[9]

4.1K 732 35
                                    

Jihoon ingat dengan jelas bahwa sebelumnya warna rambutnya adalah hitam legam, warna asli sejak ia lahir.

Namun, kini mahkota hitamnya itu berubah warna menjadi blonde dengan warna biru pada beberapa bagian.

Ia merosot di ambang pintu kamar mandi, ingin menangis sejadi-jadinya sampai dunia tahu bahwa ia begitu depresi dengan segala tingkah laku soulmate-nya.

'Gue harus ngapain lagi...' teriaknya dalam hati, Jihoon sedikit memukul tembok di sampingnya guna meredam emosi.

"Hhh, Bunda... Jihoon mau idup sendirian aja kalo gini caranya." sungguh, Jihoon tidak tahan kali ini.

Ia benar-benar menangis, air matanya turun saking jengkelnya ia atas apa yang terjadi. Jika apa yang dilakukan soulmate-nya itu hanya terasa olehnya, Jihoon akan bertahan, tidak akan ia permasalahkan.

Tapi, kali ini sungguh kelewatan. Jihoon bingung, harus ia apakan rambutnya? Ini sudah pukul enam, tidak akan sempat mengecat rambut sebelum bel masuk berbunyi.

Lagipula Bundanya akan marah jika ia mengecat rambutnya. Sialan.

Lalu, jika ia tidak berangkat sekolah, alasan apa yang harus ia buat. Ada Jisung di sini yang akan dengan senang hati membeberkan rahasianya pada sang Bunda.

Kemudian, jika ia memilih berangkat sekolah, entah hukuman jenis apa yang akan ia terima karena mewarnai rambut,

Pula, entah apa yang akan dikatakan oleh para guru dan kakak kelasnya jika tahu seorang Park Jihoon yang notabene-nya anak seorang abdi negara membantah peraturan.

"BANGSAT!"

"Abang! Gue lagi teleponan sama Bunda, jaga bahasa lo!" tegur Jisung dari meja makan, menatap sinis pada kakaknya yang nelangsa.

***

Rasanya sangat sulit bagi Jihoon untuk tidak mencekik Jisung ketika adiknya itu tertawa puas atas penderitaan yang ia terima.

"Kurang ajar lo!"

Jisung mengusap sudut matanya yang berair karena tertawa berlebihan, "serius, orang gabut mana yang warnain rambut kayak jamet gini?"

Ia bertepuk tangan heboh sejenak sebelum diam dan berusaha menahan tawa, "maaf, maaf." berhenti karena melihat Jihoon memasukkan kembali uang untuknya ke dalam dompet.

"Terus itu gimana? Lo mau bolos?"

"Lo mau tutup mulut ke Bunda kalo gue bolos?"

"Gampang, bang. Asal ijinin gue ikut kak Nu bala—"

"Jangan mimpi!" tolak Jihoon mentah-mentah, lebih baik ia dihukum Ibunya daripada membiarkan Jisung ikut melakukan kegiatan Sunwoo yang tidak berguna.

"Yaudah, sih."

"Sana berangkat, gue pulang telat kayaknya. Ajak si Lele lagi buat masakin lo."

"Lo kira Lele babu? Dia juga sibuk kali, udah kelas sembilan." Jisung menyambar tasnya kemudian berjalan keluar, yang diikuti oleh Jihoon.

"Ya terus lo maunya gimana?"

"Idih, kayak nanya pacar aja."

My Stupid Soulmate [✓] Where stories live. Discover now