[18] Tragedi

259 41 10
                                    

"Bundaaaaaaaa~ David kangen Bundaaaaaaaaaaaaa~"

"Necan dimana Bundaaaaaa~"

"Papah Taeyongggg, anterin ke Bundaaaaa~"

Taeyong hanya bisa mematung, ia sangat ingin mengabulkan permintaan anaknya dan di satu sisi dirinya pun sangat ingin bertemu dengan sosok manis itu tetapi, ia tidak tahu dimana Taerin berada.

Leedo bahkan ketar ketir mencari calon istrinya itu yang sudah menghilang beberapa hari. Sangat khawatir dan takut jika Taerin benar-benar pergi meninggalkan dirinya.

Sedaritadi David hanya menangis, merindukan sosok Ibunda.

Ini sudah dalam batas kerinduan David kepada Taerin. Sebenarnya anak itu paham jika Ibundanya akan menikah dan persiapan nya sangat banyak.

Tapi David Lee benar-benar sangat merindukan Ibu nya.

"David~"

"Bundaaaaaaaa~" Teriak David sambil menangis sejadi-jadinya.

"Anak bunda kenapa hmm?"

Suara yang lembut menenangkan semua orang di sana apalagi Taeyong.

Ya, memang begitu sebenarnya.

Bahkan sejujurnya Taeyong adalah orang yang paling memikirkan Taerin setiap hari dan menit nya.

Mungkin jika tidak ada siapa pun di tempat itu, hanya ada mereka berdua akan ada adegan di mana Taeyong berlari memeluk Taerin dengan tangisan tangisan yang ia simpan setelah beberapa hari di tinggalkan.

Pikiran itu lenyap seketika, saat menatap mata Taerin yang kini dingin dan menusuk membuatnya sangat sangat terluka.

"Tante maaf, aku sangat sibuk sampai lupa menjemput David." Ucap Taerin lembut dan membungkuk.

Boa tidak tahu jika Taerin hilang.

Hanya Leedo dan Taeyong sepertinya.

"Tidak apa-apa, jika masih sibuk kita masih terbuka untuk David. Tenang saja."

"Terimakasih banyak Tante. Aku benar-benar tertolong."

"Jadi persiapan pernikahan mu sudah berapa persen?"

"Sudah 10000% hehee..." Canda Taerin.

Taeyong mematung, pertama ia masih sakit hati dipandang seperti itu oleh Taerin dan sekarang mendengar soal pernikahan nya.

Benar-benar jatuh lalu tertimpa tangga.

"Eum... Taerin mau aku buatkan minum?" Tawar Taeyong seraya menghampiri.

"Teh hangat atau kop-"

"Tidak usah, terimakasih." Jawab nya dingin.

"Permisi~" Suara berat mengalihkan pandangan mereka di sana.

Di depan pintu berdiri sosok tampan, lebih tepatnya saingan Lee Taeyong.

"Ayahhhh Leedoooo~"

Dengan semangat David berlari lalu memeluk calon Ayahnya.

"Sepertinya kita harus segera pamit Tante, maaf telah banyak merepotkan. Sekali lagi Taerin berterimakasih."

"Bukan apa-apa Taerin,jangan sungkan. Jika butuh bantuan hubungin kami."

Mereka semua berpamitan lalu pergi segera meninggalkan kediaman Lee.

Rasanya Taerin sangat lega setelah menjauh dari rumah itu, lebih tepatnya menghindari Taeyong.

Boa melirik anaknya, ia tahu ini akan terjadi. Dari awal dirinya sudah mewanti-wanti.

"Tidak perlu bersedih atas sikap Taerin kepada mu, karena yang memulai adalah kamu sendiri!" Setelah mengucapkan itu Boa pergi ke kamarnya, ia berharap anaknya itu tahu kesalahan yang dibuat oleh dirinya sendiri.

•••

Keesokan harinya kediaman Lee...

Taeyong tercengang melihat undangan yang sedang di pegang oleh sang Ibunda

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Taeyong tercengang melihat undangan yang sedang di pegang oleh sang Ibunda.

Tanpa sepatah kata pria itu cepat pergi dari rumah menuju kantor. Menyusuri jalanan kota yang senggang dengan kecepatan di atas rata-rata, menabur amarah di setiap jalanan titik kota.

Mobil itu melewatkan kantor yang awalnya menjadi tujuan utama, saat ini hanya sedang berputar-putar melintasi jalur yang sama entah ke berapa kalinya, sebab sang pengemudi memiliki pikiran yang sangat kacau hingga tidak tahu harus bagaimana.

Dengan ketepatan tangan, Taeyong banting setir memutar balikan mobilnya secara tiba-tiba membuat beberapa kendaraan kehilangan keseimbangan disertai bunyi klakson yang begitu nyaring. Tapi sayang nya orang itu tidak menggubris dan tetap melanjutkan perjalanan.

Setelah sampai Taeyong berjalan menyusuri sungai Han, saat itu tidak begitu ramai karena bukan weekend.

Tempat yang Taeyong pilih benar-benar paling jarang di kunjungi.

Menghela nafas yang begitu panjang, menarik nafas sambil memejamkan mata dan menghembuskan nafas perlahan dengan sedikit lelehan air mata. Tanpa sepatah kata Taeyong menangis tersedu-sedu sambil meremas dada nya yang terasa sakit dan sesak menahan tangisan yang sudah lama ia pendam sendirian.

Menangis dan berteriak.

Memaki dan memukul dirinya sendiri.

Pria itu membenci dirinya sendiri.

"Aku tidak tahan hidup seperti ini!"

Kakinya melangkah ke arah jembatan di dekat sungai itu, membaca tulisan 'Apakah hari mu sangat se-menyedihkan itu?' pada besi jembatan, ia tersenyum pahit.

Satu langkah lagi penderitanya berakhir.

Taeyong menatap langit dan sekitarnya, pemandangan terakhir sebelum dirinya menghilang dari bumi ini. Tangannya terulur membayangkan wajah Taerin, membayangkan lembutnya rambut terurai itu dan terakhir membayangkan tawa David yang begitu indah di telinganya.

Sontak matanya terbuka, ia terus memikirkan Taerin hingga lupa ada orang yang harus di bahagiakan. Yaitu anaknya sendiri, David Lee.


















Namun naas, keseimbangan Taeyong hilang.

A SECRET [LEE TAEYONG] ✔Where stories live. Discover now