[14]

4.1K 749 96
                                    

Tujuh hari, delapan hari, sembilan hari dan seterusnya Hyunsuk lalui dengan sesuatu yang sama.

Tidak ada perubahan yang berarti dalam hidupnya selain Jihoon yang kini datang menyambangi kediamannya untuknya, bukan untuk mengantar Sunwoo atau bermain game bersama Yohan dan Mark.

Dan tugas-tugas kuliahnya yang semakin hari semakin menumpuk, tentu saja.

Seperti siang ini, Hyunsuk belum makan sejak ia bangun. Bahkan belum sempat mencuci mukanya sendiri. Yang dilakukan hanya menyusun potong korek api menjadi sebuah bentuk bangunan yang sudah ia rancang sejak tiga hari yang lalu.

"Hhh..." ia mendesah lelah, memindahkan susunan yang sudah ia bangun ke pinggir, posisi yang lebih aman sebelum ia berbaring telungkup guna meluruskan punggungnya yang pegal.

Tangannya terulur mengambil ponsel dan memeriksa jam. Sudah pukul sebelas, pantas saja perutnya terasa melilit.

Meski ia kelaparan, Hyunsuk tidak berniat bangkit sama sekali karena seperti yang sudah-sudah, tidak ada makanan.

Tidak ada Haknyeon pula yang mungkin akan bersedia memasakkan sesuatu untuknya, tidak ada Yeonjun yang akan mencarikannya makanan, hanya dan Mark dan Yohan yang bergelung dengan setumpuk kertas yang tidak ingin Hyunsuk ketahui isinya.

Sampai tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi cukup berisik hingga membuat Hyunsuk bangun dengan terpaksa.

Seorang pengemudi ojek online menanti begitu ia membukakan pintu pagar. "Mas Hyunsuk?"

"Iya,"

"Ini pesanannya, mas." sang driver mengasongkan satu kantung kresek penuh berwarna hitam.

Hyunsuk sedikit kebingungan tapi tetep menerima bingkisan itu, membawanya masuk dan meletakkannya di meja teras.

Oh, dia mengerjakan tugasnya di teras karena ruang tengah sudah diinvasi oleh Yohan serta Mark.

Hyunsuk menatap bungkus itu lamat-lamat, berpikir negatif tentang bagaimana jika isi bungkusan itu adalah bom yang mungkin akan langsung meledak ketika ia membukanya.

Kemudian, sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. Hyunsuk langsung memerah begitu membaca rentetan huruf yang tersusun di layar kaca itu.

'Makan, kak. Nanti lambungnya ngamuk lagi.'

Begitulah kalimat singkat dari Jihoon yang bisa membuat Hyunsuk tersipu malu layaknya seorang gadis menerima bunga dari sang pujaan.

Benar. Selain Jihoon yang kini datang menyambangi kediamannya untuknya, bukan untuk mengantar Sunwoo atau bermain game bersama Yohan dan Mark,

Juga ada Jihoon yang perlahan mulai menunjukkan sifat aslinya.

Itu tentu saja perubahan yang berarti.

Jika sebelumnya hanya ada Yeonjun yang akan menceramahinya tentang untuk selalu menjaga kesehatan, kini ada Jihoon yang ikut berpartisipasi dalam urusan kesehatannya.

Lalu, jika sebelumnya hanya ada satu hal yang ia inginkan untuk selalu menemaninya—uang. Kini ia ingin Jihoon juga selalu menemaninya.

My Stupid Soulmate [✓] Where stories live. Discover now