[5]

4.9K 832 43
                                    

Hyunsuk tergeletak tak berdaya di atas karpet bulu di dalam kamarnya, beberapa kertas besar berserak dengan berbagai jenis penggaris dan pensil di atasnya.

Ada karton dan kardus belum tersusun rapi di sisi lain, memenuhi ruangan sempit itu sampai rasanya tidak ada ruang untuk bernafas.

Penuh dan berantakan.

Hyunsuk mengangkat tangannya, menatap sekilas telapak putih itu sebelum ia gunakan untuk menutup matanya.

Lelah, Hyunsuk benar-benar lelah.

Helaan nafas pendek terdengar, hampir diiringi dengan isakan jengkel.

"Suk! Bang Bobby bikin pesta, ikut gak?"

Rasanya, tubuhnya Hyunsuk benar-benar berat tak bertenaga. Ia bahkan tidak memiliki tenaga untuk menjawab suara Mark dan Yohan ribut di depan pintu kamarnya.

"Hyunsuk?!" terdengar suara gedubruk keras, dan Hyunsuk tidak akan mau repot-repot membuka matanya untuk tahu apa yang terjadi.

Kecuali ia teringat ada maket di ujung pintu yang mungkin akan terinjak seseorang yang mendobrak pintu.

"JANGAN JALAN! DIEM DI SANA." serunya cepat.

Dan benar saja, maket yang susah payah ia bangun dengan keringat dingin dan air mata hampir roboh begitu saja terinjak Yohan.

"Mau ikut, gak?"

"Banyak mabokkan, Suk. Gila, bang Bobby kalo bikin pesta emang gak pernah sembarangan."

Tadinya Hyunsuk berniat menolak, lelah rasanya pergi ke tempat ramai dan bising itu.

Tapi, ketika Mark mengatakan banyak minuman keras, sesuatu dalam dirinya bangkit bergairah. Tergoda untuk hilang kesadaran dan melupakan rasa lelahnya barang sekejap saja.

Lagipula besok ia tidak memiliki jadwal kuliah.

Maka, tanpa ingat lagi bahwa beberapa menit yang lalu ia merasa sangat malas, Hyunsuk menyambar jaketnya dan ikut berpesta sampai tidak sadar.

***

Suara ribut tanda seseorang berlari kembali terdengar dalam rumah dengan dua kamar itu. Jisung menatap datar dan malas pada kakaknya yang sejak tadi tidak berhenti bulak-balik antara toilet dan dapur.

"Kenapa sih, bang?"

"Ugh..."

Kerutan tak mengerti dari Jisung semakin bertambah saat Jihoon menyeka sudut bibirnya yang meninggalkan cairan bening.

"Gue gak sanggup! Kepala gue pengar, anjing. Mana perut rasanya kayak mau meledek."

Atas rasa kemanusiaan, Jisung membantu kakaknya bangun dan menuntun Jihoon menuju meja makan.

Tubuh Jihoon terasa sedikit dingin dan bergetar.

"Lo hamil, bang?"

"Nyebut! Asal ngomong aja."

Jisung tertawa hambar. "Mau ke rumah sakit, gak? Gue ijin sekolah deh buat mengantar abang gue yang sedang sakit ke rumah sakit."

"Enak aja lo! Sana pergi, gue gapapa."

"Belum sarapan, lo gak masak." rengek Jisung. Matanya tak lepas dari pemandangan di mana Jihoon meletakkan kepala di atas meja makan dengan mata tertutup.

My Stupid Soulmate [✓] Where stories live. Discover now