💑Alasan💑

27 9 0
                                    

[UTAMAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!]

<Happy reading>

💑


"Manda mana?" tanya Fia yang tiba-tiba masuk ke dalam kelas Dio.

Rora yang melihat hal itu langsung beranjak dari duduknya dan menghampiri Fia.

"Kenapa, Fi? Manda gak masuk hari ini."

Fia berdecih lalu tersenyum sinis. "Gak masuk? Gue tau, pasti dia takut kalo kelakuannya ketauan, kan?"

Rora mengernyit tidak mengerti. "Maksud lo apa?"

"Bilangin ke temen lo, gue tunggu pengakuannya besok. Kalo dia gak temuin gue dan gak minta maaf secara langsung, gue bakal sebar buktinya."

Setelah mengatakan itu, Fia langsung pergi keluar dari kelas 12 Ips 3. Meninggalkan tanda tanya di kepala Rora.

***

Setelah 2 hari Manda tidak masuk sekolah, akhirnya gadis itu kembali ke sekolah juga. Padahal Fia sudah tidak sabar untuk mengelus rambutnya.

Fia menyunggingkan senyumnya saat melihat Manda sedang berjalan di koridor sekolah. Ini yang ditunggu-tunggu Fia. Menanti pengakuan dan permintaan maaf gadis itu padanya atas kejadian gudang hari itu.

Fia bergegas pergi menyusul Manda. Sedangkan di belakangnya, Dio terus mengawasi Fia. Jaga-jaga kalau gadisnya itu sampai melakukan yang tidak-tidak.

"Manda!"

Mendengar panggilan itu sontak membuat Manda menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Lantas terkejut melihat Fia di sana sambil menatapnya garang.

Manda kembali menoleh ke depan. Lalu meringis. "Mampus gue!" umpatnya sambil menepuk jidatnya. Lalu mempercepat langkahnya yang perlahan menjadi berlari.

"Eh Manda! Jangan kabur lo!" teriak Fia dan langsung mengejar Manda.

"Fia!" Dio yang melihatnya langsung ikut berlari juga. Terjadilah aksi kejar-kejaran antara tiga orang itu sampai Manda berhenti karena di depannya terdapat jalan buntu. Manda berdecak sebal dan menggerutu.

"Nah kan, gak bisa kabur lagi kan lo," ujar Fia sambil tersenyum penuh kemenangan. "Tanggung jawab lo!"

"Tanggung jawab apa?!" Manda memberanikan diri untuk tidak takut.

"Alahh gak usah pura-pura gak tau deh. Lo 'kan yang udah jebak gue di dalam gudang?!"

"Gak usah nuduh sembarangan kalo gak ada bukti!"

"Bukti? Lo mau bukti? Nih gue kasih liat!" Fia langsung mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan video salinan CCTV yang ia dapat dari pak satpam.

Manda meneguk ludahnya kasar. Antara gugup dan takut. Manda terdiam sambil memikirkan cara untuk menghapus bukti itu. Di saat jantungnya yang berdegub kencang, disitu pula Manda mendapatkan ide untuk mengambil ponsel Fia.

"Eh, pak Bondan? Selamat pagi, Pak."

Dan benar dugaan Manda. Di saat Fia dan Dio sedang menoleh ke belakang, buru-buru gadis itu merebut ponsel Fia dan membawanya pergi dari sana.

Fia pun langsung tersadar. "Hp gue!" Langsung saja ia kembali mengejar Manda.

Manda berlari sampai ke taman belakang sekolah. Manda menoleh ke belakang apakah Fia masih mengejarnya atau tidak. Saat dilihat, Manda akhirnya bernapas lega ketika tidak ada tanda-tanda munculnya Fia.

"Huh akhirnya ...." Manda memegang lututnya karena kelelahan, namun matanya menangkap sepasang sepatu di depannya. Manda sudah takut duluan jika itu adalah Fia. Manda pun memberanikan diri untuk mendongak.

"Rora?! Ngagetin aja lo!"

Manda pun berjalan mendekati Rora. "Untungnya lo di sini, Ra. Lo tau gak, gue tadi lagi dikejar-kejar mak lampir," ceritanya masih dengan napas tersengal.

"Siapa yang lo maksud mak lampir?" Tiba-tiba terdengar suara yang sangat Manda kenali. Tak lama kemudian, Fia datang dari arah belakang sambil berkacak pinggang.

Manda melotot melihat ke arah Fia. Lalu kembali menatap Rora dengan tatapan memelas.

"Lo harus lurusin semuanya, Man," kata Rora.

***

"Jujur cepetan!"

"Iya-iya. Gue yang ngelakuin itu semua! Puas lo?!"

Fia menggeleng. "Belum. Kasih tau gue alesannya."

"Simple. Karena lo mantan Reno," jawab Manda dengan tenang. Mereka semua dibuat melongo dengan jawaban Manda.

"Serius? Karena itu?"

"Iya."

"Lo suka, Man sama Reno?" tanya Rora ragu-ragu. Takut jika jawaban Manda tak seperti yang diharapkannya.

Terjadi jeda sebentar sebelum Manda menganggukan kepalanya sekali.

"Ya ampun, Man!" pekik Rora tak habis pikir.

"Lo tau dari mana kalo gue mantannya Reno?"

"Waktu itu gue nguping pembicaraan lo sama Cia," jawab Manda tanpa gugup sekali pun. "Udah jelas semua, kan? Yaudah!"

Saat Manda hendak bangkit dari duduknya, pundaknya ditahan oleh Fia hingga ia kembali duduk.

"Apa lagi?" tanya Manda kesal.

"Lo belum minta maaf."

Manda menghela napasnya kasar. "Gue minta maaf," katanya namun terdengar malas-malasan.

"Yang ikhlas minta maafnya," kata Fia meminta Manda untuk mengulangnya dengan benar.

Manda mengepalkan tangannya kesal. Giginya saling bergemeletuk. Menatap Fia tajam. Banyak maunya nih orang, batinnya.

"Man," panggil Rora sambil menyentuh pundak Manda. Menatap Manda penuh harap supaya gadis itu melakukannya dengan benar. Manda adalah temannya. Sebagai teman yang baik, Rora tidak mau kalau Manda berbuat hal yang tidak baik.

Tangan Manda yang terkepal perlahan melunak ketika melihat tatapan Rora. Lalu menghela napasnya pelan.

"Oke," katanya. Tatapannya kini berganti pada Fia. "Gue minta maaf, Fi. Gue bener-bener minta maaf. Gue nyesel," ucapnya kali ini terdengar tulus.

"Oke. Maaf lo gue terima." Fia mengulurkan tangannya bermaksud untuk berjabat tangan dengan Manda.

Awalnya Manda hanya menatap tangan yang terulur di depannya itu, namun sedetik kemudian ia menerima jabatan tangan tersebut.

<Tbc>

💑


1 part lagi ending. Yeayyyy!!!

Penasaran 'kan sama endingnya?

Oh ya, dari awal emang aku bikin konflik ini ringan aja. Gak terlalu ribet sampai kalian harus mikir:)

The Couple✔Where stories live. Discover now