💑Jujur aja💑

19 9 16
                                    

[UTAMAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!]

<Happy reading>

💑

"Dokter bilang kandungan mami sehat. Mami juga harus banyak istirahat, jangan terlalu banyak beraktivitas. Oh ya, rencananya papi mau cari orang buat bantu-bantu mami di rumah," cerita Fia. Kepalanya ia sandarkan pada pundak Dio yang duduk di sampingnya. Saat ini Dio sedang berada di rumahnya.

Dio hanya menjadi pendengar ketika Fia bercerita saat ia mengantar Dilla ke rumah sakit untuk mengecek kandungannya. Jadi saat itu Fia tidak masuk sekolah, alasannya karena itu.

Kepala Dio tertoleh ke samping. "Udah? Gak ada yang mau diceritain lagi?" tanyanya menunggu cerita selanjutnya dari Fia.

Fia langsung mengangkat kepalanya dan mengerutkan keningnya tidak mengerti. "Hm?" tanyanya.

Sambil menunggu jawaban dari Dio, tangan Fia bergerak untuk mengambil sebungkus permen yupi yang ada di atas meja.

"Misalnya ... tentang Reno gitu?"

Perkataan Dio seketika membuat Fia menegang di tempat. Yupi yang ada di tangannya langsung jatuh ke pangkuannya. Fia menelan salivanya susah payah. Menatap Dio yang sedang menatapnya dengan tatapan biasa dengan alis yang dinaik-turunkan.

"Ma-maksudnya? Yaa ... Reno cuma kakak kelas gue waktu gue SMP dulu," jawab Fia sebisa mungkin tidak terlihat gugup. "Bukannya lo udah tau, ya?"

"Yakin cuma itu?" tanya Dio lagi sambil menatap Fia dengan intens.

Fia meneguk salivanya dengan kasar. Perlahan ia mengangguk.

Dio pun manggut-manggut sambil beranjak dari duduknya. Membuat Fia yang melihatnya langsung panik.

"Mau ke mana?" tanya Fia refleks dengan tangan yang menahan baju yang dipakai Dio.

"Gapapa. Cuma mau berdiri aja. Pegel," jawab Dio sambil merenggangkan otot tangannya. Mendengar jawaban Dio, Fia pun bernapas lega. Fia kira Dio akan pergi. Setidaknya Dio mungkin percaya. Pikirnya.

Dio berjalan memutari sofa dan berhenti di belakang Fia. Membungkukkan badannya dengan tangan yang menyangga pada pinggiran sofa. Kepalanya ia dekatkan di samping telinga Fia.

Fia yang bisa merasakan hembusan napas di telinganya langsung meneguk salivanya dengan kasar. Badannya tiba-tiba menegang. Ia tidak berani untuk bergerak sedikit pun. Apalagi menoleh.

Dio tersenyum tipis ketika menyadari ketegangan Fia.

"Santai aja, Fi," kata Dio sambil memegang kedua bahu Fia. Bermaksud untuk merilekskan. "Kayak ditanya mantannya siapa aja. Gak usah tegang gitu."

Dio menegakkan badannya. Memutari sofa lagi dan duduk di tempat semula. Di samping Fia. Menatap Fia dengan intens.

"Gue tanya sekali lagi. Lo gak mau cerita tentang Reno?" tanya Dio yang kali ini benar-benar serius.

Fia tak berani membalas tatapan Dio. Kepalanya terus menunduk sambil menautkan kedua tangannya gugup.

Lama tak ada jawaban dari Fia, membuat Dio langsung kembali bangkit dari duduknya. Menghela napasnya panjang.

"Yaudah. Gue pulang ya, Fi."

Mendengar hal itu buru-buru Fia mengangkat kepalanya. Langsung berdiri ketika melihat Dio sudah berbalik dan hendak pergi ke arah pintu.

"Tunggu!"

Dio langsung menghentikan langkahnya dan tersenyum. Lalu berbalik dan menaikkan sebelah alisnya. Menunggu apa yang akan diucapkan oleh Fia.

"Reno ... Reno mantan gue, Yo waktu SMP," ungkap Fia sambil menunduk. Tak berani menatap Dio.

Dio perlahan berjalan mendekati Fia. "Gue tau," katanya.

Fia mengerutkan keningnya lalu perlahan mengangkat kepalanya. Mendongak menatap Dio penuh tanda tanya.

***

"Gue gak bakal marah, Fi. Lagian itu cuma masa lalu. Yang gue mau, lo jujur sama gue. Lo cerita sama gue. Jangan diem-diem aja sampai bang Reno sendiri yang bilang ke gue."

"Jadi Reno yang-"

"Iya. Tadi sebelum ke sini, gue ketemuan sama bang Reno dan dia bilang semuanya."

"Semuanya?" ulang Fia. Dio mengangguk.

Fia menghela napasnya. Merasa bersalah. "Maaf, Yo. Tadinya gue pengen cerita, tapi nunggu waktu yang pas. Eh tapi malah keduluan orang lain yang cerita ke lo."

Dio tersenyum. "Gapapa. Yang penting lo udah mau jujur. Tadi gue cuma mancing-mancing aja biar lo mau cerita. Awalnya emang lo bohong, tapi akhirnya jujur juga, kan?"

Mendengar hal itu membuat Fia mengingat yang tadi. Saat Dio membuatnya deg-degan dengan tingkahnya. Fia jadi kesal sendiri.

"Harus banget pake cara tadi?" tanya Fia dengan memasang wajah kesal. Mengalihkan pandangannya dari Dio sambil melipat tangannya di depan. "Bikin orang tegang aja."

Dio terkekeh pelan. "Apanya yang tegang, Fi?" tanyanya ambigu.

Fia langsung menoleh dengan cepat dengan kening berkerut. "Ihhh dasar! Pasti mikir yang enggak-enggak!" Fia langsung menghujami Dio dengan pukulan-pukulan ringan di badannya.

Dio tertawa kencang sambil melindungi badannya dari pukulan Fia. "Lo kali," katanya.

"Ihh apaan! Enggak yaa!" elak Fia semakin menghujami tubuh Dio. Kali ini dengan cubitan-cubitan kecil di perutnya.

"Aww sakit, Fi."

Seketika Fia menghentikan aksinya ketika melihat wajah kesakitan Dio sambil memegangi perutnya yang baru saja dicubit oleh Fia.

"Kekencengan, ya nyubitnya? Aduhh maaf, Yo," ucap Fia merasa bersalah. Tangannya bergerak untuk menyingkap kaos yang dipakai Dio. Bermaksud untuk melihat apakah menimbulkan merah atau tidak. Tapi Dio malah salah mengartikan. Lelaki itu malah tersenyum miring.

"Tuh kan, tuh kan. Lo yang mau kali, Fi."

Menyadari ucapan Dio, Fia langsung tersadar. Buru-buru ia menjauhkan tangannya dari perut Dio dan kembali menghujami pukulan-pukulan di tubuh Dio.

<Tbc>

💑

The Couple✔Where stories live. Discover now