[16] Cry

939 112 23
                                    

Jangan lupa Vote teman-teman,
Usahakan banyak komen jugaa yaaa^^






Taerin benar-benar frustasi, ia hanya berdiam diri di dalam kamarnya. Ia memberikan pesan kepada Boa untuk menitipkan David lebih lama, dirinya takut jika anak itu melihat sang Bunda dalam keadaan yang benar-benar hancur.

"Apa aku harus menceritakan semuanya kepada Leedo? Tidak, itu akan membuat masalah lebih banyak lagi!" Wanita itu bergumam sendiri lalu menenggelamkan wajahnya di antara lutut.

Sebenarnya pada saat Taeyong ke dapur untuk menyiapkan sarapan ia dengan cepat lari walaupun kakinya masih cedera, untungnya ada taksi. Jadi ia bisa dengan tenang pergi dari 'Neraka' nya.

Di Jalan ia berusaha untuk bersikap biasa saja, tapi pada saat sampai ke rumah nya. Kaki yang menopang tubuhnya runtuh begitu saja dengan air mata yang sudah menetes dengan deras, menangis dengan sekuat tenaga.

Taerin berhasil membawa tasnya, handphone berserta GPS ia sengaja matikan. Rumahnya ia kunci, menutup seluruh jendela dan mematikan semua lampu, termasuk kamar. Agar orang mengira tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana.

"Terimakasih Lee Tae Yong, aku jadi sangat membenci mu!" Ucapnya dengan pandangan kosong.

"Dasar Pria Baj— ARGHHHHHHH!"

•••

Saat sudah mengantar Sekolah, Boa cepat-cepat pulang ke rumahnya. Menancap gas dengan kecepatan yang lumayan kencang.

Jangan heran, dulu Boa sering balapan. Masa mudanya sangat menarik, berbeda dengan Jaejoong yang sebelas dua belas dengan anaknya.

Setelah sampai ia cepat-cepat masuk ke dalam rumah dan masuk ke dalam kamar Taeyong.

Di sebuah Sofa mewah, Taeyong berdiam diri. Melamun, dengan pandangan menuju Jendela yang terbuka sedikit.

"Lee Taeyong!"

Suara itu memenuhi ruangan.

"Apa yang kau lakukan terhadap Taerin?!"

"A-aku..."

Boa mendekat, berdiri di hadapan Taeyong dengan mimik wajah yang sulit di artikan.

"Kenapa melakukan itu?"

"Aku tidak tahu..."

"Mamah takut, jika terjadi sesuatu yang tidak di inginkan. Mamah tidak akan berada di pihak mu jika kamu benar-benar salah!"

"Aku hanya sangat mencintai Taerin dan David, apa itu salah?" Tanya nya dengan suara parau.

"Dengar, kamu tidak salah sama sekali Taeyong." Ucap Boa seraya menangkup wajah Tampan anaknya dengan lembut.

"Jangan karena alasan Cinta kamu merusak kebahagiaan orang lain, itu salah besar. Bahkan Cinta bisa kamu berikan, walaupun tidak saling memiliki."

Boa memeluk Taeyong dengan perasaan sedih, ia tahu jika ini sangat sulit bagi anaknya. Mengingat anaknya sangat gagal perihal percintaan.

Di tambah lagi dengan kejadian seperti ini, Boa berharap Lee Taeyong bisa mencintai orang lain dan mendapatkan yang jauh lebih baik dari Taerin.

"Mamah sangat mengerti perasaan mu, tapi tolong jangan sampai memaksakan kehendak. Mamah yakin, Taeyong bisa memahami itu."

Taeyong meneteskan air matanya dalam pelukan Boa.

Satu sisi dia merasa sangat sedih dan di sisi lain ia bahagia jika Boa masih sangat perduli terhadap dirinya.

Jika di bayangkan kembali di masa depan nanti, mungkin Taeyong akan tertawa terhadap kejadian ini, ini bukan jati diri yang sebenarnya!

•••


Keesokan harinya, Taeyong menemui David yang berada di Sekolah nya saat jam istirahat. Memberikan bekal makan siangnya yang tertinggal.

Dia selalu menatap David dengan penuh ketulusan, tersenyum tipis dan selalu berkata 'Ayah sangat Menyanyangimu David Lee.' Dalam hatinya.

Setelah itu ia kembali bekerja dengan fokus, menjadi Tuan Lee yang terkenal akan kedisiplinan dan ketegasan.

Disaat matahari mulai tengelam dan sinar jingga yang menyebar di langit bak sebuah lukisan, disitu entah mengapa hati Taeyong terasa sangat nyeri.

Dadanya menggebu-gebu, napasnya lebih cepat dari biasanya dan matanya memerah seperti menahan sesuatu.

Kaki panjang nya melangkah cepat menaiki anak tangga satu persatu.

Tujuannya kali ini adalah atap gedung.

Dengan satu tarikan nafas Taeyong berteriak sekencang-kecangnya.

Teriakan kencang itu perlahan pelan dengan turunnya air mata, bahkan Taeyong sudah bersimpuh.

"Cukup! Aku tidak bisa berbohong!" Ucapnya bersendu.

Taeyong memegang dadanya. "Hati ini, hati yang semula beku. Hati yang dari awal tidak berwarna dan tidak memiliki arti apa-apa bagiku. Berubah menjadi hati yang lembut, berwarna dan sangat memiliki arti bagiku karena sekarang hati ini sudah di isi dengan dua nama..."

Dengan keras pria itu memukul lantai yang hanya sebatas beton tanpa keramik, membuat tangannya terluka.

"... Jika menjadi seseorang terbaik bagi mereka sesakit ini dan jika bertemu mereka sepahit ini, kenapa kau mempertemukan aku dengan anak itu Tuhannnnn!"

Taeyong berbaring terlentang, metanap langit.

"Aku benar-benar menyanyangi dan mencintai mereka."

Matanya menutup, menghela napas perlahan. "Aku tidak bisa berpura-pura bahagia, berpura-pura tegar semenjak mendengar Taerin menikah..."

"... Saat itu aku mulai rapuh!"

Entah berapa jam Taeyong menutup matanya, mungkin saat ini ia telah tertidur. Bahkan langit sudah menjadi gelap gulita, dihiasi segelintir bintang yang cahayanya tidak seberapa dibandingkan dengan lampu gedung-gedung bertingkat yang menerangi penjuru kota.

Hujan tiba-tiba turun dengan sangat deras, membuat pria itu terpaksa terbangun.

Padahal dengan caranya tidur, ia bisa melupakan hal menyakitkan itu walaupun sekejap.

Taeyong melihat jam tangan nya, waktu menunjukkan pukul 20:26.

"Cih!" Ucapnya lalu kembali menutup matanya, membiarkan air hujan membasahi seluruh tubuhnya.

"Terima kasih hujan, Semoga setelah ini akan ada pelangi."

•••

Malam itu David menyender pada Boa dengan raut muka sedih.

"David mau ketemu Bunda."

Sang nenek mengelus surai lembut cucunya dengan senyuman. "Bunda lagi banyak urusan sekarang, sabar ya sayang."

"Udah empat hari Bunda gak kesini." Ucapnya menenggelamkan wajahnya di pinggang Boa sambil menangis.

"Cup cuppp nanti Bunda kesini bawa baju baru, bawa mainan baru juga loh!"

"David pengen ketemu Bunda aja Necannnnnnn... Hiksss...."










⚠️️Part selanjutnya Download lagu⚠️
🎼BLUE - TAEYONG🎼

A SECRET [LEE TAEYONG] ✔Where stories live. Discover now