Kelinci Yang Terjebak

8 1 0
                                    

("Bagaimana pun saya harus menolak perjodohan antara saya dan Anna. Karena sekarang saya sudah bertemu dengan Cindy, Cinta pertama saya.")

Kalimat itu terus terngiang dalam ingatan Imara. Ia tak henti menatap bayang dirinya dalam sebuah cermin besar yang ada di hadapannya.

Bagaimana bisa? Cinta pertama? Sekonyol ini kah? Sisa waktu yang ia miliki saat ini hanya tinggal 95 hari. Lantas bagaimana ia bisa berpura-pura menjadi sosok Cindy di hadapan Kenan dan menyelesaikan masalah mereka di masa lalu?

"Terus apa yang akan terjadi setelah ini?" Gumam Imara kesal.

Imara membenturkan kepala ke tembok sambil sesekali mengusap wajhnya dengan kedua telapak tangnnya, berusaha menetralisir segala gundah yang dirasakannya kini.

Imara menarik napas panjang, lalu memberanikan diri keluar dari dalam toilet. Langkahnya masih gontai, bahkan kesadarannya pun belum sepenuhnya terkumpul. Ia terus memaksakan diri untuk tetap berjalan. Hingga tanpa sadar, tubuhnya perlahan, jatuh dalam pelukan seseorang.

*       *       *       *       *      *      *

"Mbak Cindy? Tadi sih ke toilet kayaknya Pak." Jawab Luna santai sesaat setelah Jerry masuk ke dalam ruangan tim desain menanyakan keberadaan Cindy.

"Oke Mbak. Makasih banyak ya." Ucap Jerry dengan napas yang sedikit tersengal, lalu bergegas pergi meninggalkan ruangan.

Jerry mempercepat langkahnya mencari sosok Cindy yang tib-tiba saja hilang dari jangkauannya. Sepasang matanya menyapu bersih setiap sudut koridor yang bisa dilihatnya.

Rasa panik perlahan menghinggapinya. Ia terus berjalan menuju toilet wanita di ujung koridor, hingga akhirnya, sosok yang dicarinya sejak tadi pun muncul di hadapannya.

Berbeda dengan sebelumnya, Cindy tampak sedikit lusuh. Rambutnya sedikit berantakan dan jalannya pun sedikit gontai. jika dibiarkan terlalu lama, gadis itu pasti akan jatuh.

Dengan sigap, Jerry berlari mendekati Cindy yang sudah hampir terjatuh di atas lantai. Namun, seorang laki-laki yang datang dari arah toilet pria justru lebih dulu datang dan menopang bahu Cindy agar tetap berdiri tegak.

Jerry terdiam membiarkan kakinya berada dalam posisi sejajar. Rasa kecewa terpancar di wajahnya, Entah bagaimana perasaan itu muncul begitu saja saat Kenan begitu saja muncul membuyarkan niatnya untuk menolong Cindy.

"Hati-hati Mbak Cindy." Ucap Kenan sambil berusaha memegangi bahu Cindy agar gadis itu tetap berdiri tegak.

"Terima kasih Pak." Jawab Cindy dengan suara parau lalu melepaskan tangan Kenan dari bahunya.

Meski masih tampak gontai, Cindy terus berusaha menunjukkan dirinya baik-baik saja di hadapan Kenan. Ia terus melangkahkan kakinya yang terasa begitu berat hingga seasang matanya tertuju pada sosok Jerry yang kini berdiri tepat di hadapannya.

"Pak Jerry." Ucap Cindy pelan.

"Kita ke ruangan saya. Masih banyak pekerjaan yang harus kita selesaikan." Ucap Jerry sedikit ketus lalu berbalik pergi mendahului Cindy yang berjalan mengekor di belakanggnya.

*       *       *       *       *       *       *

Imara berjalan seorang diri menuju apartemen Tasya. Apa yang didengarnya tentang Cindy tadi masih terus bermain liar dalam ingatannya.

Bagaimana bisa ia memerankan sosok wanita yang mungkin begitu penting bagi Kenan. Lantas bagaimana jika kelak Kenan tahu bahwa ia bukanlah Cindy yang telah selama ini ia rindukan? Apakah ia akan menghilang dari muka bumi ini dan kembali menjadi Imara yang hanya hidup dalam kenangan?

A journey Way Back HomeWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu