[10]

4.1K 747 30
                                    

Jihoon itu pendendam. Tidak akan ia biarkan begitu saja seseorang yang sudah menyusahkan hidupnya.

Akan Jihoon balas, akan Jihoon berikan pelajaran pada soulmate tercintanya itu. Lihat saja apa yang bisa ia lakukan ketika dendam menguasainya.

Ia sudah tahu jika soulmate-nya itu pasti seorang mahasiswa. Terbukti dengan pikirannya yang terkadang ikut memikirkan sebuah pelajaran. Bisa ia pasti juga bahwa dia bukan seorang murid SMA, tentu saja, karena tidak ada murid SMA yang akan mewarnai rambutnya seperti orang bodoh.

Dan Jihoon sudah merencanakan bagaimana cara membalas soulmate-nya itu.

Bukan dengan mewarnai rambutnya atau bertingkah bodoh, si brengsek itu pasti tidak akan masalah.

Namun, dengan melelahkan fisiknya sendiri.

Ha! Jihoon akan mengikuti beberapa sesi latihan bela diri dalam dua minggu ini, tanpa jeda. Pula, ia akan menyiksa tubuhnya sendiri dengan berolahraga tanpa ampun.

Jihoon tahu soulmate-nya itu seorang pemalas. Terbukti ketika ia tidak pernah mendapat soulmate thingy akan rasa lelah untuk tubuhnya.

Maka, cari itu pasti berhasil.

Karena itu, di sinilah Jihoon terdampar. Di tengah taman lengkap dengan celana training dan kaus oblong berwarna putih yang sudah kuyup oleh keringat.

Tengah memacu kakinya sendiri untuk terus berlari mengelilingi pohon mangga selama yang ia mampu.

Pukul tujuh lebih lima belas menit begitu ia melirik jam tangannya ketika dirasa kakinya sudah tidak lagi sanggup.

Jihoon rasa itu cukup. Ia sudah berolahraga sejak pukul setengah lima pagi tadi-membuat Jisung keheranan dan langsung menelepon Bundanya,

Mengadu tentang Jihoon yang kerasukan setan karena demi Tuhan ini hari minggu, biasanya Jihoon akan bangun pukul tujuh.

Tidak masalah, demi membalas dendam Jihoon rela bangun lebih awal meski hari libur sekalipun.

Karena ini sudah lebih dari cukup, Jihoon akhirnya beristirahat. Membeli sebotol minuman isotonik dan mendudukkan dirinya di bangku taman yang perlahan mulai ramai.

Ia menegak minuman itu syahdu seraya membayangkan tentang nasib soulmate-nya yang harus bangun pagi buta di hari minggu yang indah ini.

Melegakan.

"Jiun?"

Ia menoleh, mendapati Sunwoo berjalan beriringan bersama Yeonjun. Ah, seperti biasa, pasang ini selalu bermesraan dan membuat Jihoon iri.

"Ngapain?" sensinya, tiba-tiba saja ia merasa sedikit kesal.

"Kamu yang ngapain? Aku emang biasanya jalan pagi sama kakak tiap minggu."

"Halah, lo pikir gue gak tau lo biasanya maraton The Loud House kalo minggu."

Sunwoo tertawa, duduk si bawah Jihoon karena bangku itu hanya bisa ditempati oleh satu orang. Yeonjun mengikuti.

"Tumben lo."

"Yoi, gue sedang dalam misi pembalasan dendam terhadap soulmate gue tercinta."

"Gimana?" tanya Yeonjun tak mengerti. Ia mengerutkan keningnya.

"Lo gak perlu tau. Mending lo urus tuh si Sunwoo, ilernya bisa aja bikin banjir ni taman saking banyaknya keluar."

"Gak ileran! Enak aja."

Yeonjun menatap Sunwoo yang ternyata menatap penjual telur gulung. "Nu mau?"

"Boleh?"

"Boleh, sayang."

My Stupid Soulmate [✓] Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin