Pengakuan Pt. 1

2 1 0
                                    

"Selamat pagi," Ucap Imara sesaat setelah Imara masuk ke dalam ruangan Jerry dengan beberapa dokumen yang sejak tadi dibawanya.

Jerry tak menjawab. Ia masih membenamkan wajahnya di atas meja dan membiarkan kacamatanya tergeletak di salah satu sudut meja.

"Pak Jer,"

Imara terdiam saat menyadari sosok yang diajaknya bicara tengah tertidur pulas di mejanya.

Ia menarik napas panjang sebelum berinisiatif meninggalkan ruangan agar tak membangunkan Jerry yang tampak tertidur dengan pulas.

*       *       *        *       *       *       *

("Kamu adalah orang yang sangat ingin saya temui lagi di dunia ini. Lantas bagaimana kamu sama sekali enggak ngenalin saya?")

Ucapan Cindy semalam masih meninggalkan tanda tanya besar bagi Kenan. Yang ia tahu, Cindy adalah cinta pertamanya dan tentu saja mereka pernah bertemu sebelumnya. Lantas bagaimn gadis itu bisa mengatakan bahwa ia sam sekali tak mengenali gadis itu?

Kenan mengedarkan pandangannya ke sekeliling hingga sepasang matanya mendapati sosok Cindy yang baru saja keluar dari ruangan Jerry. Ia segera bangkit dari tempat duduknya berusaha mengejar Cindy. Ia tak ingin kehilangan kesempatan untuk mengetahui maksud dari kalimat yang diucapkan Cindy padanya semalam.

Kenan bergegas keluar ruangan. Namun nahas, sosok Anna justru telah lebih dulu berdiri di depan pintu ruangannya. Dengan senyum khasnya yang selalu berhasil membuat Kenan kesal, ia kembali berhasil membuat suasana hati Kenan semakin kacau.

"Bisa kita bicara nanti aja?" Tanya Kenan tergesa.

"Tapi saya datang ke sini untuk bicara soal fashion show besok," Ucap Anna masih dengan ekspresi yang sama.

"Oke kalau gitu," Timpal Kenan yang sudah tampak pasrah. "Ayo masuk!" Lanjutnya mempersilakan Cindy masuk.

*       *       *       *      *      *      *

Segelas kecil kopi hangat tampak berada di atas meja kerjanya saat Jerry membuka mata menyudahi cengkramanya dengan mimpi-mimpi indahnya. Tak ada seorang pun dalam ruangan itu selain dirinya. Meja yang biasa ditempati Cindy pun masih tampak rapi.

"Enggak mungkin ini kerjaan Kenan," Gumamnya sambil memperhatikan gelas kopi itu dengan seksama.

Jerry bersiap meminum kopi yang sejak tadi berada dalam genggamannya itu saat seseorang membuka pintu ruangannya.

"Astaga!" Gumamnya terkejut hingga menyemburkan sedikit kopi yang sudah ada dalam mulutnya.

"Oh, maaf Pak, saya kira tadi Pak jerry masih tidur," Jawab Cindy sambil menahan tawa melihat sikap Jerry.

"Kamu yang taruh kopi di sini?" Tanya Jerry dengan tatapan tajam tertuju pada Cindy yang masih berdiri di balik pintu ruangan.

"Oh, iya Pak. Maaf kalau Pak Jerry enggak suka sama kopinya. Saya nggak tahu Pak Jerry suka kopi apa," Jawab Cindy dengan senyum simpul di ujung bibirnya.

"Oh, Eng-Enggak kok, saya suka. Kopinya enak," Jawab Jerry semringah.

"Syukur deh kalau Pak Jerry suka," Timpal Cindy lalu segera berjalan menuju meja kecil di sudut ruangan Jerry.

Jerry kembali meneguk kopinya perlahan. Sepasang matanya kali ini tak lepas dari wajah Cindy yang terlihat sangat cantik baginya. Sementara Cindy mulai sibuk dengan persiapan fashion show besok.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 01, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

A journey Way Back HomeWhere stories live. Discover now