11 : kenapa aku harus melakukannya?

386 74 12
                                    

Happy reading🖤

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy reading🖤

...

Heeseung mematung di depan pintu saat Sunghoon membuka benda itu lebih dulu darinya. Ini adalah hari ketiga pasca dia siuman, dan sepupunya itu tidak pernah absen mengunjunginya bahkan ketika dia mengabaikannya sampai laki-laki itu berpamitan pulang ke mansion. Tiga hari ini, Sunghoon hanya duduk diam dan terkadang mengekorinya ketika dia pergi keluar untuk mencari udara segar.

Jujur saja, Heeseung sudah sangat ingin pulang ke mansion, suasana di rumah sakit benar-benar membuatnya bosan. Sebenarnya, bukan hanya karena suasananya yang membuat dia tidak nyaman. Heeseung merasa begitu kesepian karena disini tidak ada siapapun. Sedangkan kalau dia pulang ke mansion, setidaknya ada sepupu-sepupunya, ibu ayah juga paman bibinya.

"Selamat sore, Heeseung," Sunghoon tersenyum saat menyapa laki-laki di depannya.

Tanpa mau menjawab sapaan itu, Heeseung melanjutkan langkah kakinya, dia melewati Sunghoon begitu saja seakan-akan tidak ada dia disana. Diam-diam Heeseung melirik ke samping dengan ekor matanya, walaupun Sunghoon tidak bicara apapun, dia tau kalau laki-laki itu saat ini berada di belakangnya, mengikuti langkah kakinya tanpa mengganggu dirinya.

Heeseung tidak tau kenapa Sunghoon tidak menyerah, bukankah selama ini dia sudah cukup kasar padanya? Dua hari belakangan, dia mulai merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya tiap mendiamkan Sunghoon dan membuat laki-laki itu hanya mengikutinya. Dia merasa- sedikit tidak enak hati? Atau malah dia merasa terganggu dengan adanya laki-laki itu?

Entahlah. Dia tidak tau apa arti rasa sesak di dadanya itu. Tapi yang jelas adalah, yang dia rasakan bukanlah perasaan marah karena merasa terganggu. Heeseung tidak bisa mendeskripsikannya karena dia tidak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya, biasanya, sejak kecil, perasaan yang selalu dia rasakan hanya amarah dan keangkuhan.

Asik melamun, tubuhnya tiba-tiba tegang begitu melihat Soojin sedang berjalan di koridor rumah sakit, mendekati dirinya yang saat ini tiba-tiba saja lupa bagaimana caranya bernafas dengan benar. Suara sepatu hak dari wanita paruh baya itu membuat kebisingan yang ada di koridor langsung hilang. Heeseung benar-benar tidak bisa mendengar apapun selain derap langkah kaki ibunya dan degup jantungnya yang kian menggila.

Sejak siuman, ibunya itu tidak pernah datang kemari. Selain Sunghoon, tidak ada satupun keluarganya yang datang untuk mengunjunginya. Malam pertama dimana dia sudah siuman, Heeseung tidak bisa tidur. Sepanjang malam, Heeseung hanya terpejam, tapi dia tidak benar-benar tertidur. Beruntung karena Sunghoon memilih tidur di sofa yang ada di dalam ruang rawatnya dan pulang ke mansion saat jarum menunjuk pada angka empat pagi. Setidaknya dia tidak terlalu sendirian.

Yang membuatnya lebih tegang adalah, di depan sana, ayahnya terlihat berjalan menyusul langkah kaki ibunya dengan kedua tangan yang dia masukan ke dalam saku celana bahannya. Tidak hanya ibunya. Tetapi ayahnya juga datang kemari.

Wheel SpinWhere stories live. Discover now