#24 ‒ Pasar Malam

10.2K 515 44
                                    

SURPREZZZZ!! 
Hi Hi!!🥰

Apa kabaaarrr??
Semoga kalian baik-baik terus yaaa!
Chapter 24 nya udah jadiii nih!!
Udah siap nemenin malam sabtu kalian karena malam minggu udah terlalu mainstream😘

Udah siap ketemu Alden sama Aretha belum nih?!?!?!?
Siapin hati dulu ya??😜

Selamat membaca!!😆

♚☠♛

Sudah satu minggu sejak kepulangan Aretha dari rumah sakit. Kondisinya pun semakin hari semakin membaik. Tak pernah terlewati satu hari pun Alden tidak mengunjunginya, pria itu akan selalu datang setelah jam pulang sekolah. Bahkan hanya untuk sekadar mengobrol, menonton netflix atau memastikan gadis itu sudah tertidur dengan tenang di malam hari karena semenjak kejadian pembullyan kemarin, Aretha sesekali bermimpi buruk yang dapat menyebabkan gadis itu menangis ketika bangun dengan wajah penuh keringat serta rasa ketakutan yang menyelimutinya.

Semenjak kejadian pembullyan Aretha, kedua orang tua Aretha memperbolehkan pria itu untuk menemani Aretha sampai gadis itu benar-benar terlelap, kedua orang tua Aretha tahu kalau anak gadis mereka masih merasakan trauma yang mendalam akibat kejadian tersebut. Maka dari itu, mereka mengizinkan Alden untuk menemaninya, itu pun karena Alden yang sangat memohon kepada mereka dan bersumpah untuk tidak melakukan hal yang aneh-aneh pada Aretha.

Seperti kejadian beberapa detik lalu dimana ketika Alden baru saja ingin keluar dari kamar Aretha. Pria itu sudah berjalan menuju pintu, tangannya sudah memegang knop pintu, hendak membukanya, tapi tiba-tiba ia mendengar erangan kesakitan dari Aretha. Gadis itu kembali mengigau.

"Sshh- ja-jangan please..." Aretha terlihat gelisah dalam tidurnya.

Alden pun kembali mendekati ranjang gadis itu dan menggoyangkan bahunya pelan, "Reth..." 

Gadis yang masih memejamkan matanya dengan erat itu tidak menjawabnya, melainkan masih memohon-mohon entah untuk siapa ia memohon. 

Alden mengenggam tangan Aretha dengan erat, "Aretha... gue disini." tapi Aretha tidak kunjung membuka kedua mata cantiknya, membuat Alden cemas. Pria itu kembali menggoyangkan bahu Aretha dengan sedikit lebih kencang.

"GAK! JANGAN!!!" tiba-tiba Aretha membuka kedua matanya dan terduduk di ranjangnya, tanpa ia sadari air mata sudah mengalir di kedua pipinya, keringat sudah memenuhi wajah cantiknya, terdengar deru napasnya yang tidak karuan.

"Reth?"

Ketika ia mengalihkan pandangan pada suara yang memanggilnya, ia dapat melihat Alden dengan wajah cemasnya, ia langsung memeluk pria itu, tangisannya pun pecah. Sedangkan Alden sudah mengusap punggung gadis itu sembari menenangkannya, "Sstt, udah ya jangan takut. Gue disini."

Aretha yang masih sesenggukan pun tidak menjawab apa pun, gadis itu masih memeluk Alden dengan erat.

Alden menyandarkan dagunya tepat di atas kepala gadis itu sembari sesekali mengecupnya.

"Udah jangan nangis, tidur lagi ya? Masih jam 9." Alden mengusap rambut gadis itu. Menyalurkan rasa nyaman untuk gadis yang masih berada di pelukannya. 

Aretha melepaskan pelukannya dengan Alden. 

Alden langsung menangkup kedua pipi gadis itu dan menghapus air mata yang tersisa di pipi Aretha. Sedangkan Aretha masih sibuk mengusap-usap kedua matanya dengan wajah cemberutnya, persis seperti anak kecil.

Alden yang melihat tingkah Aretha hanya tertawa kecil dan mencubit pipi gadis itu pelan, "Lucu banget sih?"

Alden menyejajarkan posisinya dengan Aretha yang masih terduduk di ranjangnya, menatapnya dengan cukup intens, lalu merapikan rambut gadis di hadapannya, "Cantiknya gue." ucap Alden

ALDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang