question; untuk apa aku dilahirkan?

1.8K 128 52
                                    

Happy reading🖤

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy reading🖤

...

"Beraninya!!"

Plak!!

Laki-laki bernama lengkap Im Sunghoon itu hanya mampu mengeraskan rahangnya seraya menahan rasa sakit yang terasa semakin menjalar di sekitar pipi kanannya. Dengan tangan yang mengepal erat, Sunghoon mencoba kembali menatap lawan bicaranya, tidak ada eskpresi apapun di wajahnya.

"Jangan pernah menolak apa yang aku suruh padamu!" Laki-laki yang menjadi lawan bicara Sunghoon itu kemudian melayangkan tinju dengan sekuat tenaga, "Maksudmu apa tidak mengerjakan tugasku?! Kamu pikir kamu siapa?!"

Sunghoon mengerang keras saat perutnya diinjak kuat. Oh sial. Belum ada makanan apapun yang masuk ke dalam perutnya dan sekarang dia harus merasakan betapa sakitnya injakan kaki. Karena merasa tidak ada gunanya melawan, Sunghoon akhirnya menurunkan kedua tangannya yang tadi mencengkram erat pergelangan kaki temannya.

"Jangan pingsan dulu bodoh!"

Plakk!

Sunghoon terkadang berpikir, apakah dia punya dosa yang sangat besar sehingga Tuhan menghukumnya seperti ini? Kehidupan yang dia jalani sejak bayi tidaklah mudah. Sunghoon sendiri yang merasakan semakin hari takdir hidupnya semakin buruk. Tidak ada yang berubah menjadi lebih baik, yang ada malah semakin kacau.

Mulut laki-laki itu terbuka mengais nafas saat air dingin mengguyur wajahnya. Sunghoon mencoba membuka matanya, menatap beberapa pelaku yang sengaja membuatnya kedinginan seperti ini. Di tengah musim dingin seperti ini, Sunghoon tidak memakai pakaian hangat ditambah guyuran air dingin yang baru saja dia rasakan. Bukankah dia terlihat sangat menyedihkan?

"Maaf-" Sunghoon terisak, tidak kuat menahan injakan beberapa teman kelasnya, "Aku- AKH!! KUMOHON!!"

Wadah bekas air dingin itu dibanting dan Sunghoon segera membuka mata untuk melihat kiranya apalagi yang akan dia dapatkan sebagai hukuman karena dia sudah berani memberontak. Mata sayu itu menerjap pelan sementara bibirnya melengkung tipis, merasa beruntung karena anak-anak itu akhirnya pergi.

Ringisan terdengar mengisi keheningan gudang sekolah itu. Sunghoon mencoba bangkit dengan seluruh rasa sakit yang dia rasakan di fisik maupun hati. Senyum itu terukir lagi saat dia kesulitan untuk berdiri dengan kedua kakinya sendiri. Satu kata yang terlintas di benaknya adalah, lemah. Ya. Dia terlalu lemah untuk menerima semua perlakuan buruk dari anak-anak disekolah.

Sunghoon tidak tau apa salahnya sehingga mereka selalu menyuruhnya melakukan ini dan itu, memintanya melakukan hal-hal yang memalukan, menghinanya, bahkan sampai memukulnya seperti saat ini. Dia tidak bisa melawan, bahkan hanya untuk menolak permintaan-permintaan mereka Sunghoon tidak punya kuasa. Lalu bagaimana bisa dia memberontak?

Kalau bukan karena beasiswa, Sunghoon tidak mungkin memilih bertahan dengan segala macam perlakuan buruk yang diterimanya selama ini. Menjadi satu-satunya siswa yang dijadikan bahan bully-an, Sunghoon tidak lantas melupakan cita-citanya yang ingin menjadi ilmuan. Tidak. Bahkan ketika seluruh dunia menentangnya, Sunghoon akan tetap berusaha keras mencapai cita-citanya yang sudah lama dia impikan.

Wheel SpinWhere stories live. Discover now