💑Ketemu camer💑

68 21 1
                                    

[UTAMAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!]

<Happy reading>

💑

Dio memasuki kelasnya dan berjalan ke arah mejanya. Lalu duduk di kursi dengan menaruh tas di atas mejanya. Mengeluarkan handphone dan mulai memainkan game online yang ada di sana sambil menunggu bel masuk.

Dio dan Fia berbeda kelas. Fia yang berada di kelas 12 Ips 1, sementara Dio yang berada di kelas 12 Ips 3. Jarak kelasnya dengan kelas Fia pun lumayan jauh.

"Dio."

Dio mendongak sekilas lalu menunduk lagi pada game online yang ada di handphonenya. "Iya, kenapa, Ra?"

Ini nih yang ditakutkan Fia, karena Dio sekelas dengan Rora. Fia yakin, gadis itu pasti punya perasaan terhadap Dio.

"Lo udah ngerjain pr matematika?" tanya Rora. Dio menoleh pada Rora, lalu pandangannya turun pada buku yang dipegang oleh gadis itu.

Dio menekan tombol home di handphonenya lalu mematikannya dan memasukannya ke dalam saku celananya.

"Udah. Kenapa? Lo belum?" Dio bertanya balik.

Rora mengangguk pelan. "Satu soal lagi. Gue bingung."

"Yang mana?" tanya Dio.

Rora tersenyum. Menyodorkan bukunya dan menunjuk soal yang belum ia kerjakan. "Yang ini." Lalu duduk di kursi sebelah Dio yang masih kosong. Karena pemilik kursi itu belum datang.

"Ohh ini mah sama aja kayak nomor dua. Cuma lo tinggal ganti angkanya aja." Dio menjelaskan.

"Ohh gitu, ya?" Rora menggaruk belakang lehernya yang tak gatal. Sebenarnya Rora sudah tau caranya. Dia hanya ingin memastikan saja cara itu benar atau tidak.

Di kelas 12 Ips 3 rata-rata yang paling pintar adalah Dio. Tapi, bukan berarti Dio pintar banget. Hanya saja di kelas 12 Ips 3 semua murid-murid diambil dari kelas 11 Ips 3 dan 4. Sementara Dio berasal dari kelas 11 Ips 2 yang notabenya murid-muridnya pintar semua.

Kenapa Dio bisa masuk ke kelas 12 Ips 3? Entah. Dio pun tidak tau. Tapi mau bagaimana lagi. Semua sudah terjadi. Yang penting sama-sama belajar, kan?

***

"Mau ikut masuk gak?" tanya Fia setelah mobil Dio berhenti di depan rumahnya. Seperti perkataan Dio tadi, pulang sekolah Dio mengundangnya untuk mampir ke rumahnya. Lebih tepatnya, mama Dio yang menyuruhnya.

"Gue tunggu sini aja," balas Dio.

Fia melepas seatbeltnya lalu bergerak untuk membuka pintu. "Yaudah kalo gitu. Gue ganti baju dulu, nanti balik lagi ke sini."

Dio mengangguk sekali. "Iyaa, jangan lama-lama. Gak usah dandan. Lo natural aja nyokap udah suka." Dio terkekeh di akhir kalimatnya.

"Gimana kalo gue dandan ya?" Fia ikut tertawa. "Auto diangkat jadi anak kali, ya?" lanjutnya ngawur.

"Lo kan udah jadi anak nyokap. Maksudnya nanti kalo kita jadi."

"Jadi apa?" tanya Fia pura-pura tidak tau. Dia hanya ingin mengetes Dio saja. Dio terdiam beberapa saat. Sial! Dia terjebak dengan ucapannya sendiri.

"Lo gak jadi keluar?" Dio mengalihkan pembicaraan.

"Ngeles aja teross," cibir Fia sambil membuka pintu. Lalu keluar dan bergegas masuk ke rumahnya.

***

"Gue ke kamar dulu. Lo temuin mama duluan aja, nanti gue nyusul."

Fia mengangguk mengiyakan ucapan Dio. Lantas berjalan ke arah ruang tamu, sementara Dio pergi ke kamarnya.

The Couple✔Where stories live. Discover now