#18 ‒ Kotak Hadiah

9.2K 548 32
                                    

Hi Peeps!!🥰 welcomeeeee!!

Chapter 18 udah jadiiii buat nemenin malming kalian nih😋

Anywayyy, aku berterimakasih banget buat kalian yang masih baca Alden sampai sekarang, thankyooouu sooo muchhh guysss!

Kalau aku minta vote + comment juga gapapa kannnn?? hehe😋 jangan malu-malu buat spam comment bb!🥰😍 jujurrr, comment kalian tuh bikin mood aku naik bangeeettt!!!

Kalau ada typo, tolong tandain lewat comment yaaaa biar aku bisa langsung revisiii.

⚠ mau kasih warning juga ada sedikit adegan-adegan yang mengandung darah di chapter ini👀

Selamat membaca!!😆

♚☠♛

Lila dan Clara masih sibuk memperhatikan Aileen yang sedang melakukan pengambilan nilai. Urutan absen setelah Aileen adalah Anne lalu Aretha. Lila memperhatikan sekelilingnya mencari keberadaan Aretha tetapi batang hidung gadis itu tidak terlihat sama sekali.

Lila pun mengubah posisi duduknya menghadap Clar, "Eh Ra, si Aretha kok lama banget ya ke toilet?" 

"Iya ya, kok gak balik-balik deh?" Clara ikut mengedarkan pandangannya ke sekeliling lapangan, tetapi tidak melihat gadis itu.

Clara tiba-tiba membelalakan kedua matanya, "Jangan-jangan pingsan?!" ujar Clara panik.

Lila hanya menghela napasnya pelan, lelah dengan drama queen satu ini, "Apaan sih mana mungkin pingsan!"

"Samperin aja kali La?" wajah Clara terlihat gelisah.

"Yaudah. Tapi kan biasanya cuma boleh satu orang yang ke toilet? Lo kayak gak tahu aja, Pak Hadi kan strict abis." ucap Lila sambil memperhatikan Pak Hadi yang masih sibuk di tengah lapangan.

"Mau lo apa gue?" 

"Gue aja deh." Lila langsung berdiri dari duduknya, setelah meminta izin ke Pak Hadi dengan berbagai alasan, akhirnya ia diperbolehkan. Gadis itu segera melangkahkan kakinya menuju toilet yang dapat ia pastikan Aretha pasti disana.

Sesampainya di toilet, Lila melihat ada ember hitam di depan salah satu pintu yang terdapat rantai di knop pintunya. Ia mengerutkan dahinya, bingung, 'Kenapa itu pintu digembok begitu deh?' ia sudah bertanya-tanya dalam hati.

Lila langsung berjalan mendekati toilet tersebut. Saat ia berada di depan pintu toilet itu dan hendak memeriksa rantai tersebut, tiba-tiba ia mendengar isakan tangis yang berasal dari dalam pintu itu.

"Reth?!" ia mengetuk pintu tersebut pelan.

Tidak terdengar jawaban apa pun dari dalam sana melainkan hanya isakan tangis yang tidak kunjung berhenti. Tangisan yang sangat ia kenali, tangisan Aretha. Sudah bertahun-tahun mereka berteman, bukan lah hal yang sulit bagi Lila untuk mengenali suara sahabatnya itu. 

"ARETHA?!" Lila mulai menggedor pintu tersebut, perasaan cemas sudah menghampirinya.

"La...." 

Lila membelalakan kedua matanya saat mendengar suara serak Aretha, "RETH?! LO KENAPA DIKUNCI DARI LUAR GINI?!" 

Lila berusaha membuka rantai yang melilit pintu tersebut tetapi tidak bisa, terdapat gembok disana.

"G-gue g-gak tahu La...." ucap Aretha dengan suara paraunya.

"Reth, lo tunggu sebentar disini, please sebentar aja! Gue panggilin orang buat bantu bukain. Bentar Reth!" 

Lila langsung berlari mencari orang yang bisa membantunya.

ALDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang