Future

4.9K 663 147
                                    

Jihoon berlari, jatuh bangun mengejar mimpinya, memenuhi impian yang dulu sempat ia tinggalkan. Bertahun-tahun terlewati, dengan Jihoon yang berusaha tetap bertahan sendirian, meraih satu-persatu apa yang dulu sempat ia dan Hyunsuk inginkan.

Jihoon mampu melalui semua itu, meski di setiap jalan lukanya tak pernah sembuh.

Tahun pertama, semuanya terasa berat dan sangat sulit bagi Jihoon, perjalanannya berliku. Tidak ada yang menuntunnya, dan Jihoon hampir menyarah, ia terjatuh. Tapi lagi-lagi Hyunsuk tidak mengijinkannya, Jihoon kembali berdiri dengan kedua kakinya sendiri.

Tahun kedua, dunia Jihoon masih terasa abu-abu, tidak ada yang ia lakukan selain mengenang Hyunsuk dan melakukan kewajibannya tanpa gairah.

Tahun ketiga, matahari mulai kembali bersinar dalam gelap yang Jihoon miliki. Ia memiliki keinginan untuk melanjutkan apa yang belum sempat Hyunsuk selesaikan. Jihoon melanjutkan pendidikannya setelah menunda selama satu tahun, dan ia mulai terbiasa untuk hidup seorang diri meskipun tak benar-benar sendiri.

Tahun keenam, pelangi mewarnai hitam-putih milik Jihoon, Yeonjun dan Sunwoo mengadopsi seorang balita, membuatnya memiliki sedikit warna dari anak itu.

Jihoon kembali teringat tentang malam terakhir yang ia habiskan bersama Hyunsuk, kembali mengingat tentang keinginan Hyunsuk untuk memiliki dua orang anak.

Satu lagi semangat dan alasan Jihoon untuk tetap bertahan hidup ia temukan. Jihoon kembali melanjutkan pendidikannya agar menjadi seorang arsitektur yang handal.

Kembali menempuh perjalanannya yang menanjak.

Sampai pada tahun kedelapan belas setelah kepergian Hyunsuk, Jihoon akhirnya bisa mengadopsi dua orang balita dari panti asuhan.

Setelah melalui banyak hal, Jihoon sampai pada tujuannya, ia bisa memenuhi keinginan Hyunsuk untuk memiliki dua orang anak.

Park Dayeon dan Park Doyoung.

Dunia Jihoon benar-benar dipenuhi warna oleh kedua anak itu, semuanya berwarna, pelangi dan cahaya matahari bersinar memenuhi gelap yang dulu menyelimuti.

Luka Jihoon perlahan-lahan terobati, semuanya membaik sampai tiba-tiba ia mendapat kabar bahwa orangtuanya mengalami sebuah kecelakaan tunggal yang menewaskan mereka di tempat.

Lagi-lagi badai menerjang dunia Jihoon, ia kembali terpuruk. Tapi itu tidak berlangsung lama karena ia memiliki Dayeon dan Doyoung yang harus ia besarkan sepenuh hati.

Kedua anak itu menantinya.

Jihoon sembuh, ia kembali memperbaiki segala yang diterjang badai. Lagi-lagi kesempatannya untuk hidup penuh warna menyapa.

***

"Ayah, ini siapa?" tanya Doyoung di suatu sore, ketika Jihoon baru saja kembali dari pekerjaannya.

Jihoon mengambil foto yang digengam anak bungsunya, satu hentakkan keras menyapa dadanya begitu mengetahui siapa yang berada dalam bingkai itu.

"Darimana Doyoung nemu foto ini?" tanya Jihoon lembut, menggiring anak berusia enam tahun itu ke sofa dan memangkunya.

"Dari kamar Ayah." Dayeon yang menjawab, tangan putih milik si sulung terulur meminta dipangku seperti adiknya.

Jihoon meraih Dayeon, memangkunya di paha kiri sementara Doyoung di kanan. Ia memeluk kedua anaknya hangat, membuat gesture agar mereka menyandarkan pipi mereka pada tubuhnya.

"Ini Papanya kalian, Papa Hyunsuk." ujar Jihoon dengan hati teriris ngilu. Ludahnya tiba-tiba terasa pahit dan ia kesulitan bernafas.

"Papa? Di mana Papa sekarang? Kita nggak pernah ketemu sama Papa." pertanyaan polos dari Doyoung semakin mencekik tenggorokan Jihoon.

My Stupid Soulmate [✓] Where stories live. Discover now