76 | penunggu tanjakan

578 201 6
                                    

⚠️ read chapter 73 first
 
 
 
 
 
 
 

"Itu kenapa bisa kecelakaan begitu? Licin apa gimana?" tanya Vivi pada Haseul yang tengah berdiri di sampingnya.
 
 

Ikut melihat tempat kejadian perkara terjadinya kecelakaan yang baru saja terjadi beberapa jam yang lalu.
 
 

"Katanya sih pas mau nanjak (naik) mata dia kayak ada yang nutup gitu. Pandangan dia langsung jadi burem. Pas udah jelas lagi, tahu-tahu di depannya ada motor dan boom! Tabrakan deh."

Vivi bergidik ngeri. "Untung nggak ada yang meninggal ya?"

"Iya, untungnya begitu," ucap Haseul menyahuti. "Tapi tetep aja harus hati-hati kalau lewat tanjakan ini." Haseul kemudian berjalan. Melangkah pergi meninggalkan tempat kejadian perkara yang masih ramai didatangi warga.
 
 

Memang tidak ada korban jiwa, tapi kerusakan yang diakibatkan kecelakaan kecil tersebut lumayan parah. Kedua korban sudah dibawa di rumah sakit, sementara kedua motor yang bertabrakan dan hancur masih berada di sana. Warga sekitar tidak bisa sembarang mengevakuasi.
 
 

"Kenapa emang? Sering kejadian kayak gini?" tanya Vivi mengikuti kemana Haseul pergi.

"Iyaaa. Daerah tanjakan ini tuh agak angker. Ada penunggunya."

"Penunggu?"

Haseul menganggukkan kepalanya.

"Banyak deh, Vi. Salah satunya tuh arwahnya cewek berbaju merah gitu. Kata ibu aku, dulu sewaktu masih hidup itu cewek tunasusila yang pas meninggalnya tuh agak naas. Nggak tahu sih meninggalnya wajar apa engga. Cuma kata ibuku, badannya ngeluarin bau busuk yang lebih parah daripada orang meninggal biasa. Nah dia tuh jadi tunasusila karena disuruh ibunya. Pas meninggal, arwahnya nggak tenang dan ngehantuin ibunya, Vi. Ibunya diincer sama dia sampai nggak lama ibunya juga meninggal. Lebih tragis malah."

"T-terus? Ibunya udah meninggal kenapa dia masih di sini?"
 
   
 

"Nah itu makanya banyak yang curiga kalau meninggalnya nggak wajar. Karena tetep gentayangan sampai sekarang. Kalau malem tuh dia suka gangguin orang-orang yang lewat tanjakan itu. Tapi biasanya yang diganggu yang bawa kendaraan.
 
Pernah ada yang bawa motor, tahu-tahu abis lewatin tanjakan tadi, eh di jok belakangnya ada yang nempatin. Padahal sebelumnya kosong. Kadang suka tiba-tiba nyegat juga pakai rupa cantik atau sebaliknya.

Pernah juga kalau yang jalan tuh diganggunya diketawain. Kalau enggak ditiup-tiup gitu lehernya.

Intinya dia jadi iseng banget. Ih jadi suka merinding aku kalau inget ceritanya."
 
 
 

"Nggak coba didoain apa gimana gitu biar pergi?"

"Pernah. Minta doa katanya dia tuh makanya suka ganggu. Tapi abis didoain ya dia tetep ada di situ. Cuma ngerjain aja dia mah pake bilang minta doa segala. Aslinya dia nggak mau pergi dan mau terus ganggu."

"Itu kan salah satunya ya? Tadi kata kamu ada banyak. Berarti ada yang lain juga selain si baju merah itu?"

Haseul menganggukkan kepalanya cepat.

"Lihat rumah yang pas banget di tanjakan tadi?"

"Iya, lihat."

"Itu rumah kan emang nggak kosong ya. Ada penghuninya. Maksudnya manusia. Ada yang tinggal di situ. Nah cuma kalau malem tuh orang yang lewat suka ngelihat yang aneh-aneh keluar dari rumah itu.

Terakhir ada yang bilang kalau dia lihat sosok putih gede kayak raksasa, nah sosok itu keluar dari rumah itu terus melayang-layang gitu. Serem pokoknya!"

"Ya Tuhan..."

"Kata aku mah ya penunggu di tanjakan itu makin nambah."

"Nambah? Nambah sama apa? Kok bisa?"

"Setahu aku ya arwah atau jin yang menyerupai manusia yang meninggal karena kecelakaan biasanya menetap di tempat kejadian kecelakaan itu, Vi."

"Serius?"

"Iya. Kan udah beberapa kali ada kecelakaan di tanjakan itu yang sampe bikin meninggal. Yang motor tadi nggak seberapa. Makanya beruntung banget. Masih hidup."

"Ih untung rumah aku di bawah. Jadi aku nggak perlu lewat tanjakan itu."

"Lagi kamu ke sana mau kemana juga? Emang ada temen yang rumahnya di sana?"

"Ada. Tapi aku kayaknya nggak mau lagi deh main ke rumah dia. Ngeri pas lewatin tanjakannya ih."

unease; k-idols ✅Where stories live. Discover now