Lana - part 9

75 8 4
                                    

Gempa

Selasa pagi, Lana membuka kaca jendela kamarnya, udara dingin dan sejuk menyapa wajah putihnya yang halus dan chubby. Pemandangan gunung Merapi di kejauhan memaksa Lana untuk mengagumi keindahan alam yang Tuhan ciptakan.

Pagi ini Lana berencana turun dari kondonya untuk berjoging lalu berenang ketika suara dering telepon berbunyi. Dilihatnya 'Ferly is calling'.

"Hallo Ferly? Kamu sudah pulang dari Kanada?"

Tidak ada jawaban dari Ferly, hanya isak tangis yang didengarnya.

"Ferly? Kenapa kamu? Are you all right?"

Selain isak tangis yang masih terdengar, Lana juga mendengar suara sirine.

"Fer?" Lana menjadi panik. "Kamu dimana?"

"Lan... Tolong saya.." lirih Ferly disertai isak tangis.

"Oke Fer, kamu tenang ya, kamu ada di rumah kan? Saya ke sana sekarang."

"Iya," jawab Ferly lirih.

-

'Ada apa dengan Ferly? Dimana Adi tunangannya? Apakah mereka bertengkar?' Sepanjang jalan, Lana sibuk memikirkan Ferly. Ia mengendarai mobil Erick dengan kecepatan yang cukup tinggi.

-

Lana sudah sampai di atea perkebunan tebu milik Ferly. Baru saja masuk gerbang utama kawasan perkebunan, mobil yang Lana kendarai berpas-pasan dengan mobil polisi yang akan keluar gerbang. Suara sirenenya terdengar cukup kencang. Tak lama, Lana melihat pak Andi dan Harun yang berboncengan mengikuti mobil polisi yang ada di depan mereka.

Mobil diparkir asal di depan teras rumah Ferly, dan Lana langsung turun dari mobil berlari menuju pintu lalu mengetuk cincin kuningan besar yang berfungsi sebagai bel di daun pintu rumah bergaya Belanda milik Ferly. Tak lama mbok Yem membukanya.

"Mbok, Ferly dimana?" tanya Lana dengan cepat.

Mbok Yem tidak bisa bicara, ia hanya bisa terisak, matanya sembab.

"Mbok, apa yang terjadi?" suara Lana melembut melihat Sutiyem yang tidak bisa bicara.

Mbok Yem hanya menggelengkan kepalanya.

"Apa Ferly ada di kamarnya?"

Mbok Yem mengangguk.

"Saya ke kamarnya dulu ya mbok?" Lana memegang kedua bahu mbok Yem dan mengelusnya dengan lembut. "Mbok Yem tenang yaa, jangan panik. Semua pasti akan baik baik saja. Saya ke atas dulu ya mbok?"
Dengan cepat Lana melangkah naik tangga ke lantai atas meninggalkan mbok Yem yang masih terisak.

Pintu kamar Ferly terbuka lebar, Lana melihat Ferly duduk di lantai bersandar di tempat tidur. Kedua tangannya melingkari kakinya yang ditekuk, kepalanya bertopang di atas lututnya. Dengan perlahan Lana menghampiri Ferly lalu berlutut dan membelai kepala Ferly.

"Fer?"

Ferly mengangkat kepalanya, seketika ia memeluk Lana dan menangis pilu.

-
-

Beberapa jam kemudian, Lana dan Ferly sudah berada di kondominium.

Ferly duduk di sofa dekat jendela di dalam kamar Lana. Pandangannya kosong menerawang ke luar jendela, seakan gunung Merapi yang indah tidak nampak di matanya. Sesekali air matanya menetes.

Lana kebingungan, ia sudah mencoba semua saran dari teman-temannya, namun tak satupun yang bisa membuat Ferly bicara. Jangankan bicara, makan dan minum pun Ferly tidak mau.

JODOHKU MANA? (Lengkap)Where stories live. Discover now