37: Sebuah Takdir

6.8K 589 50
                                    

"Tapi... Aku gak mau pernikahan kita batal Rei. Aku mohon!" Intan berlutut di depan kaki Reino. "Aku mohon Rei, jangan batalin pernikahan kita."

"Maaf Intan."

Intan menangis tersedu-sedu di bawah lantai. Kania yang melihat itu juga merasa tidak tega, tapi mau bagaimana lagi. Kania ingin yang terbaik untuk Reino.

Saat Intan menunduk sambil menangis, tiba-tiba seseorang datang dari balik pintu. Seorang laki-laki berjas hitam. Wajahnya tampan, dan badannya tinggi.

"Cukup Intan!" Ucap lelaki itu, hingga membuat Kania, Reino dan Intanpun menoleh.

"Aldi?" Ucap Intan dengan mata terbelalak. Pasalnya, Intan datang kesini sendiri tidak dengan Aldi— Asisten papanya.

Intan pun berdiri dan memandang tidak suka pada kehadiran Aldi kesini, karena dia tidak ada hubungannya dengan ini.

"Maaf sebelumnya saya mengganggu, saya di perintahkan tuan dan nyonya untuk membawa non Intan segera," ucap Aldi.

"Bohong!" Jawab Intan cepat.

Reino dan Kania yang melihat hanya diam menyaksikan.

"Kalo non tidak percaya, silahkan non menghubungi nyonya Liliana!"

Karena tidak percaya, Intan segera merogoh ponselnya yang ada di dalam tas, dan langsung menghubungi mamanya.

"Hallo Mam?" Ucap Intan setelah tersambung pada Mamanya.

Tak berapa lama raut wajah Intan berubah jadi khawatir. Entah apa yang di katakan Liliana, Intan buru-buru pamit pulang pada Kania. Asisten yang bernama Aldi juga ikutan pamit dari ruangan Kania, hingga menyisakan Reino dan Kania saja di dalamnya.

Air muka Kania berubah jadi sendu saat menatap Reino. Ada rasa bersalah menyelimuti hati Kania, karena dia baru mengetahui penyakit yang di derita Reino. Dan yang membuat Kania lebih merasa bersalah adalah, fakta bahwa Reino juga mengalami defresi karena masalalunya. Andai Kania tahu kejadian yang sebenarnya, Kania juga pasti paham kenapa Reino terus menolak kencan buta yang selalu Kania siapkan untuknya.

Jika saja dokter Rahayu tidak menceritakan semuanya tadi pagi, mungkin Kania tidak akan tahu sampai sekarang kronologisnya seperti apa. Kania juga tidak meminta Rahayu untuk datang, karena Kania juga tidak tahu dokter mana yang menangani penyakit anaknya.

Sementara Reino, dia tidak perlu lagi menjelaskan masa lalunya pada Kania. Karena ternyata, Reinolah yang memerintahkan Dokter Rahayu untuk datang menemui Kania.

"Maafin Mama Rei..." Ujar Kania. Badannya lemah, wajahnya pucat, dan matanya menangis menatap Reino.

Reino menggeleng, kemudian dia memeluk mamanya itu. "Mama gak perlu minta maaf, Reino yang harus minta maaf disini. Seharusnya Reino cerita sama Mama dari dulu, tapi Rei terlalu khawatir sama keadaan mama."

"Gakpapa Rei, mama ngerti. Maksud kamu memang baik."

Reinopun menggenggam tangan Mamanya dengan erat. Berharap Kania tidak jatuh sakit lagi.

***

Sementara di kediaman keluarga Harahap, tampak Nuha membanting sebuah kertas foto ke atas meja. Sementara Nuha bersidekap dengan wajah sangat marah pada Intan.

"Kamu gak perlu jelasin! Papa udah tau alasan kamu nerima perjodohan ini, karena kamu menyembunyikan hubungan kamu sama Aldi."

"Nggak Pah, papa salah paham. Ini enggak seperti yang Papa kira." Jelas Intan, karena foto-foto itu menampilkan Intan yang sering berkencan dengan Aldi.

"Enggak seperti yang Papa kira bagaimana kalo hubungan kalian bisa sampai seperti ini!" Ujar Nuha dengan nada tinggi sambil membanting tesfack ke hadapan Intan.

My Perfect TeacherМесто, где живут истории. Откройте их для себя