#6 ‒ Alden Gila!

14.7K 711 21
                                    

Hi Peeps!!🥰 welcomeeeee!!

Cerita ini cerita pertama aku yang sebenarnya udah aku buat dari 3 tahun yang lalu.
Jadi, kalau ada kesamaan nama, karakter, visualisasi, alur, nama tempat, dsb dengan cerita lain, maaaafff!🤗

Kalau ada typo, tolong tandain lewat comment yaaaa biar aku bisa langsung revisiii.

Selamat membaca!!😆

♚☠♛

"Mau bangun apa mau gue cium?"

♚☠♛

'SHIT!'

Aretha yang mendengar ucapan pria itu langsung membuka matanya, dan yang membuat ia lebih kaget ialah jarak wajah Alden dengannya yang sangat dekat. Ia mendorong bahu Alden agar menjauh, tetapi tenaga pria itu sangat kuat, tubuh Alden tidak tersingkir sama sekali.

"K-Kak, jangan gini dong." Aretha mengalihkan wajahnya ke kiri menghindari tatapan tajam yang dimiliki pria itu.

"Jangan gini gimana hm?" dehaman Alden membuatnya merinding. Jujur ia takut sekarang.

"Ja-jangan gini Kak, takutnya dilihat orang." Aretha tetap menahan kedua tangannya di bahu Alden agar tetap memberikan jarak antara dirinya dengan tubuh pria itu.

"Emang kenapa kalau dilihat orang?" Alden mengeluarkan seringaiannya. Entah kesambet apa ia hari ini, tapi Alden merasa menjahili Aretha sangatlah menyenangkan. Melihat tatapan takut yang ditunjukkan oleh gadis tersebut ketika Alden mendekatkan wajahnya. Sangat-sangat menyenangkan.

"Y-ya ja-jangan dong Kak. Udah dong." Aretha refleks mengeluarkan rengekannya.

'MAMA TOLONG RETHA!!!!' Aretha berteriak dalam hati berharap Mamanya akan menolongnya sekarang.

Alden mendengar rengekan Aretha dan melihat ekspresi ketakutan gadis itu pun malah tertawa keras, melepas kungkungannya pada gadis itu. Aretha pun mengalihkan pandangannya ke arah Alden. Ia hampir menangis sekarang mengetahui bahwa ia dikerjai oleh si Ketua Dankevoort yang sangat terkenal dengan kebengisannya.

"Jahat banget." Aretha menatap tajam Alden yang sedang tertawa keras di kursinya sembari memegangi perutnya sendiri.

"Gak akan gue apa-apain juga. Gak tertarik gue sama bocil." Alden mengambil botol air yang hanya tersisa satu botol saja di meja UKS, membuka botol tersebut dan memberikannya pada Aretha. Aretha pun mengambil botol air tersebut.

"Makasih Kak." lalu Aretha mulai meneguknya.

"Tadi gue gak sengaja. Sorry." 

"Hah? Maksudnya?" Aretha bertanya bingung.

"Iya, tadi yang lempar bola basket itu gue." Alden mengambil botol air yang dipegang Aretha dan meminumnya.

"EH KAK?! Bekas gue!" Aretha melotot kaget melihat Alden dengan santainya minum dari botol yang sama dengannya, tepatnya ada bekas bibirnya di botol itu.

"Emang kenapa? Ada penyakit lo?" 

Aretha menggeleng pelan, "Ya kaga lah! Gue sehat begini."

"Sehat tapi kena bola aja pingsan."

Aretha mengerucutkan bibirnya, kesal dengan ucapan Alden.

"Kepala lo masih sakit? Perlu gue panggilin dokter lagi?" Alden pun memandangi gadis di depannya yang sudah duduk di atas brankar.

"Gak usah, gue mau balik kelas aja." Aretha hendak menuruni brankar, tetapi tiba-tiba tangannya sudah ditahan membuat ia berbalik menatap si pemilik tangan yang menahannya.

ALDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang