Sosok Gadis di Masa Lalu Pt. 2

8 3 0
                                    

Jerry berjalan mendahului Imara menuju ruangannya. Sementara puluhan mata karyawan lain tertuju pada mereka. Tak satu pun dari mereka memulai percakapan hingga tiba di ruangan Jerry yang letaknya bersebelahan dengan ruangan Kenan.

"Peluncurannya tinggal lima hari lagi. Jadi pastikan setidaknya Mbak Cindy punya lebih dari satu desain yang dapat kita pakai nanti." Ucap Jerry sambil merapikan beberapa tumpukan kertas di atas meja kerjanya lalu duduk menatap layar laptop yang baru saja dihidupkannya.

"Iya Pak, saya akan berusaha melakukan yang terbaik." Jawab Imara antusias.

"Kamu bisa duduk di sana."Ucap Jerry sekenanya sambil menunjuk sebuah sofa di tengah ruangan, tanpa memalingkan pandangannya pada sosok Imara yang berdiri tepat di hadapannya. "Nggak apa-apa kan?" Lanjutnya.

"Iya Pak." Ucap Imara dengan senyum simpul di ujung bibirnya.

"Ya udah Mbak Cindy bisa ke sana sekarang." Ucap Jerry segera setelahnya.

"Baik Pak." Jawab Imara lalu bergegas duduk di sofa yang ditunjukkan Jerry padanya.

"Oh iya, siang nanti saya mau kamu ikut saya untuk pemotretan katalog." Ucap Jerry sekenanya, masih berfokus dengan layar laptopnya.

"Maaf Pak, setahu saya bukannya itu tugas tim kreatif yang sudah ditunjuk ya Pak?" Tanya Imara memastikan.

Jerry melepas kacamatanya, lalu menjatuhkan tatapan sinisnya pada Imara. Kali ini ia merasa sosok yang dikenalnya sebagai cindy itu bukanlah sosok yang mudah untuk jatuh dalam tipu daya.

"Nggak juga. Kita datang bukan untuk ngarahin modelnya. Saya cuma mau Mbak Cindy memastikan baju yang sudah dipilih dalam keadaan oke. Itu aja." Jelas Jerry dengan nada sedikit ketus. "Setidaknya dengan kedatangan kita, segala kemungkinan buruk bisa segera dicegah." Lanjutnya.

"Baik Pak. Maaf saya nggak tahu." Jawab Imara sambil menundukkan wajahnya.

"It's Ok." Jawab Jerry santai.

*       *       *       *       *       *       *

("Mas bener-bener udah lupa sama Imara?")

Ucapan Salina semalam kembali mengganggu pikiran Kenan. Siapa sebenarnya gadis bernama Imara yang dimaksud Salina seakan menjadi teka-teki baginya.

"Apa gue harus cari tahu tentang gadis itu?" Gumam Kenan pelan. "Lantas kenapa geu nggak boleh lupain dia? Apa dia sama pentingnya dengan Cindy?" Lanjutnya.

Kenan mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya, berusaha menetralisir segala gundah yang dirasakannya. Sejak lima hari lalu, semua orang di sekitarnya bahkan kerap kali berbicara tentang sesuatu yang sama sekali tak ia mengerti.

kenan memandang lurus pintu ruangannya dari balik meja kerjanya. Namun tak berselang lama, seorang gadis berperawakan tinggi semampai dengan blazer dan celana bahan serba putih, muncul dari balik pintu ruangannya.

"Om Effendy ngajak saya dan Pak Kenan makan siang bareng. Beliau bilang, ada sesuatu yang harus disampaikan perihal kerja sama dengan Trust Me Grup." Ucap gadis itu sambil melangkah masuk ke dalam ruangan Kenan.

Kenan menghela napas. ia sama sekali tak menduga sang ayah akan bergerak sangat cepat mengenai perjodohan yang beliau utarakan semalam. Tak punya pilihan lain, Kenan pun bangkit dari meja kerjanya lalu berjalan mendekati gadis itu.

"Silakan!" Seru Kenan sekenanya, mempersilakan gadis di hadapannya itu duduk.

"Makasih." Ucap gadis itu dengan senyum simpul di ujung bibirnya, berusaha memikat hati Kenan.

A journey Way Back HomeWhere stories live. Discover now