Sosok Gadis di Masa Lalu

10 3 0
                                    

("Tolong lu handle Cindy. Gue nggak bisa berada di sekitarnya untuk sementara waktu sampai kerja sama gue dengan Trust Me grup selesai.")

Ucapan Kenan siang tadi kembali bermain liar dalam ingatan Jerry. Sambil menikmati segelas susu cokelat hangat yang dibuatnya, ia kembali menerka-nerka perihal sosok gadis bernama Cindy itu.

"Pasti ada sesuatu yang Kenan nggak ceritain sama gue." Gumamnya pelan.

Jerry mengambil ponsel miliknya yang sejak tadi sengaja ditaruh di atas meja kecil di depan sofa yang didudukinya. Ia mencari kontak milik Luna lalu mencoba menghubungi gadis itu.

"Iya Pak Jerry, ada yang bisa saya bantu?" Luna memulai percakapan sesaat setelah ia menjawab telepon Jerry.

"Mbak Luna, saya boleh minta tolong?" Tanya Jerry sedikit gugup.

"I-iya Pak." Jawab Luna sedikit terbata.

"Begini, sa-saya boleh pinjem Mbak Cindy buat beberapa hari kedepan? Saya butuh bantuan Mbak Cindy untuk ngehandle peluncuran produk baju anak di Senayan akhir pekan nanti." Ucap Jerry masih sedikit terbata berusaha agar Luna tak curiga dengan niat lain yang dimilikinya atas Cindy.

"Oh boleh kok Pak, nanti saya koordinasikan langsung dengan Mbak Cindy." Jawab Luna santai jauh dari yang Jerry duga sebelumnya.

Jerry sama sekali tak menyangka semudah itu ia mendapatkan jalan untuk menyelidiki siapa sosok Cindy sebenarnya. Tentu saja tanpa sepengetahuan Kenan yang justru memintanya untuk menjaga gadis itu.

*       *        *       *       *       *      *

Imara tampak berjalan gontai seorang diri melewati setiap ruas jalan yang membawanya menuju apartemen Tasya. Sosok Anna masih bermain liar dalam ingatannya. Sosok itu cukup mengganggu pikirannya.

Siapa gadis itu? Kenapa ia bersama Kenan? Ada keperluan apa ia datang ke kantor? Kenapa mereka tampak seperti sudah akrab? Pertanyaan-pertanyaan itu terus bermunculan dalam benak Imara.

Rasanya belun genap satu minggu Imara pergi meninggalkan dunia ini. Namun saat ini, ia merasa seisi dunia begitu berbeda. Terlebih Kenan. Lelaki itu tampak sangat berbeda dengan Kenan yang sejatinya ia kenal sebelumnya.

"Bagaimana jika kelak, aku benar-benar gagal dan Kenan kan melupakanku untuk selamanya?" Batin Imara. Ia mengembungkan pipinya, lalu mendengus pelan mengeluhkan segala yang tengah menimpanya kini.

"Inilah kenapa gue sedikit malas berurusan dengan ruh yang baru saja datang." Ucap Ariel yang kini berdiri tepat di belakang Imara. "orang yang cepat menyerah itumenyebalkan." Lanjutnya.

"Gue bukan menyerah, Gue cuma.. Sedang berpikir." Jelas Imara sedikit menurunkan nada suaranya.

"Jauhin diri lu dari pikiran negatif. Kekuatan pikiran kita sangat berpengaruh pada ketentuan nasib. Jadi,"

"Iya gue ngerti. Gue minta maaf." Ucap Imara sedikit merajuk.

Ariel mempercepat langkahnya berjalan sejajar dengan Imara, mereka tampak enggan memulai kembali percakapan yang terputus sebelumnya. Ariel tahu betul sosok Anna benar-benar mengganjal pikiran Imara saat ini. Namun, alih-alih memberi tahu tentang Anna, Ariel memilih untuk tetap bungkam membiarkan segalanya terjadi sesuai kehendak Tuhan.

"Sisa waktu lu sembilan puluh enam hari lagi. Lakukan yang terbaik yang bisa lu lakuin untuk menyelesaikn segala masalah duniawi lu sama Kenan." Ucap Ariel berusaha menyemangati.

A journey Way Back HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang