08 : jangan hanya lihat ke depan.

378 81 12
                                    

Happy reading🖤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading🖤

...

Mata itu menerjap pelan. Kening Jake mengernyit dalam saat terangnya lampu yang ada di ruangan itu menyilaukan pandangannya. Hening. Jake tidak mendengar suara apapun, dan dalam penglihatannya pun dia tidak menemukan siapapun dalam ruang rawatnya.

Memang apa yang dia harapkan? Jake membatin dalam hati seraya memaki dirinya sendiri. Kedua orangtuanya pasti masih berada di luar negeri, dia sudah terlampau hafal karena sejak kecil sering ditinggal sendiri seperti saat ini. Bahkan ketika dia dilarikan ke rumah sakit dan dadanya harus dijahit, orangtuanya tidak pulang kemari.

Jake berusaha mengubah posisinya, tapi rasanya sangat sulit karena punggungnya saat ini terasa begitu sakit, "Akhh—!"

Setelah bisa mendudukkan dirinya, Jake mencoba meraih bel di sisi brankar, dia ingin meminta tolong untuk dibawakan air karena demi tuhan, tenggorokannya sekarang ini benar-benar kering. Tapi sebelum tangannya menekan bel yang kini sudah dalam genggamannya itu, suara pintu terbuka membuat pergerakannya terhenti.

Ketika pintu berwarna putih itu terbuka, Jake langsung melihat Sunghoon dan Jungwon datang dengan penampilan yang begitu berbanding terbalik. Sepupunya yang termuda tampak rapih dengan setelan kemeja yang dipadukan dengan celana jeans, sementara Sunghoon terlihat sedikit berantakan dengan hoodie dan celana kain seadanya. Jangan lupakan luka di kedua sudut bibir dan luka lebam di ujung matanya.

"Akhirnya kamu sadar," Itu kalimat pertama yang keluar dari Sunghoon setelah berdiri di samping brankar.

"Keluar—"

"Tenang dulu, Jake."

Pandangan Jake beralih kepada Jungwon saat laki-laki itu menyela ucapannya, "Maksudmu apa brengsek?!" Makinya kesal.

"Kami datang kesini bukan untuk bertengkar denganmu," Jungwon menjawab dengan nada yang terlampau santai, dari raut wajahnya dia tidak terlihat gentar saat melihat Jake mulai marah.

"Kami?" Jake berdecih tidak percaya, "Kamu dan Sunghoon pergi bersama kemari?" Tidak lama dari itu tawanya meledak, suaranya menggema dan menghilangkan keheningan yang sempat menyelimuti ruang rawat.

"Aku— aku memaksa Jungwon ..." Sunghoon berucap pelan, tapi masih bisa terdengar oleh Jake, "Aku tidak tau kamu ada di rumah sakit mana, jadi aku meminta Jungwon untuk mengantarku."

Jungwon mendudukkan dirinya di sofa yang tersedia dalam ruangan itu, tubuhnya bersandar nyaman dengan kedua tangan menyilang di depan dada. Mata bulatnya itu memperhatikan Sunghoon yang saat ini menyodorkan satu kantung berisi makanan dan minuman yang tadi sempat dia beli dari supermarket dekat rumah sakit.

Wheel SpinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang