Invitation

779 154 41
                                    

"Apa?" Jiyeon tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan Jihoon.

"Lo diundang makan malem sama papi, mami gue" Jihoon menjelaskan.

"Jihan curhat ke mami gue tentang lo, trus dia juga yang minta lo diundang buat makan malem" ucap Jihoon pasrah, "Katanya dalam rangka ulang tahun dia, trus mami gue iyain, dan gue cuma bisa nurut" lanjut Jihoon.

"Lo gak usah takut, orang tua gue gak galak kok, lagian ada gue kok, tenang" Jihoon menenangkan Jiyeon yang ekspresinya masih panik.

"Kalo lo gak mau gak apa-apa, gue bisa bilang ke mami kalo lo gak bisa da-"

"Gue bakal dateng kok" Jiyeon menginterupsi.

"Beneran? Lo gak keberatan?" Jiyeon mengangguk pelan.

"Yaudah, ntar malem gue jemput lo!"

"Gue balik dulu" pamit Jihoon setelah urusan dia mengantar Jiyeon pulang telah usai.

>•°•°•<


"Lo gugup ya?" Jihoon menyadari Jiyeon sedang mengatur nafasnya.

Ntah kenapa Jiyeon sangat gugup, apa dia takut akan pertanyaan yang akan dilontarkan orang tua Jihoon, atau dia tidak tega melontarkan kebohongan jika orang tua Jihoon bertanya tentang hubungan keduanya.

Dia merasa berdosa karena telah membohongi semua orang.

"Ayo masuk!" ucap Jiyeon yakin.

"Udah siap masuk?" tanya Jihoon dan Jiyeon mengangguk yakin.

Mereka berdua saat ini sedang berada didepan pintu rumah Jihoon, karena Jiyeon sedang berusaha mengumpulkan keberanian untuk menemui kedua orang tua Jihoon.

Sedetik kemudian mereka pun masuk kedalam rumah Jihoon, dan langsung menuju ke meja makan untuk mengikuti sesi dinner yang sudah direncanakan.

Mereka berdua langsung disambut dengan senyuman oleh semua penghuni meja makan saat itu, hati Jiyeon langsung tenang kala melihat senyum manis dari kedua orang tua Jihoon, sepertinya orang tua Jihoon sangat baik.

"Sini duduk!" sambut ibu Jihoon.

Mereka berdua langsung duduk dengan posisi, ayah Jihoon duduk diujung, Jihoon dan ibunya duduk berhadapan, sedangkan Jiyeon duduk disamping Jihoon dengan Jihan yang duduk di hadapannya.

"Jiyeon cantik banget, persis sama yang diceritain Jihan" puji ibu Jihoon.

"Nama tante, Seulgi, kamu mau panggil tante atau mami, senyaman kamu aja!" ucap perempuan yang tak lain tak bukan adalah ibu Jihoon.

"Saya ayah Jihoon, Park Jimin, panggil papi aja ya!" ucap ayah Jihoon tersebut.

Jiyeon hanya membalas dengan tersenyum sambil mengangguk sungkan.

"Udah, langsung makan aja yuk!" ujar mami Seulgi.

Seulgi dengan perhatian mengambilkan beberapa makanan dan menaruhnya ke piring Jiyeon.

Jiyeon yang awalnya gugup, menjadi nyaman dengan suasana itu. Ternyata seperti ini rasanya memiliki keluarga yang utuh. Dia bahagia.

"Makasih tante" ucap Jiyeon.

Setelah itu mereka pun makan dengan diselingi obrolan kecil dan beberapa candaan.

Ternyata dugaan Jiyeon salah, orang tua Jihoon tidak menanyakan apa-apa tentang dia dan Jihoon. Justru orang tua Jihoon malah bercerita tentang beberapa penggalan kisah masa kecil Jihoon.

Setelah kegiatan makan malam selesai, mami Seulgi mengajak Jiyeon untuk berbincang-bincang di taman belakang rumah Jihoon, dengan ditemani secangkir teh dimeja.

"Kamu bahagia sama Jihoon?" tanya mami Seulgi tiba-tiba dan Jiyeon hanya tersenyum canggung tanda mengiyakan.

"Jihoon itu anak yang baik, dia juga mandiri, dan yang pasti dia orangnya penyayang banget, bahkan tante kaget dia bisa sesayang itu sama Jihan"

"Ma-Maksud tante?" tanya Jiyeon karena tidak paham dengan ucapan Seulgi.

"Kamu pasti ngira kalo Jihoon sama Jihan saudara kandung kan?" ucapan Seulgi sukses membuat mata Jiyeon membelalak.

"Jihoon sama Jihan cuma seayah, tapi nggak seibu" Seulgi menjeda ucapannya,
"Bukan tante yang lahirin Jihoon, tante cuma ibu sambung buat Jihoon. Dan yang buat tante salut adalah, dia bisa nerima semua kenyataan ini dengan senang hati.

Dia anggep tante kayak ibu kandungnya, dia sayangin Jihan layaknya adik kandung sendiri. Tante juga yakin kalo dia bakal sayangin kamu kalo suatu saat kalian bisa bersama nanti" ucapan Seulgi sukses membuat mata Jiyeon berkaca-kaca.

"Tante nikah sama papinya Jihoon pas Jihoon umur dua tahun, dan kita rencananya bakal sembuyiin fakta ini terus biar Jihoon juga ngerasa nyaman sama tante" Seulgi menjeda ucapannya karena berusaha menahan cairan bening yang seakan-akan meledak di pelupuk matanya.

"Tapi pas Jihoon umur 13 tahun dia tau semuanya, karna nggak sengaja nemuin foto ibu kandungnya pas sama Jihoon kecil. Akhirnya kami berusaha jelasin semuanya ke Jihoon, bahkan kami udah siap kalo Jihoon bakal benci sama kita karna udah bohongin dia.

Tapi ternyata salah, Jihoon bisa nerima semuanya, bahkan dia tetep memperlakukan Jihan layaknya adik kandung walaupun Jihoon tahu kalo dia sama Jihan cuma sedarah dari ayah. Tante bener-bener salut sama dia"

Jiyeon sudah menunduk saat ini, dia tidak ingin tangisannya dilihat oleh Seulgi.

Jiyeon tidak pernah membayangkan bahwa Jihoon memiliki masa lalu yang cukup kelam.

"Tante bisa rasain kasih sayang Jihoon ke kamu lewat tatapan matanya, sorot mata gak pernah bohong Ji. Mungkin kamu bisa rasain gimana sorot mata Jihoon pas  natap kamu" Seulgi meraih kedua pipi Jiyeon lalu disekanya air mata Jiyeon.

"Tante cuma mau yakinin kamu kalo Jihoon itu anak yang baik, tante juga bisa liat kebahagiaan Jihoon walaupun cuma sekedar natap kamu"

"Tante harap kisah kalian berakhir bahagia, biar Jihoon juga bahagia"

"Makasih kamu udah kasih kebahagiaan buat Jihoon" air mata Jiyeon pecah setelah Seulgi mengucapkan hal itu.

Sejak tadi Jiyeon dibuat bungkan oleh pernyatan yang diucapkan oleh Seulgi.

Intinya, satu hal yang dapat Jiyeon simpulkan, JIHOON BEST BOY.































Drama time~
Aku ikutan mewek pas nulis ini 😭😭

Julid [✔]Where stories live. Discover now