22 Romantic scene

25.2K 1.6K 210
                                    

Part tadi gak ada yang komen ☹️
Padahal mau Double Up.
***

Pintu Apartment Reino terbuka. Saat sang pemilik membuka pintu tersebut. Reino pulang dengan wajah masam. Menunduk. Tak ada gairah sama sekali. Dia membuka sepatunya, lalu memakai sandal khusus yang di gunakan dalam ruangan.

Sebelum kakinya melangkah menuju tangga, dia kini mematung, melihat Anggun yang ketiduran bersama Coco di Sopa depan TV. Gadis itu menunggu Reino hingga larut malam begini. Ada rasa tak enak yang di rasakan Reino ketika membuat Anggun menunggu. Rasa bersalah karena tidak membalas pesannya kini baru ia rasakan. Dia menunduk dan merasakan sesak di dadanya saat melihat Anggun.

"Anggun"

Reino coba membangunkan. Namun gadis itu masih terlelap.

"Anggun!" Sekali lagi Reino mencoba membangunkan.

Mata Sipit Reino tertuju pada pipi Anggun yang tampak sembab. Dia menyentuh pipinya. Basah. Belum kering sama sekali. Itu Artinya Anggun menangis belum lama ini.

Apa gara-gara Reino?

Ada rasa tak tega untuk membangunkan Anggun. Tapi  Anggun tidak boleh tidur di sini. Mata Reino melihat ke arah jendela. Pantas, anginnya tadi begitu dingin. Di luar sedang hujan deras.

Dengan terpaksa Reino mengangkat tubuh Anggun dengan ala Bridal. Reino berjalan menaiki tangga meski harus membopong tubuh Anggun. Dia akui jika Anggun kurus. Tapi kenapa begitu berat? Apa gara-gara pantatnya yang terlalu besar. Reino kira begitu.

Dia membaringkan Anggun di kasur. Lalu menaikan selimut sampai pundak gadis itu. Kemudian Reino berbaring di sampingnya. Namun masih dalam jarak yang berjauhan. Reino takut khilaf kalo harus berdekatan.

Anggun melenguh. Reino langsung membalikan badannya untuk menghadap Anggun. Satu tetes peluh membasahi dahi Anggun. Reino langsung menghapusnya menggunakan jari.

"Mas Rei...." Gumam Anggun tanpa sadar.

Reino terkesiap saat tangannya hendak membesarkan AC kamar karena Anggun kegerahan.

"Iya Ang— kamu ngigau?"

"Maaaas?" Gumam lagi Anggun dengan raut muka ketakutan.

Satu tetes kembali terjatuh. Namun kini berasal dari mata Anggun yang ternyata menangis di dalam tidurnya. Reino jadi merasa bersalah, bahkan Anggun memasukan Reino dalam mimpi buruknya. Raut muka Gadis itu semakin ketakutan. Reino segera memeluk Anggun. Menenangkannya Agar Anggun tidak merasa ketakutan lagi.

"Tenang Anggun! Saya ada di sisi kamu" balas Reino sambil menggenggam tangan Anggun.

Anggun akhirnya tidak mengigau lagi saat Reino memeluknya. Dia mengelus pucuk kepala Anggun agar dia merasa tenang. Dan benar saja, raut wajahnya berubah jadi tenang. Tak berapa lama air matanya jatuh tepat saat Reino hendak menyelipkan rambut Anggun ke belakang telinganya.

"Maafin saya Anggun"

Reino menggumam saat menyadari basah di jari jempolnya yang ketetesan air mata Anggun.

"Maafin saya karena tidak bisa membalas rasa cinta kamu. Kita berdua bersatu adalah hal yang mustahil bagi saya."

Air mata Anggun kembali terjatuh tanpa sadar. Matanya terpejam namun air matanya terus menetes. Reino tahu Anggun tertidur, mungkin tanpa sadar perkataan Reino terdengar oleh Anggun yang mengakibatkan perkataan itu masuk dalam mimpinya.

"Anggap saja perkataan saya mimpi Anggun. Karena kalo kamu dengar, itu akan lebih terdengar sakit."

Reino menyeka air mata yang berjatuhan. Lalu dia juga ikut tidur dengan posisi membelakangi Anggun. Reino memejamkan matanya, seolah dia juga ingin lupa dengan kejadian hari ini. Melupakan berbagai masalah yang hinggap di hidupnya. Tentang masa lalunya yang kelam. Tentang semua perempuan yang selalu membuatnya sakit. Semua itu memutar begitu saja di otaknya hingga Reino kembali membuka matanya. Dia merasa ketakutan, kejadian itu terus terbayang semenjak tadi Intan menciumnya.

My Perfect TeacherWhere stories live. Discover now