💑Datang bulan💑

55 21 1
                                    

[UTAMAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!]

<Happy reading>

💑

Saat ini, di kelas Dio sedang berlangsung pelajaran olahraga. Yoga, sebagai ketua kelas sedang memimpin pemanasan kali ini. Setelah 15 menit melakukan pemanasan, Pak Deni selaku guru olahraga sedang bersiap untuk memberikan materi tentang bola volly. Tapi sebelum itu, beliau mengabsen muridnya terlebih dahulu.

"Lo bilang aja, Ra ke pak Deni," ujar Manda berdiri di depan Rora yang sedang duduk di bawah pohon.

"Yaudah yuk, temenin gue bilang." Rora beranjak dari duduknya dan berjalan menghampiri pak Deni sambil memegangi perutnya.

"Pak." Pak Deni yang yang sedang mengabsen murid-murid langsung menoleh pada Rora.

"Iya, kenapa?"

"Saya izin gak ikut olahraga dulu ya, Pak. Perut saya sakit," ujar Rora dengan lirih. Keringat di pelipisnya dan juga bibir pucatnya menandakan bahwa Rora benar-benar sakit.

"Yaudah kamu ke UKS aja, daripada pingsan di sini." Lalu Pak Deni menoleh pada Manda. "Antarkan teman kamu," katanya. Manda mengangguk mengiyakan.

"Makasih ya, Pak." Setelah itu, Rora bergegas pergi ke UKS ditemani oleh Manda.

***

"Aduhh, Ci perut gue sakit," bisik Fia pada Cia yang ada di sampingnya.

Saat ini di kelas Fia sedang berlangsung pelajaran Ekonomi. Bu Sesil sedang menerangkan tentang Jurnal Umum, tapi Fia sama sekali tidak bisa berkonsentrasi karena terus mengeluh perutnya sakit.

Cia yang tadinya fokus pada Bu Sesil lantas menoleh pada Fia. "Sakit kenapa?" tanyanya.

"Hari pertama haid, Ci."

"Yaudah lo izin aja ke UKS. Istirahat di sana."

"Tolong bilangin, ya?" ujar Fia memasang wajah melasnya. Cia pun mengangguk mengiyakan dan hendak mengangkat tangannya.

"Bu."

Bu Sesil sontak menghentikan ucapannya dan menoleh pada Cia. "Ya, kenapa, Cia? Ada yang mau ditanyakan?"

Sontak Cia menggeleng sambil meringis. "Bukan, Bu. Ini, Fia izin ke UKS katanya. Perutnya sakit," ujarnya sambil menunjuk Fia di sebelahnya.

Bu Sesil langsung mengalihkan pandangannya pada Fia. "Benar, Fia?"

"Iya, Bu perut saya sakit. Saya izin ke UKS ya, Bu?"

"Yasudah silakan."

"Makasih, Bu." Fia pun beranjak dari duduknya.

"Mau gue anterin gak, Fi?"

Fia menggeleng tanda tidak usah. Cia pun hanya mengangguk saja dan kembali memperhatikan Bu Sesil yang lanjut menjelaskan materi.

***

Bel pelajaran pertama sudah berbunyi. Cia sedang membawa buku-buku tugas kelasnya untuk dibawa ke meja bu Sesil. Namun saat melewati lapangan, Cia melihat Dio yang masih berada di sana. Cia pun berjalan menghampiri Dio.

"Dio!"

Dio yang sedang mengobrol dengan teman-temannya langsung menoleh. Lalu berjalan menghampiri Cia dengan keringat yang bercucuran di pelipisnya dan juga seragam olahraga yang sedikit basah.

"Kenapa, Ci?" tanyanya.

"Fia ada di UKS tuh. Perutnya sakit. Biasa, awal datang bulan. Lo samperin gih."

Dio mengangguk sekali. "Oke, Ci. Nanti gue ke sana. Thanks infonya."

Cia hanya mengangguk. Lantas kembali melanjutkan langkahnya menuju kantor.

***

Tanpa berganti seragam terlebih dahulu, Dio langsung pergi ke UKS untuk menemui Fia. Dio baru ingat kalau sekarang jadwal Fia datang bulan.

Dio langsung membuka pintu UKS dan ingin mencari Fia. Namun panggilan seseorang membuat langkah Dio terhenti pada salah satu bilik UKS.

Dio menoleh dan mendapati Rora sedang duduk di atas brankar.

"Loh, Ra? Lo di sini?" tanya Dio dan sialnya sambil berjalan menghampiri Rora.

Rora mengangguk pelan. "Iyaa, perut gue sakit. Gue udah izin, kok ke pak Deni, emang lo gak liat tadi?"

Dio menggeleng. Dio memang tidak memperhatikan kalau Rora keluar lapangan tadi.

"Lo sendiri ngapain di sini?" tanya Rora balik.

Ekhem! Ekhem!

Dio dan Rora sontak menoleh ke samping ketika mendengar suara deheman keras seseorang. Mereka pikir orang yang berada di bilik sebelah sedang sakit tenggorokan, jadi mereka tak menghiraukannya.

Rora kembali menoleh pada Dio. "Oh ya, tadi gimana olahraganya?" tanyanya basa-basi.

"Kayak biasa," jawab Dio seadanya.

EKHEM! EKHEM!

Mereka lagi-lagi menoleh ke samping.

"Hei, tenggorokan kamu sakit, ya?" tanya Rora sedikit berteriak pada orang yang ada di balik bilik itu.

"IYA SAKIT! SAKIITTT BANGET! PANAS JUGA NIH!"

Rora sedikit terkejut mendengar jawaban disertai teriakan itu. Namun sepertinya mereka kenal dengan suara itu.

Dio langsung menyibak gorden yang menutupi bilik itu, dan terkejut melihat seseorang yang sedang duduk bersila di atas brankar.

"Fia?"panggil Dio sedikit terkejut.

"Fii?" Fia mengulang ucapan Dio sambil menye-menye dengan melipat tangannya di depan.

***

"Lo masih marah?" tanya Dio yang melihat Fia masih dengan wajah cemberutnya. Saat ini Dio masih berada di UKS menemani Fia. Tidak apalah bolos di jam pelajaran kedua.

Fia pura-pura memainkan handphonenya. Tak menghiraukan ucapan Dio yang terus bertanya berulang kali.

Dio menghela napasnya ketika tak mendapat respon dari Fia.

"Yaudah, gue ke kelas aja, ya. Daripada di sini, dicuekin mulu." Dio beranjak ingin pergi. Sontak Fia membulatkan matanya dan menarik tangan Dio agar kembali duduk di depannya.

"Kenapa lagi?" tanya Dio sedikit gemas.

"Kok gitu sih? Dasar. Gak peka banget!" tukas Fia namun dengan tangan yang masih memegang tangan Dio.

Oke. Lagi-lagi Dio menghela napasnya. Sabar.

"Oke. Lo maunya apa sekarang?" Sudahlah. Dio ambil jalan cepat saja sekarang.

"Beliin yupi bintang sekotak," ujar Fia tanpa berpikir panjang. Dio melongo mendengar jawaban Fia. Dio pikir, Fia akan meminta hal yang lebih susah. Tapi ternyata?

"Cuma itu?" tanya Dio untuk meyakinkan. Fia pun membalas dengan mengangguk lucu.

"Oke, pulang sekolah, kita langsung beli. Tapi janji, jangan marah lagi."

Sekali lagi. Fia mengangguk lucu.

💑

<Tbc>

Salam,
Daww🌸
Jumat, 01 Oktober 2021

The Couple✔Where stories live. Discover now