belum juga menghubunginya. Dengan sedikit ragu-ragu, Lana menghubungi Daniel, tapi nomor yang dituju sedang tidak aktif. Lana duduk termenung di pinggir ranjang.

"Apa yang terjadi dengan Daniel dan keluarganya? Mengapa Daniel jadi sulit sekali dihubungi? Hati Lana mencelos sedih. Perasaan sepi yang dulu selalu ia rasakan, sekarang mulai kembali lagi. Ada banyak pertanyaan di benak Lana, pertanyaan terakhir terucap, Tuhan, jodohku mana?"

-

Lima hari yang lalu Daniel menemui Lana untuk pamit ke Surabaya karena adiknya kecelakaan. Hari ini hari Sabtu, seharusnya Lana berada di Surabaya bersama Daniel menghadiri pernikahan adiknya.

Lana berbaring di ranjang membayangkan kebersamaan mereka, saat di pantai, di mall, di bioskop dan tempat-tempat lain yang mereka kunjungi, terutama ciuman pertama yang mereka lakukan. Semua kenangan itu seperti tayangan film yang berputar di benaknya. Air mata Lana mulai menetes.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, Lana lebih banyak berbaring di ranjang dan iapun tidak lagi datang bekerja ke kantor.

Sampai suatu hari. Adi merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan Lana, ia segera menghubungi Erick lalu Erick datang dan mendapati keadaan kondo yang tidak biasa. Perabotan berdebu, piring kotor menumpuk, baju kotor sangat banyak di keranjang cucian. Sangat tidak rapi dan tidak bersih. Kondominium ini seperti tidak ada penghuninya.

Dengan perlahan Erick membuka pintu kamar Lana,

"Lan?" panggilnya. Lana diam saja tidak bergerak.

Erick mendekati Lana dan berjongkok di hadapan Lana yang sedang berbaring. Wajahnya pucat dan tirus, matanya bengkak dan merah karena lelah menangis, sorot matanya kosong menerawang ke luar jendela. Terlihat seperti mayat hidup.

Erick merapikan rambut Lana yang menutupi mata ke balik telinganya lalu membelai kepalanya.

Lana terlihat sangat menyedihkan.

"Sepertinya Lana sedang patah hati." Erick menduga-duga.
"Daniel terlihat terlalu baik, sehingga dampaknya menjadi sangat berat bagi Lana. Saya harus bawa dia ke dokter."

Erick menghubungi Ferly dan menceritakan kondisi Lana. Tak lama, Ferly dan Tante Anna datang.

Ferly mendudukkan Lana dan memeluknya. "Lana, apa yang terjadi?" Air mata Lana menetes, begitu pula Ferly.

"Lan, kamu tahu kan, kalau saya pernah punya akar pahit dengan kedua tunangan saya? Tapi saya bisa melewati semuanya, dan sekarang saya tetap bahagia. Kamu pernah suruh saya untuk kuat, lihat saya Lan, saya kuat. Kamu juga pasti bisa." Ferly membelai rambut Lana.

Ferly dan Lana tidak sama, masalah mereka berbeda. Lana masih bisa menerima dan memaafkan perundungan dan penolakan yang dilakukan semua pria yang ia dekati. Tapi Daniel? Selama ini dia terlalu baik, terlalu lembut, terlihat sangat mencintai Lana dan tiba-tiba menghilang tanpa kata perpisahan. Ini lebih menyakitkan daripada perundungan yang kerap ia alami.

Ferly dan Erick membawa Lana ke rumah sakit. Badannya terlihat kurus, lebih kurus dari badan Ferly yang ideal.

-

Mamanya, Diana yang tinggal di Amerika, langsung datang begitu mendengar kabar sakitnya Lana. Diana sampai di Yogyakarta lima hari yang lalu dan langsung menjaga Lana di rumah sakit bergantian dengan Erick.

Seminggu di rumah sakit,  Lana sudah lebih baik, meskipun wajahnya masih terlihat pucat.

Lana terbangun dan melihat Erick yang tertidur di kursi, kepalanya berbantal tangan kanannya yang diletakkan di tepi tempat tidur. Sementara tangan kirinya memegang jari-jari tangan Lana.

Tangan Lana bergerak membalas genggaman tangan Erick.
"Rick." Lana memanggil Erick dengan suara yang lemah.

Erick terbangun dan melihat Lana lalu tersenyum.

"Kenapa rasanya sakit sekali?" ujar Lana lirih.

"Ssst.. jangan pikirkan yang membuat kamu sedih. Saya ada di sini untuk kamu karena aku sayang kamu," ujar Erick lalu membelai kepala Lana.

Lana sesenggukan dan mulai menangis lagi. Selama seminggu ini Lana seperti hidup di dunia lain, ia tidak merespon semua yang ada di sekitarnya, bahkan Lana tidak sadar dengan kehadiran mamanya sendiri. Tapi semua orang yang mengunjunginya terus menghibur dan mengajaknya bicara meskipun tidak ada respon dari Lana.

Sekarang Lana sudah kembali ke dunianya semula. Dia sudah bisa berbicara pada Erick. Erick menatap mata Lana dengan penuh kasih dan membelai rambut Lana. "Well come back Lana."

"Bang Daniel mana?"

"Nanti saya akan cari Daniel untuk kamu. Tapi kamu harus tersenyum dulu ya?"

Lana hanya membalas tatapan Erick dengan sayu. Sebenarnya Lana sering melihat tatapan Erick yang seperti itu. Ada cinta di matanya, tapi Lana baru menyadarinya. Lana teringat percakapan mereka tentang perempuan bodoh yang tidak peka dan tidak menyadari akan cinta Erick. "Ternyata perempuan bodoh yang tidak peka itu adalah aku sendiri."

Bersambung..

JODOHKU MANA? (Lengkap)Where stories live. Discover now