[1]

14.7K 1.1K 67
                                    

Semua orang pernah melakukan kesalahan. Itu manusiawi, wajar sekali jika membuat kesalahan.

Tapi, jika kesalahan yang terjadi hampir setiap saat bahkan dalam kejadian kecil dan mudah sekalipun, itu namanya bukan wajar dan tidak manusiawi.

Itu adalah, kecerobohan.

Dan kecerobohan sangat mirip dengan kebodohan. Sama-sama menyulitkan setiap situasi.

Hyunsuk sudah hidup dengan keduanya selama dua puluh satu tahun.

Setiap hari selalu saja ada kejadian yang membuat dirinya kerepotan. Syukur-syukur jika hanya dirinya yang direpotkan,

Lain lagi jika kebodohan yang ia lakukan merepotkan orang lain juga. Itu benar-benar sesuatu yang berbahaya.

Tak jarang Hyunsuk mempermalukan dirinya sendiri karena kebodohan yang ia lakukan tanpa sengaja.

Padahal Hyunsuk cukup pintar, ia lulus High School dengan nilai rata-rata. Ia juga bukan seorang pemalu yang jika banyak orang akan gugup hingga mengakibatkan sebuah kesalahan.

Hyunsuk juga tidak memiliki gangguan mental atau penyakit lainnya. Dia hanya ceroboh, tukang membuat kesalahan dan sangat berteman baik dengan kata 'kebodohan.'

Teman-teman dan keluarganya sudah tidak lagi heran jika Hyunsuk membuat kesalahan. Entah itu kesalahan kecil atau besar, mereka hanya bisa menggelengkan kepala dan bernafas pasrah.

***

"Baru bangun lo?" Yeonjun bertanya saat melihat Hyunsuk keluar dari kamarnya.

Yang ditanya hanya mengangguk, dia menguap sebentar lalu mengusap perutnya yang kelaparan.

Yeonjun yang mendengar suara perut Hyunsuk hanya tertawa kecil, "Gak ada bahan makanan di dapur, cuma ada tiga bungkus emih."

Hyunsuk mengernyit. "Ha?! Kok bisa sih?" tanyanya heboh.

"Ini, 'kan udah akhir bulan. Gak ada mahasiswa yang punya banyak duit buat beli bahan makanan enak terus sehat." Yeonjun menepuk pundak Hyunsuk,

"Yah, kecuali kalo lo mau pake duit lo buat beli daging sama sayuran, pasti nanti banyak makanan sehat." Yeonjun tertawa diakhir kalimatnya.

"Enak aja!" Hyunsuk mendelik tajam, dia berjalan menuju dapur untuk memasak mie instan dan memberi makan perutnya.

Ini adalah hari minggu, tidak ada jadwal kuliah tentu saja. Dan ya, ini sudah tanggal dua puluh dua, pantas dapur begitu kosong karena tidak mungkin ada mahasiswa yang mau repot-repot mengeluarkan uang yang bahkan sudah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok masing-masing.

Hyunsuk membuka laci penyimpan makanan kering, dan melotot begitu menemukan hanya ada sebungkus mie instan di sana.

Hey, tadi Yeonjun bilang tiga buah, kenapa sekarang hanya ada satu?!

Sendawa kecil terdengar dari arah pintu, seorang laki-laki tampan dan tinggi semampai terlihat masuk dengan tangan membawa satu mangkuk besar yang kosong.

"Kenyang." ucapnya bahagia.

Hyunsuk merengut, ia mendekati laki-laki itu, "Berapa banyak mie yang udah lo makan?!" serunya seraya mendongak.

"Dua doang, kenapa sih ribut banget?"

"Kok dua sih?! Harusnya yang makan dua itu gue, semalem kalian makan-makan gue gak ikutan!" Hyunsuk begitu sewot.

"Salah gue? Lo yang gak ikutan kok gue yang disembur, lagian juga ini mie bersama, siapa aja boleh makan berapa aja, bebas."

Memilih untuk tidak meladeni Yohan lebih jauh, Hyunsuk akhirnya mengalah dengan berputar dan mengambil sebungkus mie seraya mencebik kesal.

My Stupid Soulmate [✓] Where stories live. Discover now