36: Penikahan batal

21.4K 1.7K 273
                                    

Aku tahu kalian mengerti caranya menghargai karya seorang penulis. Cukup dengan Vote + komen doang kok!

Reino berlarian di lorong rumah sakit menuju ruang Kania sekarang di rawat. Tangan Reino juga tak luput menggenggam tangan Anggun, seolah dia teramat takut kehilangan gadis itu.

Setibanya di ruangan VIP tempat Kania di rawat, Reino bertemu dengan Rika dan Dean suaminya yang kini sedang duduk di sofa. Rika juga tampak sangat sedih, dan Dean merasa khawatir karena di saat istrinya sedang hamil besar, Rika justru tertekan dengan keadaan.

"Dean gimana keadaan Mama?" Tanya Reino.

"Kata dokter Mama serangan jantung mendadak, entah karena apa, Mama tadi tiba-tiba pingsan waktu kamu pulang dari rumah. Untungnya tadi mama langsung di larikan ke rumah sakit, jadi Mama bisa tertolong Rei," Jawab Dean.

Reino tahu sebabnya karena apa, tapi dia memilih untuk diam saja. Karena percuma, toh nanti juga mereka bakalan tahu juga kalo Kania sudah siuman.

Kini kaki Reino melangkah mendekati Brankar yang di tempati Mamanya di ikuti Anggun di belakang Reino. Sementara Rika sekarang di bawa oleh Dean untuk pulang ke rumah, karena takut mempengaruhi calon bayi yang ada di dalam kandungannya.

"Mama udah tau penyakit saya Anggun," ujar Reino sambil menggenggam tangan Kania yang masih tak sadarkan diri.

Anggun menganga, dia langsung memeluk Reino dari samping dan mengelus punggung Reino untuk menenangkannya. Karena saat ini, Reino terlihat begitu terpukul.

"Anggun, saya mohon, kamu bantu saya buat sembuh!" Reino menoleh pada Anggun dengan mata yang teramat sedih.

Anggun mengangguk, "iya Mas, pasti Anggun bantu."

"Kalo Mama siuman, saya janji, saya bakalan cerita semuanya sama mama. Saya juga bakalan jujur kalo selama ini kamu yang selalu bantu saya Anggun."

"Tapi, gimana sama calon istri Mas Rei?"

"Saya mau batalin pernikahan ini Anggun. Saya yakin, Intan juga bakalan setuju kalo tau penyakit saya."

"Anggun harap begitu mas."

"Oh iya, Kamu tidur gih! Sudah malem Anggun, besok kan kamu harus sekolah."

"Anggun belum ngantuk Mas."

"Tapi besok sekolah Anggun, saya juga tadi udah bilang sama bu Puput kalo malam ini kamu tidur di rumah sakit nemenin saya. Mama kamu bilang, kamu jangan tidur malem-malem."

Anggun cemberut, "yaudah Anggun tidur Mas."

Gadis itu memanyunkan bibirnya dan berjalan ke sofa untuk membaringkan tubuhnya. Dan lagi-lagi Reino membuka jasnya untuk Anggun gunakan sebagai selimut.

"Kamu tidur dulu aja Anggun! Nanti pelayan mama bentar lagi datang kok."

"Iya Mas."

Anggun mulai memejamkan matanya, namun tetap saja setelah beberapa menit memaksa matanya untuk tidur tapi rasa kantuk semakin tidak ada saja.

"Mas?" Panggil Anggun.

Reino menoleh, dia sekarang tengah duduk di sisi brankar mamanya. "Kamu belum tidur?"

"Anggun gak bisa tidur Mas."

Reino jadi merasa bersalah, "maaf Anggun! Gara-gara saya kamu jadi susah tidur. Yaudah kalo kamu gak nyaman, kita pulang aja!"

"Nggak-nggak! Mas. Nanti tante Kania siapa yang jagain?"

"Bentar lagi pelayan mama dateng kok."

"Tapi tetep aja, Mas kan anaknya. Harusnya Mas yang jagain, bukan mereka."

My Perfect TeacherWhere stories live. Discover now