💑Curhatan Fia💑

19 10 0
                                    

[UTAMAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!]

<Happy reading>

💑

Dio pelan-pelan menurunkan Rora di atas brankar ketika sudah sampai di UKS.

"Kenapa ini?" Bu Pri -guru yang menjaga UKS- langsung bertanya saat melihat Rora pingsan.

"Kena bola, Bu." Manda yang menjawab.

"Yaudah kalian boleh keluar. Biar saya yang urus."

Dio dan Manda mengangguk. Mereka langsung bergegas keluar UKS. Saat sudah di luar ada Raden yang sedang menunggunya.

"Gimana?" tanya Raden langsung.

"Lagi ditanganin sama bu Pri. Udah, lo gak usah panik gitu." Dio berusaha menenangkan Raden sambil menepuk bahu lelaki itu.

"Sorry, ya gue ngerepotin lo. Thanks juga."

Dio mengangguk sambil berdehem pelan.

"Thanks, Yo udah bantu Rora." Kali ini Manda yang mengucapkan terima kasih. Dio pun mengangguk mengiyakan.

***

Renooo_af

Gue tunggu malem ini jam 7. Lo tau, kan sekarang Dio udah nyanyi di cafe gue, jadi gue harap lo terima ajakan gue. See you❤

Fia mengernyit geli saat menerima satu dm ig dari Reno.

"Apaan dah nih cowok!" dengkus Fia kesal.

"Kenapa, Fi?" Cia yang ada di sampingnya tiba-tiba bertanya. Saat ini mereka berdua sedang berada di kantin.

Fia menoleh pada Cia. "Gue mau cerita, Ci. Tapi, lo jangan kasih tau siapa-siapa, ya?"

"Cerita apa emangnya?"

"Udah janji dulu." Fia mengambil jari kelingking Cia dan menautkannya pada jari kelingking miliknya.

"Iya-iya janji." Cia mengangguk pasti.

"Lo masih inget, pemateri yang waktu kita seminar di Kampus Merah Putih?"

Cia menerawang ke atas mencoba mengingat. "Yang mana?"

"Itu loh, yang sempat gempar satu sekolah gara-gara dia dateng ke sekolah kita. Pokoknya yang itu deh."

"Iya-iya. Terus kenapa?" tanya Cia tak sabaran.

"Dia mantan gue, Fi," balas Fia dengan cepat.

"Mantan?" ulang Cia.

"Iyaa. Gue gak tau masih harus disebut mantan atau enggak. Soalnya kita pacaran dari waktu gue SMP, Ci, dan dia kakak kelas gue."

"Bentar-bentar. Gue masih belum ngerti. Jadi, lo pernah pacaran sama kakak kelas?"

Fia mengangguk lesu. "Waktu itu gue masih kelas 1 SMP, sedangkan dia udah kelas 3 SMP. Waktu itu gue masih labil banget, Ci. Jujur, gue masih belum ngerti tentang apa itu pacaran. Awalnya dia duluan yang nembak gue, nah disitu gue masih bingung. Kata gue, 'nembak?', sumpah! Disitu gue masih belum ngerti apa itu kata nembak. Pas gue tanya, dia bilang kalo nembak itu artinya kita pacaran kalo gue nerima. Dan dia bilang lagi kalo pacaran itu artinya dia pengen hidup bareng sama gue selamanya."

Fia menjeda ucapannya mengingat hal memalukan itu. Sampai-sampai keningnya berkerut sambil bergedik ngeri.

"Sumpah! Disitu gue masih labil banget, Ci. Bisa-bisanya gue ngeiyain aja permintaan dia. Akh! Kalo diinget-inget malu sumpah!" Fia berteriak frustasi.

Cia hanya diam namun tetap mendengarkan curhatan Fia. Sesekali tertawa melihat ekspresi frustasi temannya itu.

"Terus kenapa kalian bisa putus?" tanya Cia.

Fia menghela napasnya. "Gue yang mutusin duluan waktu dia mau lulus. Tepat waktu dia selesai wisuda." Fia menjeda ucapannya lalu menghela napasnya lagi sambil menerawang, mengingat kejadian beberapa tahun lalu.

***

"Aku mau udahan aja, Kak."

Lima kata itu membuat Reno yang tadinya memasang senyum lebar langsung melunturkan senyumnya. Selesai acara wisudanya, Fia tiba-tiba mengajak Reno untuk berbicara berdua di halaman belakang.

Reno kira, Fia akan mengucapkan selamat padanya dan memberikan sesuatu seperti buket bunga atau setidaknya sebuah pelukan. Tapi nyatanya?

"Udahan? Tapi, kenapa, Fi?" tanya Reno dengan nada kecewa.

"Aku masih terlalu labil buat pacaran, Kak. Aku masih SMP. Sedangkan Kakak udah mau SMA. Lagian umur kita beda jauh."

"Umur emangnya bakal jadi penghalang hubungan kita, Fi?" balas Reno dengan cepat. Moodnya tiba-tiba berubah.

Fia hanya bisa menunduk sambil menautkan kedua tangannya. "Emm ... aku takut mami tau, Kak. Mami gak suka kalo aku pacaran pas aku masih SMP."

Jadi selama ini, Fia tidak memberitahu maminya kalau dia sudah berpacaran dengan kakak kelas.

"Jadi, kalo kamu udah SMA, boleh dong pacaran?"

Fia langsung mendongak cepat menatap Reno. Bukan gitu maksudnya, pikirnya.

"E-enggak. Enggak gitu. Emm ...."

"Terus apa? Kasih aku satu alesan yang jelas," desak Reno.

Fia menghela napasnya dalam-dalam. Sebenarnya dia takut untuk mengungkapkan hal ini. Takut jika Reno tersinggung dan marah akan ucapannya nanti.

"A-aku ... udah gak suka sama Kakak." Akhirnya kalimat yang sejak tadi ingin Fia ucapkan keluar dari mulutnya juga.

Mendengar hal itu, Reno langsung melemaskan kedua bahunya.

***

"Sejak saat itu gue gak pernah lagi, Ci ketemu sama dia. Gue sama dia udah lost contact. Tapi, Ci, sialnya gue dipertemukan lagi sama dia dan lo tau?!" Fia menjeda ucapannya sambil berteriak frustasi. "Ada Dio juga di sana waktu gue ketemu dia. Dia sempet pegang tangan gue di depan Dio, Ci."

"Jadi, lo belum cerita ke Dio?"

Fia menggeleng lemah. Bibirnya melengkung ke bawah. "Gue takut, Ci. Gue takut Dio marah."

"Fi." Cia memegang lengan Fia. "Jangan gitu. Lo belum coba, kan? Lagian, gue yakin Dio gak akan marah. Setidaknya lo udah mau jujur. Ceritain semuanya ke Dio yang lo ceritain ke gue. Oke?"

"Oke. Gue bakal coba cerita ke Dio."

Cia pun tersenyum mendengarnya.

Tanpa disadari oleh Fia dan Cia, ada seseorang yang menguping pembicaraan mereka berdua. Namun hanya setengah di bagian saat Fia mengatakan bahwa ia adalah mantan Reno.

"Jadi, Fia itu mantannya Reno?" kata orang itu.

<Tbc>

💑

The Couple✔Onde histórias criam vida. Descubra agora