#16 ‒ Care

11.4K 635 66
                                    

Hi Peeps!!🥰 welcomeeeee!!

12:44 AM aku baru selesai nulis Alden chapter 16!!!

Sorry bangeeettt uploadnya telat parah😭 mau cerita sedikit, tugas-tugasku udah selesaaiii, good newsnyaaa minggu depan aku bisa upload Alden normal lagiii, doain yaa 2 kali seminggu??😋

Anywayyy, aku berterimakasih banget buat kalian yang masih baca Alden sampai sekarang, jujur aku kaget banget dong makin banyak yang support Alden😭, thankyooouu sooo muchhh guysss!

Kalau aku minta vote + comment juga gapapa kannnn?? hehe😋

Kalau ada typo, tolong tandain lewat comment yaaaa biar aku bisa langsung revisiii.

Selamat membaca!!😆

♚☠♛

Aretha yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan piyama beruang kesukaannya itu langsung melirik ke arah pria yang sudah dua kali berani memasuki kamarnya tanpa izin, siapa lagi kalau bukan kakak kelasnya yang gila itu? Alden Joshua Gracio. 

Gadis yang masih sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk itu melihat Alden yang bersandar pada sisi ranjangnya dengan kedua mata terpejam.

"Kak?" panggil Aretha pelan dan tidak mendapatkan respon apa pun.

"Kak Al!" masih tidak ada jawaban sama sekali.

"Dih tidur apa pura-pura budek?" Aretha melangkahkan kakinya mendekati Alden. Bahkan langkah kakinya itu tidak membuat Alden terusik sama sekali. 

Aretha berjongkok di samping Alden, lalu melambaikan tangannya di depan wajah Alden, memastikan apa benar pria itu tertidur atau tidak. Tetapi tidak mendapatkan respon apa pun, membuat gadis itu menghela napasnya pelan, kembali memandangi wajah pria di depannya, alis tebal, kedua mata yang tertutup, mata yang selalu memandang semua orang dengan tajam, membuat orang yang ditatapnya merasa terintimidasi, serta rahang wajah yang tegas dan sempurna.

Sepertinya memang benar perkataan bahwa 'Tuhan pasti sedang senang ketika menciptakan Alden'. Melihat betapa sempurnanya penampilan pria di hadapannya, membuat Aretha terkagum. 

Ia tidak berniat membangunkan Alden sama sekali, Aretha cukup kasihan melihat wajah lelah Alden, dapat dilihat dari kantung matanya yang sedikit menghitam, menandakan bahwa pria itu memang benar-benar kurang tidur. 

Aretha bangkit dari posisinya, memutuskan untuk mengganti perban yang tadi Alden lilit di lengannya karena perban tersebut sudah basah akibat ia mandi tadi.

"Sshh-," ringisan kecil keluar dari bibir gadis itu ketika ia membuka perbannya, ia sedikit ngilu melihat lebam dan beberapa luka-luka kecil yang ada pada lengannya, sepertinya untuk beberapa hari ke depan ia harus menggunakan pakaian berlengan panjang agar tidak ketahuan oleh keluarganya.

Aretha mengeluarkan beberapa obat yang Alden berikan padanya tadi dan mulai mengoleskan di luka-lukanya diiringi dengan ringisan pelan, berhasil membuat Alden yang tertidur pulas mulai merasa terusik walaupun suara yang Aretha keluarkan juga pelan.

Alden mengerjapkan kedua matanya, menyesuaikan dengan cahaya lampu yang menusuk langsung ke matanya, silau.

Lalu pria itu mengalihkan pandangannya pada Aretha yang sedang berada di depan kaca, dapat ia lihat banyak kapas dan tissue bertebaran di lantai dekat gadis itu. Aretha sedang mengganti perbannya.

Tanpa pikir panjang, Alden mendekati Aretha yang duduk tidak jauh darinya dan langsung memegang lengan kecil gadis itu membuat Aretha mengalihkan pandangannya pada Alden yang berjarak tidak jauh darinya, "Eh-, udah bangun lo Kak..." Aretha tergugup merasakan pegangan tangan Alden yang lembut.

ALDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang