13 : harapan itu hanya ilusi.

391 75 21
                                    

Happy reading🖤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading🖤

...

Jungwon mengalihkan pandangannya ke samping saat pintu mobil tertutup. Rupanya Heeseung yang baru saja masuk. Segera saja keningnya mengernyit dalam, karena sebelumnya Heeseung tidak pernah berada di mobil yang sama dengannya. Laki-laki itu selalu memilih mobil yang tersisa sehingga tidak ada siapapun disana selain dirinya sendiri.

Hening menyelimuti suasana. Baik Heeseung ataupun Jungwon, keduanya tampak berpura-pura sibuk dengan urusan masing-masing. Yang lebih tua mulai mengeluarkan ponselnya untuk melihat notifikasi yang masuk, sementara yang lebih muda kembali fokus pada buku matematikanya.

Tidak lama dari itu mobil mulai melaju, Jungwon segera menyandarkan tubuhnya sepenuhnya pada kursi, matanya mulai terpejam saat rasa kantuk menyerangnya. Benar-benar sial. Tadi malam malah dia tidak bisa tidur karena kepalanya berisik, dan sekarang saat waktunya dia bersekolah malah suara itu hilang dan matanya terasa begitu berat.

"Jungwon."

Mendengar sepupu tertuanya menyebut namanya, Jungwon langsung membuka mata. Agak terkejut karena Heeseung biasanya tidak memulai percakapan lebih dulu kalau bukan akan membahas sesuatu yang penting, menurutnya.

"Aku melihatmu di perpustakaan bersama Sunghoon."

Kepalanya refleks menoleh, menatap Heeseung yang masih asik dengan handphonenya, "Aku hanya belajar dengannya."

"Belajar?" Sebelah alis Heeseung terangkat, "Apakah bibi Yuna sekarang tidak mampu menyewakan dua guru private untuk kedua anaknya?"

Pertanyaan itu terdengar seperti hinaan. Tapi sebisa mungkin Jungwon mencoba menahan dirinya, agar tidak salah dalam membalas ucapan yang lebih tua, "Aku yang tidak ingin disewakan guru private," tentu saja Jungwon akan berbohong, tidak mungkin dia berkata jujur pada Heeseung.

"Begitukah?" Sudut bibir yang lebih tua tertarik. Dia tau Jungwon sedang berbohong.

Tunggu— Jungwon menerjap. Kalau Heeseung melihatnya bersama Sunghoon di perpustakaan, bukankah laki-laki itu pasti mendengar percakapan antara dirinya dan Sunghoon? 

"Mimpimu terlalu tinggi, Jungwon," Pandangan Heeseung beralih, kini dia memusatkan perhatiannya hanya pada seseorang yang terlihat panik dan bingung, "Buang jauh jauh harapan konyolmu itu. Kita tidak akan pernah punya kenangan indah."

"Tidak!" Jungwon langsung menyahut dengan ekspresi wajah yang jelas menggambarkan bahwa dia sangat amat tidak setuju dengan ucapan Heeseung.

Wheel SpinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang