15 : kamu aman bersamaku.

452 77 39
                                    

Happy reading🖤

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy reading🖤

Seneng banget di chap sebelumnya rame pada komenn, nih aku kasih hadiah🖤 makasih yaaaa🥰

...

Sunghoon menghabiskan makanannya dengan tenang. Tangannya mengambil gelas untuk segera meminum habis air putih yang sudah disediakan oleh maid. Suasana ruang makan kali ini tidak ramai. Hanya ada Sunghoon, Jungwon, Jay dan Jake. Yang lain tidak makan bersama dengan mereka karena memang biasanya makan bersama keluarga besar diadakan saat kakek Park sedang ada di mansion.

Jungwon melirik Sunghoon saat laki-laki itu mulai bangkit. Sepertinya dia akan pergi ke kamar. Tetap mempertahankan sopan santun yang sudah dia terapkan sejak masih kecil, Sunghoon membungkuk pada sepupu-sepupunya, meskipun mereka pura-pura tidak melihat dan tetap fokus pada makanan masing masing.

Sunghoon diam-diam menepuk pelan bahu Jungwon saat dia melewati kursi anak itu. Kepalanya menoleh sedikit dan melihat sepupunya itu tersenyum sambil melihat ke arahnya dengan ujung mata. Jungwon sempat mengatakan setelah selesai makan malam, dia ingin tidur bersama Sunghoon. Anak itu mengeluh padanya bahwa kemarin dia tidak bisa tidur sama sekali karena kepalanya berisik.

Tangannya menutup pintu ruang makan. Sunghoon kemudian melangkah dengan santai menuju lantai atas. Dia ingin segera mengistirahatkan tubuhnya yang terasa sakit di beberapa bagian, terutama perutnya.

Plakk!!

Sunghoon refleks berhenti melangkah. Kepalanya bergerak cepat mengedar ke segala arah untuk mencari asal suara tamparan itu. Dia berbalik arah, memilih pergi ke arah kamar yang kini pintunya terlihat terbuka sedikit. Kemudian tanpa permisi, tangannya membuka lebar pintu putih gading itu.

"Ni-ki!" Sunghoon segera berlari, menghampiri yang lebih muda dan menarik anak itu untuk bersembunyi di balik tubuhnya.

Ni-ki yang terkejut atas kedatangan Sunghoon hanya bisa menerjap, "Apa yang sedang kamu lakukan?!" Tanyanya bingung.

"Pipimu merah," Sunghoon meraba lembut pipi Ni-ki yang tercetak jelas tangan ibunya.

"Apa-apaan kamu ini Sunghoon!!" Rahang Jinsol semakin mengeras, amarahnya semakin tersulut karena Sunghoon menjauhkan Ni-ki dari jangkauannya. Padahal dia masih belum selesai menghukum anak itu. Jinsol masih harus memberi Ni-ki pelajaran agar dia menurut padanya, "Menyingkir!! Jangan ikut campur urusan—"

"Tidak bisa bibi," Sunghoon melangkah mundur, yang otomatis membuat tubuh Ni-ki ikut melangkah mundur, "Aku tidak bisa membiarkan Ni-ki dipukul seperti itu."

"APA URUSANNYA DENGANMU SIALAN?!!" Jinsol berteriak setengah menjerit. Dia sudah kesal setengah mati karena Ni-ki meminta guru private yang sudah susah payah dia dapatkan berhenti mengajar. Padahal tidak mudah untuk mencari guru private yang sesuai dengan kriterianya. Dan Ni-ki malah dengan mudah menghentikan guru itu. Memang benar anak sialan, batinnya geram.

Wheel SpinWhere stories live. Discover now