Mereka dan Perjodohan

7 3 0
                                    

Jerry duduk seorang diri di salah satu kursi yang ada di kantin kantor. Ditemani segelas minuman ringan, ia mencoba mencerna setiap peristiwa yang baru saja dialaminya beberapa hari ini.

"Kak Jer, kita nggak abis liat hantu kan?" Tanya Salina yang tiba-tiba saja datang, lalu duduk di kursi persis tepat di hadapan Jerry.

"Entahlah." Jawab Jerry sekenanyaa, sambil mengaduk minuman di hadapannya.

"Mungkin nggak sih kalau Imara punya kembaran?" Tanya Salina dengan napas yang masih tersengal-sengal.

"Sal, please." Jerry menginterupsi.

"Oke, lalu siapa yang gue lihat tadi?" Tanya Salina kali ini penuh penekanan.

Jerry terdiam. ia sama sekali tak menampik bahwa pertanyaan yang sama juga menghantui perasaannya kini. Jauh di dalam hatinya, ia pun merasa begitu penasaran dengan sosok Cindy.

*       *       *       *       *       *       *

'Namanya Anna. Dia bersikeras ketemu bapak.'

Kenan mendengus pelan. Ia tak mengira gadis yang ditemuinya beberapa hari yang lalu jauh lebih agresif dari yang ia kira. Kedatangannya siang itu sama sekali tak diharapkan olehnya.

'Suruh dia ke ruangan saya.' Balas Kenan beberapa saat setelahnya.

Sambil menghela napas, kenan bangkit dari meja kerjanya, lalu duduk di salah satu sofa di tengah ruangannya. Ia berusaha tampak santai sementara menunggu Anna masuk ke ruangannya.

"Selamat siang." Sapa Anna dengan senyum semringah di wajahnya.

"Duduklah!" Timpal Kenan sekenanya. Terlihat jelas ia sangat enggan bertemu dengan gadis itu.

Anna bergegas duduk di salah satu sofa di hadapan Kenan. Ia tampak begitu elegan dengan blazer cokelat dan celana panjang  dengan warna senada yang membuat kaki jenjangnya terlihat sangat ramping.

"Saya harap Pak Kenan tidak salah paham dengan kedatangan saya." Ucap Anna memulai percakapan.

"Santai saja, saya bukan orang yang berpikiran sempit." Jawab Kenan sekenanya.

Sebuah amplop berwarna cokelat berukuran besar ditaruh Anna di atas meja. Sementara kenan tampak serius membaca setiap baris kata yang tertulis dari surat yang semula berada di dalam amplop cokelat itu.

"Perlu saya tanda tanganin sekarang?" Tanya Kenan sedikit ketus.

"Lebih cepat lebih baik." Jawab Anna mantap.

*       *      *       *       *      *      *

Imara tampak sesekali termenung di meja kerjanya. Ia tak memungkiri rasa takut kini menggelayutinya. Sesekali ia memejamkan mata berusaha menetralisir segala perasaan dalam dirinya, sebelum ia kembali berfokus dengan pekerjaannya.

"Pak Kenan minta konsep desain dikirim hari ini." Ucap Luna pada semua anggota timnya termasuk Imara.

"Oke Mbak." Jawab Imara setelahnya.

"Oh iya, Mbak Cindy, saya boleh minta bantuan sebentar?" Tanya Luna sambil merapikan bebebrapa kertas yang tampak berantakan di atas meja kerjanya.

A journey Way Back HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang