182 | bertemu di rumah sakit

360 150 1
                                    

"Keadaan om gimana, tan?" tanya Lee Daeyeol kepada adik dari sang ibu yang suaminya tengah berada di ruang operasi.

Sang tante menggeleng. Tanda tak mengetahui bagaimana kondisi suaminya sekarang ini.

Daeyeol tak lanjut bertanya. Ia memilih diam dan duduk di salah satu kursi yang kosong.

Karena penyakit jantung yang diderita oleh sang Paman, beliau harus masuk ke ruang operasi untuk pengambilan tindakan. Daeyeol tak tahu jelas, ia hanya pernah dengar kalau jantung dari sang Paman mengalami kebocoran. Dan Sang Ibu meminta Daeyeol untuk menemani tantenya untuk memberikan dukungan secara moril.

"Orang tuamu kerja?"

"Iya, tan. Ayah sama Ibu hari ini masuk kerja. Makanya cuma aku sama adek yang bisa ke sini," ucap Daeyeol sembari memangku sang adik yang masih berusia enam tahun tersebut.

Sang tante hanya menganggukkan kepala sebagai respon atas jawaban yang diberikan oleh Daeyeol.

"Tante udah makan?" tanya Daeyeol kemudian.

"Kenapa? Kamu lapar? Kalau iya, ke kantin aja dulu. Makan. Baru ke sini lagi."

"Adek, sih, tan, yang belum makan. Tadi abis jemput dia dari sekolah. Kita langsung ganti baju terus ke sini."

"Ya udah sana ke kantin dulu. Jangan sampe adik kamu kena maag."

"Tante nggak apa-apa di sini sendiri?"

"Loh, ya sebelum kamu dateng juga tante sendiri. Udah sana. Nggak apa-apa. Kalian berdua makan aja dulu. Nanti jangan lupa beli cemilan roti sama minum biar bisa dimakan kalau-kalau lapar lagi."

"Oh, iya, tan."

"Uangnya ada? Kalau nggak ada biar tante kasih."

"Ada kok, tan. Aku pegang duit. Tante mau titip apa?"

"Nggak usah. Tante masih kenyang, tadi udah makan. Kalian aja yang makan."

"Hm, yaudah. Kami pergi ke kantin dulu ya, tan. Kalau ada apa-apa langsung telpon aku aja."

"Iya."


Setelah berpamitan. Daeyeol langsung bergegas mengangkat sang adik dari pangkuan, lalu beranjak dari tempat duduk dan melangkah menuju kantin rumah sakit yang letaknya agak jauh dari gedung tempatnya berada saat ini.

Sebenarnya Daeyeol agak tak enak hati meninggalkan tantenya seorang diri. Namun, ia juga harus memikirkan sang adik yang sudah sedari tadi perutnya berbunyi karena belum diisi.

"Kak, kak."

Daeyeol menunduk ketika sang adik memanggil namanya sambil menarik-narik ujung kemeja yang ia kenakan.

"Kenapa, dek?"

"Ada mbak cantik."

"Hah? Mbak cantik?"

Kening Daeyeol mengerut. Alisnya bertaut. Adiknya menunjuk-nunjuk ke arah ruangan yang berada di ujung koridor yang tengah mereka lewati. Di sana terdapat sebuah ruangan dengan label yang Daeyeol tak bisa membacanya begitu jelas karena letaknya yang terlalu jauh.

"Di mana, dek?" tanya Daeyeol sekali lagi.

Daeyeol mengira kalau mungkin saja mbak cantik yang disebutkan sang adik adalah seseorang yang mereka kenal.

"Itu kak, deket pintu di situ. Lagi dadah-dadah ke kita. Senyumnya manis, kak." Jawab sang adik sambil turut melambaikan tangannya ke arah yang dimaksud.

"Hah? Yang mana sih, dek?"

"Itu kakak. Yang rambutnya panjang pake baju putih panjang yang kayak ibu suka pake di rumah."

"Hah?"

Daeyeol menelan salivanya.

Mulai paham akan maksud mbak cantik yang mungkin dilihat oleh sang adik.

Ia kemudian menghentikan langkahnya. Mengangkat sang adik untuk ia gendong sembari ditutup kedua matanya dengan telapak tangan besarnya.

"Aduh, salah banget gue ngajak bocah ke rumah sakit," desisnya sembari membelokkan langkahnya ke arah utara, menuju kantin utama rumah sakit.

unease; k-idols ✅Where stories live. Discover now